Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 2021 di Spanyol, pada 12-19 Desember, ibarat sayur tanpa garam menyusul mundurnya barisan pemain papan atas Indonesia dan sejumlah negara lainnya. Persaingan pun bakal sulit diprediksi.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
Digelar di pengujung tahun setelah rangkaian turnamen yang padat, Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 2021 di Huelva, Spanyol, tidak akan memperlihatkan kemampuan terbaik sebagian besar atlet. Absennya kekuatan utama Indonesia serta beberapa bintang Jepang dan China membuat persaingan menjadi hambar dibandingkan dengan biasanya.
Kepastian mundurnya hampir seluruh anggota tim Indonesia, kecuali ganda campuran Dejan Ferdinansyah/Serena Kani yang dikirim PB Djarum, dari ajang yang digelar pada 12-19 Desember itu diumumkan Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI), Rabu (8/12/2021). Pengumuman itu dikeluarkan setelah informasi tersebut menyebar di media sosial, insan bulu tangkis Indonesia, bahkan diberitakan media Malaysia, New Straits Times.
Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PP PBSI Rionny Mainaky menyebutkan, situasi pandemi Covid-19 di Eropa, terutama dengan munculnya varian Omicron, menjadi penyebab pembatalan itu. ”Kami tidak mau mengambil risiko. Keselamatan dan kesehatan atlet lebih utama. Pemain juga sudah kami ajak diskusi dan mereka setuju menarik diri dari Kejuaraan Dunia,” katanya.
Dalam laman resminya, Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) telah menerima pengunduran diri tersebut. Mereka kecewa karena penarikan tim dilakukan setelah hasil undian dirilis pada 1 Desember lalu.
Momota ikut mundur
BWF juga turut memastikan mundurnya juara dunia tunggal putra dalam dua edisi terakhir, Kento Momota, karena cedera punggung. Cedera itu pula yang membuatnya mundur pada awal penampilan di turnamen Final BWF World Tour di Bali, 1-5 Desember. Dari Bali, Momota telah kembali ke negaranya, Jepang.
Pemain yang juga batal tampil adalah ganda campuran Malaysia, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying, seiring perpisahan mereka setelah 13 tahun berpartner. Selain itu, dua tunggal putra terbaik China, Shi Yuqi dan Chen Long, juga absen. Adapun ganda putra juara dunia 2018, Li Junhui/Liu Yuchen, tidak akan berpartisipasi seiring pensiunnya Junhui sejak November lalu.
Sebelum tim Indonesia dipastikan mundur, Kejuaraan Dunia diprediksi tidak akan menjadi persaingan ”normal”. Sebagian besar pemain, terutama pemain-pemain papan atas, akan tampil dalam kondisi kelelahan.
Tahun ini, Kejuaraan Dunia digelar di pengujung tahun dan menjadi kejuaraan besar terakhir pada 2021. Kejuaraan itu digeser ke akhir tahun ini karena ada dua ajang besar yang dimundurkan setahun dari 2020, yaitu Piala Thomas dan Uber, serta Olimpiade Tokyo.
Piala Thomas dan Uber bahkan menjadi bagian dari agenda padat turnamen bulu tangkis seusai Olimpiade Tokyo. Sejak pekan terakhir September, yang diawali Piala Sudirman, pebulu tangkis elite dunia tidak henti melakukan perjalanan internasional hingga Kejuaraan Dunia. Di antara dua ajang itu terdapat sejumlah kejuaraan besar, seperti Piala Thomas dan Uber, Denmark Terbuka, Indonesia Terbuka, dan Final BWF World Tour.
Tidak ”normal”
Atas dasar itu, sebelum tim Indonesia dipastikan mundur, Kejuaraan Dunia diprediksi tidak akan menjadi persaingan ”normal”. Sebagian besar pemain, terutama pemain-pemain papan atas, akan tampil dalam kondisi kelelahan.
”Kejuaraan Dunia sekarang akan berbeda. Sebagian besar atlet akan tampil dengan tenaga tersisa. Jadi, tidak akan terlihat kemampuan terbaik mereka. Biasanya, ada waktu kosong sekitar sebulan sehingga bisa jadi panggung persaingan atlet dengan kemampuan terbaik,” kata Herry Iman Pierngadi, pelatih ganda putra Indonesia, di sela-sela turnamen Indonesia Terbuka, dua pekan lalu.
Tunggal putra Indonesia, Jonatan Christie, menilai, persaingan akan sulit diprediksi dengan banyaknya atlet yang lelah, bahkan cedera. Jonatan mencontohkan Momota yang tersingkir pada babak kedua Indonesia Terbuka dan Viktor Axelsen yang kalah di babak kedua Indonesia Masters.
Kini, dengan absennya skuad utama Indonesia, juga beberapa pemain top negara lain, prestise Kejuaraan Dunia pun berkurang. Persaingan ganda putra, misalnya, akan kehilangan tiga kali juara dunia, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. Absennya pasangan peringkat kedua dunia ini lebih disebabkan cedera engkel yang dialami Ahsan.
”Kalau Ahsan tidak cedera, tentu kami akan bermain. Siapa, sih, atlet yang tidak ingin tampil dalam Kejuaraan Dunia?” kata Hendra yang berstatus pemain non-pelatnas meskipun diminta tim pelatih berlatih di Cipayung.
Hilangnya kans Greysia/Apriyani
Kompetisi ganda putra juga akan berlangsung tanpa pasangan nomor satu dunia yang masih berupaya menjadi juara dunia untuk pertama kalinya, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon. Adapun peluang Greysia Polii/Apriyani Rahayu untuk menyandingkan medali emas ganda putri Olimpiade Tokyo 2020 dengan gelar juara dunia pun hilang. Apalagi, Greysia direncanakan pensiun pada 2022.
Persaingan memang masih diwarnai hadirnya pemain-pemain top Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan Denmark. Namun, tanpa dibekali tenaga penuh, apa pun bisa terjadi pada salah satu major tournament BWF tersebut.