Xavi Hernandez dihadapkan pada kenangan pahit 21 tahun silam, kala mencoba meloloskan Barcelona dari fase gugur Liga Champions Eropa dengan peluang hampir mustahil.
Oleh
I Gusti Agung Bagus Angga Putra
·3 menit baca
MUNICH, SELASA — Guratan nasib membawa manajer Barcelona Xavi Hernandez kembali ke kenangan 21 tahun silam. Saat itu, Barca gagal lolos ke fase gugur Liga Champions Eropa. Kini, situasi serupa dialami Xavi, yang harus mencegah kenangan pahit itu terulang lagi.
Pada Liga Champions musim 2000-2001, Barcelona gagal lolos dari fase grup karena kalah bersaing dari AC Milan dan Leeds United. Xavi yang saat itu masih menjadi pemain muda Barca gagal berperan untuk meloloskan timnya.
Setelah lebih dari dua dekade, situasi sulit kembali membelit Barca. Barca hanya mencetak dua gol dan kebobolan enam gol di Grup E sehingga terancam gagal lolos ke fase gugur. Jika Barca kalah pada laga terakhir melawan Bayern Muenchen, Kamis (9/12/2021) pukul 03.00 WIB, di Stadion Allianz Arena, Muenchen, dan Benfica menang atas Dynamo Kiev, nasib buruk itu akan terulang lagi.
Kini, Xavi kembali ke Barca sebagai pelatih dan tantangan terbesarnya adalah meloloskan Barca ke fase gugur Liga Champions. Xavi butuh keajaiban untuk mewujudkannya.
Dengan kondisi tim yang belum bangkit dari tren negatif, mencuri tiga poin dari Muenchen adalah misi hampir mustahil. Hasil imbang saja belum cukup untuk menjamin tempat Barca di babak 16 besar.
Demi mengalahkan Muenchen, Xavi mengorbankan laga kontra Real Betis guna menyiapkan tim yang bugar. Xavi mengistirahatkan sejumlah pemain andalan, seperti Ansu Fati, Gerard Pique, Frenkie De Jong, dan Ousmane Dembele, dengan harapan mereka tampil maksimal di Allianz Arena.
Jika kami mendapatkan tiga poin, kami akan berada di babak 16 besar. Jika tidak, kami akan bergantung pada laga lainnya, tetapi hal baiknya adalah nasib ada di tangan kami.
Pilihan itu membuat Barca kalah 0-1 dari Betis di Stadion Camp Nou. Kekalahan itu memukul mental pemain Barca jelang melawan Muenchen.
”Tujuannya adalah pergi dan menang (melawan Muenchen). Kami tidak punya pilihan. Jika kami mendapatkan tiga poin, kami akan berada di babak 16 besar. Jika tidak, kami akan bergantung pada laga lainnya, tetapi hal baiknya adalah nasib ada di tangan kami,” kata Xavi.
Di sisi lain, Muenchen adalah salah satu dari tiga tim yang belum terkalahkan pada fase grup. Skuad arahan pelatih Julian Nagelsmann memegang rekor produktivitas gol terbanyak Liga Champions musim ini dengan 19 gol. Muenchen unggul atas Manchester City dengan 17 gol, Ajax dengan 16 gol, dan Liverpool 15 gol.
Pada pertemuan pertama di Camp Nou, Barca menyerah dengan skor 0-3. Dengan begitu, menghadapi Muenchen saat tandang bukanlah pekerjaan mudah. Meski Die Rotten tidak didukung suporternya karena larangan dari Pemerintah Jerman terkait Covid-19, langkah Barca tetap tidak mudah.
”Kami sangat terpukul karena harus bermain di depan tribun kosong di Allianz Arena,” kata Wakil Ketua Eksekutif Bayern Jan-Christian Dreesen dikutip dari CBC Sports.
Motivasi tinggi
Laga menghadapi Barca tidak berarti apa-apa bagi Muenchen karena sudah dipastikan lolos ke babak 16 besar sebagai juara grup. Namun, Muenchen tidak akan membiarkan Barca dengan mencuri poin. Apalagi penyerang Muenchen, Robert Lewandowski, termotivasi mengalahkan Barca atas kegagalan meraih gelar Ballon d’Or, setelah dikalahkan Lionel Messi.
Rekan setim Lewandowski di Muenchen, Thomas Mueller, turut kecewa akan hal itu. Bagi Mueller, Lewandowski lebih layak mendapatkan penghargaan itu daripada Messi. Kegagalan di Ballon d’Or, kata Mueller, kian memotivasi para penggawa Muenchen untuk sukses di Liga Champions dengan menggagalkan Barca ke fase gugur.
”Ini jadi motivasi besar bagi saya untuk mengembalikan trofi Liga Champions ke Muenchen. Kami punya kesempatan berikutnya pada Rabu dalam laga Liga Champions melawan Barcelona,” ujar Mueller.
Hal itu bukan hal yang mustahil untuk terwujud. Pada Liga Champions musim 2019-2020, Muenchen pernah membantai Barcelona di babak perempat final dengan skor 8-2. Kemenangan itu diraih Muenchen saat Barca masih diperkuat Messi dan Luis Suarez. Setelah menghancurkan Barcelona, di babak final, Muenchen keluar sebagai juara berkat kemenangan tipis 1-0 atas wakil Perancis, Paris Saint-Germain. (AFP)