Barcelona mulai menemukan jati diri sebagai tim yang mengandalkan penguasaan bola dan tampil menekan. Jati diri itu sempat hilang di era Ronald Koeman.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
SEVILLA, RABU — Perlahan tapi pasti, Barcelona kembali mendekati jati diri sebagai tim yang mengandalkan dominasi penguasaan bola dan tampil menekan lawan. Tim arahan pelatih Xavi Hernandez itu tampil berani menghadapi penghuni peringkat kedua klasemen Liga Spanyol, Sevilla, di Stadion Ramon Sanchez-Pizjuan, Rabu (22/12/2021) dini hari WIB. Meski bermain imbang 1-1, Xavi puas dengan kinerja para pemainnya.
Mencuri satu poin dari Sevilla bagi Xavi bukan sesuatu yang terlalu buruk. Sebab, Sevilla kini sedang dalam tren positif seusai mengemas empat kemenangan beruntun di Liga Spanyol. Meladeni Barca, moral pasukan pelatih Julen Lopetegui itu sedang terangkat setelah menundukkan Atletico Madrid di laga sebelumnya.
Meraih empat kemenangan beruntun dan tampil konsisten di Liga Spanyol membuat Sevilla menjadi penantang serius Real Madrid dalam perburuan gelar juara musim ini. Saat menghadapi Sevilla, Barcelona juga mayoritas diperkuat pemain muda karena sejumlah pemain utama mereka, seperti Memphis Depay dan Ansu Fati, harus menepi karena cedera.
Melihat kenyataan itu, pemain bertahan Barca, Ronald Araujo, menganggap hasil imbang di kandang Sevilla adalah sebuah lompatan besar bagi timnya.
Kami telah melangkah maju. Kami bermain bagus melawan tim hebat. Tapi, saya rasa kami pantas mendapatkan lebih karena kami bermain lebih baik di babak kedua.
”Kami telah melangkah maju. Kami bermain bagus melawan tim hebat. Tapi, saya rasa kami pantas mendapatkan lebih karena kami bermain lebih baik di babak kedua,” ujar Araujo seusai laga.
Araujo turut menyumbang satu gol di laga menghadapi Sevilla. Pemain berpaspor Uruguay tersebut menjadi penyelamat Barca setelah tertinggal lebih dulu. Sevilla membuka keunggulan melalui sepakan Papu Gomez di menit ke-32. Gomez yang menerima umpan mendatar hasil sepak pojok Ivan Rakitic tanpa kesulitan mengarahkan bola ke sudut kanan bawah gawang Barca.
Tertinggal satu gol, para pemain Barca menunjukkan mentalitas pantang menyerah. Mereka terus menekan pertahanan Sevilla melalui skema operan-operan pendek atau tiki-taka yang menjadi ciri khas mereka.
Statistik pertandingan menunjukkan Barca mampu mendominasi penguasaan bola hingga mencapai 58,6 persen. Para pemain Barca pun tampil lebih agresif dengan melepaskan 23 tembakan ke gawang, dengan tujuh di antaranya mengarah tepat sasaran.
Sementara tuan rumah Sevilla kesulitan mengembangkan permainan. Mereka hanya mencatatkan lima tendangan dengan satu di antaranya mengarah tepat ke gawang.
Terus menekan, Barca mendapatkan kesempatan melalui skema sepak pojok. Ousmane Dembele kemudian mengirim umpan yang mampu dikonversi Araujo menjadi gol di menit ke-45. Skor 1-1 bertahan hingga turun minum. Di babak kedua, Barca mempertahankan penampilannya dan menciptakan sejumlah peluang. Namun, belum ada yang mampu kembali merobek jala Sevilla hingga laga usai.
Di sisi lain, upaya Sevilla untuk kembali unggul kian berat setelah pemain mereka, Jules Kounde, diusir wasit di menit ke-64. Bek asal Perancis itu mendapat kartu merah karena tersulut emosi. Ia kemudian melemparkan bola ke arah wajah Jordi Alba.
Pantas menang
Xavi mengatakan, timnya bermain lebih baik saat menghadapi Sevilla. Ia menyebut Barca pantas menang, bahkan ketika Sevilla masih bermain dengan 11 pemain. Ia menilai anak asuhannya telah bermain sebagaimana jati diri Barca, yaitu piawai menekan lawan dengan aliran bola-bola pendek.
”Barcelona ini semakin dekat dengan apa yang kami inginkan, menjadi protagonis dan bermain menekan. Kami sudah berada di jalan yang benar. Tapi, saya masih tetap akan sulit tidur karena kami harus menang di laga-laga berikutnya,” ujar Xavi.
Sebelum Xavi datang menggantikan Ronald Koeman, Barca seakan kehilangan jati diri yang membuat mereka sempat merajai Eropa dan dunia. Di bawah asuhan pelatih Pep Guardiola saat itu, Barca menjadi tim yang sangat ditakuti karena pola permainan tiki-taka yang mereka peragakan.
Jati diri tersebut hilang seiring krisis finansial yang menerpa Barca pada 2020. Krisis finansial membuat mereka kehilangan sejumlah pemain kunci, seperti Lionel Messi. Adapun penopang Messi di lini tengah, yaitu Xavi dan Andres Iniesta, telah lebih dulu meninggalkan klub seiring bertambahnya usia mereka.
Saat ditangani Koeman, Barca berubah menjadi tim yang mengandalkan bola-bola panjang dengan bertumpu pada pemain jangkung Luuk de Jong di lini serang. Strategi tersebut dicibir para pendukung Barca karena dinilai tak sesuai dengan jati diri mereka.
Kini perlahan-lahan Barca mulai menemukan jati dirinya kembali di bawah arahan Xavi. Sebelum laga melawan Sevilla, Xavi berkomitmen membawa Barca bermain menekan dengan mengandalkan penguasaan bola.
Sementara itu, Papu Gomez menyebut kartu merah Kounde cukup membuat timnya kesulitan untuk mengimbangi permainan Barca. Kekurangan jumlah pemain menyulitkan Sevilla untuk melakukan pressing tinggi kepada Barca.
”Kami sudah memberikan segalanya malam ini. Tetapi, kami pulang dengan sedikit rasa pahit karena kami tahu sebenarnya bisa menang,” kata Gomez.
Tertahan oleh Barca membuat Sevilla gagal merapatkan jarak dengan Real Madrid di peringkat pertama. Kedua tim kini terpaut lima poin. Real berpotensi kembali melebarkan jarak karena belum bertanding menghadapi Atletico Bilbao. Sementara tambahan satu poin bagi Barca belum mampu mengangkat mereka dari peringkat ketujuh di klasemen sementara Liga Spanyol. (REUTERS)