Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja memupuk kembali rasa percaya diri setelah tampil buruk pada semua turnamen sepanjang 2021.
Oleh
Yulia Sapthiani
·4 menit baca
BADUNG, KOMPAS — Ganda campuran Indonesia, Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja, tengah memupuk kembali rasa percaya diri setelah tampil buruk pada hampir setiap turnamen tahun ini hingga gagal lolos ke Olimpiade Tokyo 2020. Penampilan pada perempat final dua turnamen terakhir, meski dengan hasil kalah, membuat keduanya yakin bahwa mereka masih bisa bersaing di level elite dunia.
Salah satu kekalahan dialami pada perempat final Daihatsu Indonesia Masters BWF World Tour Super 750. Di Bali International Convention Center, Jumat (19/11/2021), Hafiz/Gloria kalah dari unggulan ketiga asal Jepang, Yuta Watanabe/Arisa Higashino, 21-16, 17-21, 9-21. Ganda campuran Indonesia pun tidak lagi memiliki wakil pada salah satu dari tiga turnamen dalam Festival Bulu Tangkis Indonesia itu. Dua ajang lainnya adalah SimInvest Indonesia Terbuka Super 1000, 23-28 November, dan Final BWF, 1-5 Desember.
Sehari sebelumnya, Indonesia kehilangan semua wakil di nomor tunggal putra dengan kekalahan Jonatan Christie dan Shesah Hiren Rhustavito pada babak kedua. Adapun pemain-pemain tunggal putri tersingkir pada babak pertama.
Kekalahan Hafiz/Gloria membuat mereka belum bisa melewati perempat final dari tujuh turnamen yang telah diikuti pada tahun ini. Penampilan buruk membuat mereka tak dipilih masuk dalam tim Piala Sudirman Indonesia, hingga digantikan ”adik” mereka, Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari.
Tahun ini, peringkat dunia mereka pun turun dua kali, yaitu dari posisi kedelapan, menjadi kesembilan, lalu ke-10 sejak 27 Oktober. Pasangan yang berduet sejak Oktober 2017 itu memulai perjalanan pada tahun ini dengan tersingkir pada babak pertama Thailand Terbuka I.
Sempat memperbaiki penampilan dengan lolos ke perempat final Thailand Terbuka II, mereka membuka peluang mendampingi Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti ke Tokyo 2020. Namun, kesempatan meraih banyak poin dari turnamen berlevel rendah, yaitu Swiss Terbuka Super 300, pada Maret, disia-siakan. Datang sebagai unggulan kedua, mereka tersingkir pada babak pertama.
Setelah tak memiliki kesempatan bertanding di Olimpiade, lalu Piala Sudirman, Hafiz/Gloria memiliki banyak waktu untuk berlatih di pelatnas Cipayung. Mereka baru tampil kembali dalam Denmark Terbuka Super 1000, 19-24 Oktober, dan tersingkir pada babak pertama.
”Kekalahan itu membuat kepercayaan diri kami turun karena kami sebenarnya sudah benar-benar siap. Kami pun berusaha membangunnya kembali dengan saling menguatkan. Keyakinan dan hal-hal lain, seperti daya tahan fisik, juga diperbaiki,” ujar Gloria.
Upaya itu menghasilkan penampilan lebih baik pada Hylo Terbuka Super 500 di Jerman pada pekan berikutnya. Mereka kalah dari unggulan teratas, Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai, dalam laga perempat final, 22-20, 16-21, 16-21.
Peluang datang kembali pada Indonesia Masters ketika mereka menjadi satu-satunya wakil ganda campuran Indonesia yang tampil pada perempat final. Namun, daya tahan mereka kalah kuat dibandingkan dengan Watanabe/Higashino. Pertahanan pasangan Jepang itu begitu kuat hingga sulit ditembus oleh smes Hafiz. Watanabe/Higashino, bahkan, sering kali mendapat poin dari serangan balik.
Hasilnya memang tidak seperti yang kami inginkan, tetapi saya puas dengan penampilan kami di sini dan di Jerman.
”Hasilnya memang tidak seperti yang kami inginkan, tetapi saya puas dengan penampilan kami di sini dan di Jerman. Kini, kami harus berusaha konsisten dengan rasa percaya diri kami,” ujar Gloria.
Watanabe mengakui pertandingan melawan Hafiz/Gloria sangat berat dilalui, apalagi Hafiz/Gloria bermain baik pada gim pertama dan kok yang digunakan terasa berat. ”Namun, laga seperti tadi sudah saya antisipasi sejak awal. Jadi, kami sudah benar-benar siap,” kata Watanabe.
Selain Hafiz/Gloria, pemain Indonesia lain yang tampil pada perempat final adalah ganda putri Greysia Polii/Apriyani Rahayu serta dua ganda putra yang saling berhadapan, yaitu Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon dan Pramudya Kusumawardana/Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan.
Momota ke semifinal
Setelah batal tampil pada Indonesia Masters 2020, tunggal putra nomor satu dunia, Kento Momota, mendekati peluang untuk menjadi juara dengan lolos ke semifinal. Pemain Jepang itu mengalahkan Rasmus Gemke (Denmark), 21-15, 21-5, dan akan berhadapan dengan pemain Taiwan, Chou Tien Chen, pada laga empat besar.
Berbeda dengan Momota, Chou harus menjalani laga ketat ketika berhadapan dengan Ng Ka Long Angus (Hong Kong) dan memenanginya dengan skor 21-19, 12-21, 21-18. Dengan tenaga Chou yang terkuras, Momota pun memiliki kesempatan mengalahkannya seperti yang 12 kali dilakukannya dari 14 pertemuan sebelumnya.
Namun, Momota mengatakan, ia harus sangat waspada dalam melawan Chou yang dikenal sebagai pemain ulet. Saat mengalahkan Ng, misalnya, Chou memenangi gim penentuan setelah tertinggal 2-8.
”Chou juga punya kecepatan dan sering tampil menekan. Saya akan berusaha agar tidak ditekan dia sejak awal,” kata Momota yang ditempatkan sebagai unggulan pertama.
Unggulan pertama tunggal putri, yang juga berasal dari Jepang, Akane Yamaguchi, juga akan bersaing pada semifinal dengan melawan Pusarla V Sindhu setelah mengalahkan Pornpawee Chochuwong (Thailand), 8-21, 21-12, 21-10. Ini menjadi laga kedua beruntun Yamaguchi dalam tiga gim setelah dia mengalahkan Kim Gauen (Korea Selatan) pada babak kedua.