Performa menawan ditampilkan Liverpool dan Ajax Amsterdam di babak penyisihan grup Liga Champions Eropa. Kedua tim yang telah lolos ke fase gugur itu menuai buah kesetiaan pelatih/manajer yang memainkan pakem ofensif.
Oleh
Muhammad Ikhsan Mahar
·4 menit baca
LIVERPOOL, KAMIS — Liverpool dan Ajax Amsterdam menyusul langkah Bayern Muenchen dan Juventus sebagai tim-tim paling awal menyegel tiket ke babak 16 besar Liga Champions Eropa pada musim ini. Hasil gemilang Liverpool dan Ajax menunjukkan buah dari kesabaran pembentukan tim oleh pelatih atau manajer yang terus setia mengabdi untuk kedua klub itu.
Juergen Klopp adalah salah satu manajer/pelatih dengan masa pengabdian terlama bagi Liverpool di abad ke-21. Manajer asal Jerman itu telah memainkan laga ke-334 bersama ”The Reds” saat mereka mengalahkan Atletico Madrid, 2-0, di Stadion Anfield, Inggris, Kamis (4/11/2021) dini hari WIB.
Ajax juga setia dengan Erik ten Hag sejak 28 Desember 2017. Ten Hag tercatat sebagai pelatih dengan persentase kemenangan terbaik dalam dua dekade terakhir bagi Ajax, yaitu 73,22 persen dari total 183 laga. Ia juga membawa Ajax menjadi salah satu tim tersubur di Eropa dengan koleksi 499 gol.
Klopp dan Ten Hag adalah anomali di sepak bola modern. Ketika klub-klub besar di Eropa kerap memecat pelatih saat gagal memenuhi target, Ten Hag dan Klopp mampu menjaga kepercayaan klubnya masing-masing meskipun sempat tertatih-tatih di awal kariernya.
Liverpool harus menunggu hingga musim keempat bersama Klopp untuk mengangkat trofi Liga Champions musim 2018-2019. Semusim berselang, Klopp mengakhiri tiga dekade penantian Liverpool akan gelar juara Liga Primer Inggris.
Ten Hag juga tidak menjalani musim pertamanya di Ajax dengan mulus. Setelah menggantikan Marcel Keizer di paruh kedua musim 2017-2018, Ten Hag hanya bisa membawa Ajax finis kedua di Liga Belanda. Setelah itu Ten Hag mengantarkan Ajax meraih dua trofi Liga Belanda dan dua trofi Piala Belanda secara beruntun dan menembus babak semifinal Liga Champions 2018-2019.
Terkait masa bakti, Klopp—yang telah menangani Liverpool tanpa putus selama 6 tahun dan 27 hari—hanya kalah dari Diego Simeone yang telah memimpin Atletico Madrid selama 9 tahun 10 bulan dan 12 hari. Adapun Ten Hag berada di peringkat keenam pelatih dengan pengabdian terlama di Liga Champions Eropa pada musim ini.
Dion Dublin, pengamat sepak bola BBC, berkata, kesetiaan Liverpool membantu Klopp dalam membangun tim tangguh. Maka, ”Si Merah” kini tidak hanya tampil dengan performa terbaik, tetapi juga memahami cara menguasai lawan.
”Liverpool memakai pendekatan tepat di empat laga babak penyisihan (grup). Mereka tampil sangat kuat di seluruh lini dan menaklukkan lawan dengan pengalamannya,” kata Dublin.
Performa tidak kalah gemilang diraih Ajax. Untuk pertama kalinya, mereka mengemas 12 poin dari empat laga penyisihan grup Liga Champions. Tim berjuluk ”De Godenzonen” itu tidak pernah meraih langkah sempurna itu sebelumnya, bahkan ketika menjadi juara pada 1971, 1972, 1973 dan 1995.
Liverpool memakai pendekatan tepat di empat laga babak penyisihan (grup). Mereka tampil sangat kuat di seluruh lini dan menaklukkan lawan dengan pengalamannya.
Namun, Ten Hag menganggap penampilan timnya saat ini belum sempurna. Ia bahkan kecewa dengan performa timnya di babak pertama laga versus Borussia Dortmund di Stadion Signal Iduna Park, Jerman, kemarin, karena mudah kehilangan bola. Alhasil, Ajax tertinggal satu gol di babak pertama melalui eksekusi penalti Marco Reus, kapten Dortmund.
”Meski demikian, kami masih bisa menunjukkan hasil positif perkembangan tim ini dalam beberapa tahun terakhir. Itu berguna untuk mengalahkan tim kuat seperti Dortmund,” ungkap Ten Hag dikutip De Telegraaf seusai timnya menang 3-1 atas Dortmund.
Sepak bola ofensif
Resep utama Klopp dan Ten Hag membawa timnya tampil sempurna di Liga Champions sejauh ini ialah kesetiaan pada sepak bola ofensif. Hal itu terlihat dari total 14 gol yang telah dicetak Ajax serta 13 gol yang telah dihasilkan ”The Reds”. Produktivitas kedua tim itu hanya kalah dari Bayern Muenchen dan Manchester City yang masing-masing telah 17 dan 15 kali membobol gawang lawan.
Liverpool dan Ajax juga selalu berambisi mendominasi jalannya laga. Kedua tim itu masuk ke peringkat tiga besar tim dengan rata-rata persentase penguasaan bola tertinggi di Liga Champions musim ini. Liverpool mencatatkan 62,3 persen penguasaan bola per laga, adapun Ajax 58,8 persen. Angka rata-rata penguasaan bola mereka hanya kalah dari juara bertahan, Chelsea (66,8 persen).
Klopp selalu menginstruksikan timnya untuk cerdas dan sabar saat menguasai bola.
Tak hanya itu, Klopp dan Ten Hag juga menyematkan permainan bola-bola pendek untuk tim asuhannya. Liverpool dan Ajax adalah dua dari delapan tim di Liga Champions yang telah menghasilkan lebih dari 2.100 operan sukses. Statistik itu menyejajarkan mereka dengan Chelsea, Real Madrid, Bayern, Manchester City, Shakhtar Donetsk, dan Barcelona.
Trent Alexander-Arnold, bek sayap Liverpool, mengungkapkan, Klopp selalu menginstruksikan timnya untuk cerdas dan sabar saat menguasai bola. Cara itu tidak hanya bertujuan untuk mendominasi jalannya pertandingan, tetapi juga untuk meredam taktik lawan.
”Atletico dan dua lawan lainnya di grup (AC Milan dan FC Porto) adalah tim-tim yang bisa memberikan ancaman nyata ketika diberi kebebasan menguasai bola. Karena itu, kami harus menjaga bola selama mungkin dan mengalirkan bola dengan cepat untuk menyulitkan mereka,” ujar Alexander-Arnold, pemain yang membuat dua asis gol saat menghadapi Atletico.
Adapun Dusan Tadic, kapten Ajax, menuturkan, timnya selalu berusaha tampil dominan ketika menghadapi tiga lawan di Grup C, yakni Dortmund, Sporting Lisbon, dan Besiktas. Tadic menyumbang satu gol untuk Ajax saat menghadapi Dortmund. (REUTERS)