Duel Dua Penerus ”Big Three” di Partai Puncak Final ATP
Dua petenis yang berpeluang besar meneruskan dominasi ”Big Three”, yakni Daniil Madvedev dan Alexander Zverev, akan berhadapan pada laga pemuncak Final ATP 2021 di Torino, Italia.
Oleh
JOHANES WASKITA UTAMA
·4 menit baca
Selama 19 tahun, persaingan tenis putra dunia pada turnamen besar didominasi oleh tiga nama: Roger Federer, Rafael Nadal, dan Novak Djokovic. Sejak Federer muncul sebagai juara Wimbledon 2003, hingga tahun ini Djokovic berjaya di Australia Terbuka, Perancis Terbuka, dan Wimbledon, ”Big Three”, begitu mereka biasa disebut, memborong 60 dari 76 gelar juara di turnamen Grand Slam.
Tidak demikian halnya dengan Final ATP. Turnamen penutup tahun yang hanya diikuti delapan petenis terbaik dalam satu musim kompetisi ATP Tour ini kerap diakhiri kejutan. Meski Federer masih menjadi pemegang rekor juara terbanyak, enam kali, diikuti Djokovic dengan lima kali, pada ajang ini lebih sering terjadi persaingan para pemain yang berusaha menggoyahkan dominasi Big Three.
Bahkan, meski mengoleksi 20 gelar Grand Slam, Nadal belum pernah menjadi juara di ajang ini. Pada lima edisi terakhir, lima petenis bergantian menjadi juara, yakni Andy Murray (2016), Grigor Dimitrov (2017), disusul tiga pemain muda, Alexander Zverev (2018), Stefanos Tsitsipas (2019), dan Daniil Medvedev (2020).
Tren itu pun terulang pada Final ATP 2021, saat Djokovic harus mengakui keunggulan Zverev, 6-7 (4/7), 6-4, 3-6, pada laga semifinal di Pala Alpitour, Torino, Italia, Minggu (20/11/2021) dini hari WIB. Pada final, Zverev akan bertemu juara bertahan, Medvedev, yang pada semifinal lainn menang lebih cepat atas petenis debutan Norwegia, Casper Ruud, 6-4, 6-2.
Pertemuan ke-12 Zverev dan Medvedev ini terjadi lima hari setelah Medvedev memenangi pertemuan ke-11 pada laga penyisihan Grup Merah di ajang yang sama. Petenis Rusia itu menang lewat pertarungan sengit, 6-3, 6-7 (3/7), 7-6 (8/6), dalam laga yang disepakati oleh keduanya sebagai ”pertandingan yang layak untuk dikenang”. Ketatnya laga itu memberi harapan kepada penggemar tenis untuk disuguhi keseruan yang sama pada laga final.
Keduanya lolos ke Final ATP dengan prestasi mentereng musim ini dan sama-sama telah memenangi 58 pertandingan di ATP Tour. Medvedev berbekal empat gelar juara, yakni di Marseille, Mallorca, ATP Masters 1000 Toronto, dan Amerika Serikat Terbuka, yang menjadi gelar Grand Slam pertamanya. Dia mencatat rekor menang-kalah 9-0 di Final ATP dua tahun terakhir setelah merebut gelar juara tahun lalu tanpa kekalahan.
Saya masih punya peluang untuk memenangi turnamen, dan itu yang selalu saya tekankan pada diri sendiri.
Petenis berusia 25 tahun ini sedikit diunggulkan karena memenangi lima laga terakhir melawan Zverev, setelah selalu kalah pada empat pertemuan pertama. Dia pun berusaha menjadi petenis pertama yang menjuarai Final ATP secara beruntun setelah Djokovic (2012-2015).
Adapun Zverev datang ke Torino dengan koleksi lima gelar juara di Acapulco, Vienna, dua gelar ATP Masters 1000 di Madrid dan Cincinnati, serta medali emas Olimpiade Tokyo 2020. Dia berusaha mengulang prestasinya saat menjadi juara Final ATP 2018, yakni memenangi laga final atas petenis yang mengalahkannya pada penyisihan grup. Saat itu, di O2 Arena, London, Zverev ditundukkan Djokovic pada penyisihan grup dan membalasnya di final untuk menjadi juara.
Pengalamaan itu pula yang membuat Zverev tidak patah semangat saat dikalahkan Medvedev di penyisihan Grup Merah di Torino. ”Saya masih punya peluang untuk memenangi turnamen, dan itu yang selalu saya tekankan pada diri sendiri,” ujar petenis Jerman itu pada laman ATP.
Kepercayaan diri Zverev menjelang final juga cukup tinggi setelah menundukkan Djokovic dalam laga yang berlangsung 2 jam 28 menit. Hasil itu menggagalkan ambisi Djokovic untuk menyamai rekor Federer sebagai enam kali juara Final ATP.
Medvedev pun tak mau menganggap remeh lawannya di final. ”Sascha (sapaan Zverev) memiliki servis keras, pukulan yang tajam. Pukulan forehand dan backhand hampir sama kuat, dia petenis yang komplet, dan tahu apa yang harus dilakukan,” ujarnya.
Zverev, yang baru empat kali kalah sejak merebut medali emas di Tokyo, Agustus lalu, tak sabar untuk melakukan revans atas kekalahannya dari Medvedev di Grup Merah. ”Saya kalah 6/8 pada tie-break set ketiga, lima hari lalu. Jadi, saya tak sabar menanti kesempatan berikutnya melawan Medvedev. Dia salah satu petenis terbaik di dunia. Jadi, pasti akan menjadi laga yang sangat sulit,” ujar petenis berusia 24 tahun itu.
Melihat prestasi mereka sejauh ini, Medvedev dan Zverev memiliki peluang terbesar menjadi penerus Big Three untuk mendominasi persaingan tenis putra dalam waktu dekat. Langkah itu dimulai dengan berhadapan pada laga pemuncak Final ATP 2021.