Juve dan Atalanta akan saling mencari momen kebangkitan setelah terpuruk di Liga Champions. Mereka butuh kemenangan untuk meredakan atmosfer buruk di ruang ganti.
Oleh
Kelvin Hianusa
·4 menit baca
TURIN, JUMAT — Dua klub raksasa Italia, Juventus dan Atalanta, seakan tertidur saat pertarungan Liga Champions pada tengah pekan lalu. Mereka sama-sama pulang dengan hasil buruk dan rasa kecewa. Setelah tampil inkonsisten, keduanya akan mencoba bangkit saat saling bersua dalam pekan ke-14 Liga Italia di Stadion Allianz, Minggu (28/11/2021) pukul 00.00.
Juve pulang dengan rasa malu setelah diremukkan tim tuan rumah Chelsea, 0-4, pada Rabu lalu. Hasil buruk itu merupakan kekalahan terbesar ”Si Nyonya Besar” di seluruh kompetisi sejak 2004.
Meskipun akhirnya tetap lolos ke 16 besar, penampilan mereka dianggap tidak pantas sebagai duta terdepan publik Italia. Surat kabar berbasis di Turin sampai menuliskan skuad asuhan Pelatih Massimiliano Allegri itu tidak tahu malu dan tidak pantas ditonton.
Atalanta tidak lebih bahagia. ”Sang Dewi” ditahan saat bertandang ke markas tim kecil Eropa, Young Boys, 3-3. Mereka melewatkan kesempatan terbaik untuk merebut tiga poin, yang bisa menjaga kans lolos ke fase gugur. Duvan Zapata dan rekan-rekan tertunduk lesu seusai laga tersebut.
Setumpuk kekecewaan skuad Juve dan Atalanta itulah yang akan ditumpahkan pada akhir pekan ini. Si Nyonya Besar yang terjangkit virus inkonsistensi sejak awal musim akan menjamu Sang Dewi yang kehilangan pesona di kompetisi Eropa.
Bagi Juve, laga nanti akan sangat penting. Harga diri mereka dipertaruhkan setelah kekalahan memalukan dari Chelsea. Seperti kata penyerang legendaris Juve, Alessandro Del Piero, nyaris tidak ada hikmah yang bisa dipetik dari kekalahan besar tersebut, hanya ada rasa malu dan kecewa.
Allegri menyadari anak asuhnya kurang cermat dalam membangun serangan. Paulo Dybala dan rekan-rekan kerap mudah kehilangan bola saat mengumpan vertikal. Mereka terburu-buru mengumpan saat harus menahan bola. ”Kami sering melakukannya. Kesalahan itu harus segera dibenahi saat bertemu Atalanta,” ucapnya.
Pelatih dengan koleksi enam gelar juara Liga Italia ini berharap timnya bisa lebih konsisten. Adapun sebelum dipermalukan Chelsea, Juve sedang berada di atas angin setelah menang dua kali beruntun masing-masing atas Lazio dan Fiorentina.
Menurut Allegri, inkonsistensi ini tidak bisa dihindari karena Juve sedang dalam fase transisi akibat pergantian pelatih dalam tiga musim terakhir dan kehilangan Cristiano Ronaldo. ”Kami punya keterbatasan. Itu tidak bisa disangkal. Kami hanya bisa bekerja untuk memperbaikinya,” lanjutnya.
Selain kebangkitan moral, Juve juga butuh kemenangan untuk menjaga asa juara musim ini. Mereka sekarang hanya menempati peringkat ke-8 dengan 21 poin, tertinggal 11 poin dari pemuncak klasemen, AC Milan dan Napoli, hingga 13 pekan berlalu.
Kami punya keterbatasan. Itu tidak bisa disangkal. Kami hanya bisa bekerja untuk memperbaikinya.
Tim tamu mengincar kemenangan untuk mengembalikan rasa percaya diri. Skuad asuhan Pelatih Gian Piero Gasperini ini akan bertanding di laga pamungkas babak grup Liga Champions versus Villarreal pada awal Desember. Laga itu akan menjadi penentu kelolosan ke fase gugur.
Zapata berkata, Juve merupakan ujian pertama mereka untuk bisa mengembalikan konsistensi permainan. ”Kami harus memikirkan Liga Italia dulu pertama-tama, sebelum menghadapi laga penting lawan Villarreal. Pandangan kami tertuju pada akhir pekan ini,” ucap penyerang yang sudah mencetak 8 gol di Liga Italia tersebut.
Duel strategi para pelatih akan menghiasi laga nanti. Gasperini dengan formasi andalannya, 3-1-4-2, sedangkan Allegri akan mengandalkan formasi yang hampir selalu dipakai sejak awal musim, 4-4-2.
Atalanta akan merepotkan lini tengah Juve dengan tekanan persisten nan agresif saat kehilangan bola. Seperti biasa, Sang Dewi juga akan tampil terbuka menuruti filosofi menghibur Gasperini.
Si Nyonya Besar bisa mengambil keuntungan dari permainan ”naif” tim tamu. Dengan dua penyerang, Dybala dan Alvaro Morata, mereka akan mengancam permainan terbuka lawan lewat serangan balik. Adapun Juve lebih produktif ketika menghadapi tim menyerang. Mereka justru kesulitan menghadapi tim kecil yang bermain ekstra defensif karena kurangnya kreativitas di lini tengah.
Leonardo Bonucci, bek veteran Juve, meyakini rekan-rekannya telah belajar banyak dari kekalahan di Liga Champions. Mereka belajar cara menghadapi tim yang agresif menekan dalam posisi bertahan. Hal itu yang akan dibawa melawan Atalanta.
”Kami mengambil pelajaran harus selalu berada dalam kecepatan 1.000 kilometer per jam. Jika melambat sedikit, Anda akan dihukum. Pelajaran ini sangat penting untuk menyadarkan kami. Kami tidak bisa lagi kehilangan intensitas ataupun konsentrasi sepanjang permainan,” ucap Bonucci kepada Sky Sport Italia.
Jelang laga besar nanti, kabar baik datang untuk kedua klub. Di Juve, bek Giorgio Chiellini dan gelandang Federico Bernadeschi sudah mulai kembali berlatih. Sementara itu, Atalanta sudah bisa memainkan gelandang andalannya, Robin Gosens. ”Bisa memakai seluruh pemain dalam skuad ini adalah sebuah keuntungan besar,” kata Gasperini. (AP/REUTERS)