Pertemuan pertama Mourinho dengan bekas klubnya, Inter, berakhir tragis. Sang pelatih ternama di Italia tersebut tak berkutik saat beradu taktik dengan Inzaghi.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
ROMA, MINGGU — Jose Mourinho, pelatih AS Roma, ditampar kenyataan saat berhadapan dengan bekas tim asuhannya, Inter Milan, di Stadion Olimpico, pada Minggu (5/12/2021) dini hari WIB. Di laga penuh nostalgia itu, Mourinho kalah telak dalam adu strategi dengan pelatih lawan, Simone Inzaghi. Roma pun harus menanggung malu karena kalah tiga gol tanpa balas di depan pendukung sendiri.
Inter hanya butuh satu babak untuk menyudahi perlawanan tim tuan rumah. Tiga gol dalam rentang 24 menit dari Hakan Calhanoglu, Edin Dzeko, dan Denzel Dumfries membuat ”Si Ular Besar” unggul mutlak saat turun minum. Roma yang hanya menguasai bola sebanyak 34 persen tidak mampu berbicara banyak dengan strategi serangan balik ala Mourinho.
Mourinho mengatakan, kekalahan dari Inter tidak bisa dihindari. ”Inter lebih kuat dibandingkan kami dalam kondisi normal. Apalagi, dalam kondisi tidak normal seperti ini, mereka jauh lebih kuat. Musim lalu, mereka unggul 29 poin atas Roma di liga. Hari ini dengan banyaknya pemain yang absen, itu menjadi sangat sulit,” ucapnya kepada DAZN.
”Serigala Roma” tidak bisa menurunkan penyerang utama, Tammy Abraham, dan bek kanan, Rick Karsdorp, akibat akumulasi kartu kuning. Sementara itu, Stephan El Shaarawy, Lorenzo Pellegrini, dan Leonardo Spinazzola masih dalam pemulihan cedera.
Lini serang mereka dipimpin Nicolo Zaniolo yang bukan striker murni dan Eldor Shomurodov yang hanya penyerang pelapis. Adapun keduanya total baru menyumbang satu gol di Liga Italia musim ini. Serangan Roma dalam formasi 3-5-2 pun terasa sangat tumpul.
Potensi lini serang kami praktis nihil. Sangat penting untuk bisa mencetak gol di laga seperti ini karena kami punya beberapa peluang. Setidaknya ada tiga peluang dan kami tidak mencetak satu pun.
”Potensi lini serang kami praktis nihil. Sangat penting untuk bisa mencetak gol di laga seperti ini karena kami punya beberapa peluang. Setidaknya ada tiga peluang dan kami tidak mencetak satu pun,” kata pelatih yang baru menjalani musim pertama di Roma tersebut.
Inter jauh lebih beruntung. Meskipun tidak bisa menurunkan bek tengah Stefan de Vrij dan bek sayap Matteo Darmian, skuad mereka cukup lengkap dengan pemain utama dari lini tengah hingga depan.
”Dewi fortuna” juga memihak tim tamu pada gol pertama. Calhanoglu menciptakan gol ajaib dari tendangan sudut. Tendangannya membuat bola berbelok langsung ke gawang, lalu masuk lewat celah kaki kiper Roma, Rui Patricio. Inter lebih tenang setelah unggul. Mereka pun bisa mencetak gol kedua dan ketiga lewat permainan terbuka.
”Saya tidak tahu apakah itu penampilan terbaik kami atau tidak. Tetapi setidaknya kami berhasil mengalahkan mereka yang baru kalah sekali di kandang. Kemenangan ini benar-benar meningkatkan harga diri kami. Ini sinyal yang bagus,” kata Inzaghi.
Selain Mourinho, laga di Olimpico juga mengembalikan memori masa lalu untuk Inzaghi dan Dzeko. Inzaghi pernah 22 tahun berada di ibu kota Italia sebagai pemain dan pelatih Lazio. Sementara itu, Dzeko sempat membela Roma selama 6 musim sebelum pindah ke Inter pada musim panas lalu.
Tidak pelak, nuansa nostalgia sangat kental terasa di Olimpico. Para pendukung Roma memajang spanduk untuk mantan strikernya bertuliskan, ”119 kali, terima kasih”. Kalimat itu merujuk pada jumlah gol Dzeko selama membela Roma.
Pendukung Inter juga menunjukkan rasa hormat mereka terhadap Mourinho. Mereka memamerkan spanduk yang mengisyaratkan rasa terima kasih atas pencapaian treble winner pada 2010, bertuliskan, ”Terima kasih selamanya untuk Jose Mourinho”.
Adapun Mourinho pernah mengantar Inter ke puncak kejayaan tertinggi. Mereka meraih gelar juara Liga Italia, Piala Italia, dan Liga Champions dalam semusim. Pencapaian yang dihasilkan Mourinho itu baru pertama kali terjadi dalam sejarah klub Italia. Dia pun selalu menjadi sosok yang spesial.
Terlepas dari kisah masa lalu itu, Mourinho tampak mulai tenggelam dari masa jayanya. Kekalahan tersebut merupakan yang keempat kali saat berhadapan dengan tim besar musim ini. Sebelumnya, Roma juga takluk dari AC Milan, Juventus, dan Lazio.
Selain karena pemain absen, strateginya dengan permainan cenderung pasif juga turut andil membuat Roma tidak banyak berkutik. Dia seakan tertinggal jauh dengan Inzaghi yang menganut filosofi sepak bola modern. Inzaghi menerapkan permainan agresif saat memegang ataupun kehilangan bola. Inter selalu berusaha memegang bola lebih banyak dibandingkan lawannya.
Saat ini, Roma tertahan di peringkat ke-5 dengan 25 poin. Mereka tertinggal semakin jauh dari zona Liga Champions karena tren buruk, 4 kali kalah dalam 6 laga terakhir. Tren itu seharusnya cukup untuk menyadarkan Mourinho, skuadnya butuh perubahan signifikan. (AFP/REUTERS)