Meskipun terjadi banyak kejutan, para pemain unggulan teratas masih terus melaju sampai babak delapan besar Indonesia Masters.
Oleh
Yulia Sapthiani
·4 menit baca
BADUNG, KOMPAS — Meski kejutan telah terjadi sejak babak pertama dengan tersingkirnya pemain-pemain unggulan, mereka yang berstatus unggulan teratas turnamen bulu tangkis Daihatsu Indonesia Masters BWF World Tour Super 750 belum terbendung. Melalui jalan berbeda, pemain-pemain itu lolos ke perempat final turnamen yang menjadi bagian dari Festival Bulu Tangkis Indonesia itu.
Unggulan teratas nomor tunggal dan ganda putra, Kento Momota dan Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon, melaju ke babak delapan besar setelah mengalahkan lawan dengan skor sama, 21-13, 21-19. Pada babak kedua di Bali International Convention Center, Kamis (18/11/2021), Momota mengalahkan salah satu pemain muda potensial, Lakshya Sen (India), sedangkan Kevin/Marcus menang atas Lucas Corvee/Ronan Labar (Perancis).
”Saya senang bisa menang pada hari ini meski tidak dengan penampilan terbaik. Saya merasa sangat lelah karena udara hari ini terasa lebih panas,” ujar Momota yang untuk pertama kalinya bertemu dengan Sen.
Sen adalah pemain berusia 20 tahun seangkatan Kunlavut Vitidsarn (Thailand) dan Li Shi Feng (China), pemain-pemain muda potensial lainnya. Ketika Sen menjadi semifinalis Kejuaraan Dunia Yunior Bulu Tangkis 2018, Vitidsarn menjadi juara. Vitidsarn, bahkan, menjadi juara dunia yunior dalam tiga tahun beruntun, yaitu 2017-2019.
Di Indonesia Masters, Vitidsarn tampil gemilang ketika menyingkirkan unggulan kelima, Anthony Sinisuka Ginting, 19-21, 21-14, 21-13, pada babak pertama. Setelah itu, dia mengalahkan pemain Indonesia lainnya, Shesar Hiren Rhustavito, 21-14, 21-9.
Meski belum lama bersaing pada level lebih tinggi, Sen bisa memberi perlawanan ketat pada Momota meski hanya pada set kedua. Momota pun menilai, Sen adalah pebulu tangkis muda yang akan terus berkembang pada masa depan. ”Dia bermain sangat baik,” katanya.
Saya senang bisa menang pada hari ini meski tidak dengan penampilan terbaik.
Kevin/Marcus juga harus melalui gim kedua lebih ketat dibandingkan gim pertama ketika untuk pertama kalinya bertemu Corvee/Labar. Kevin mengatakan, itu terjadi karena dia dan Marcus membuat lebih banyak kesalahan pada gim tersebut hingga kehilangan banyak poin.
Pada perempat final, ganda putra nomor satu dunia itu berpeluang bertemu sesama pemain pelatnas, Pramudya Kusumawardana/Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan, yang berhadapan dengan Akira Koga/Taichi Saito (Jepang) pada babak kedua, Kamis sore.
Sementara Momota dan Kevin/Marcus bisa melaju dengan kemenangan dua gim, unggulan teratas tunggal putri, Akane Yamaguchi (Jepang), dan ganda campuran, Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai (Thailand), harus melalui babak kedua dengan lebih ketat.
Yamaguchi mengatakan, dia membuat sulit dirinya sendiri hingga harus bermain tiga gim, 21-17, 14-21, 21-16, untuk mengalahkan Kim Gaeun (Korea Selatan). ”Saya sempat kehilangan konsentrasi hingga membuat sulit diri sendiri. Jadi, saya pun cukup senang bisa menang dengan cara seperti ini,” kata Yamaguchi.
Tunggal putri peringkat ketiga dunia itu menyadari bahwa dia tak boleh mengulang kesalahan serupa ketika melawan Pornpawee Chochuwong (Thailand) pada perempat final. Apalagi, Chochuwong selalu memaksanya bermain tiga gim pada dua pertemuan yang berlangsung dalam sebulan terakhir, yaitu perempat final Denmark dan Perancis Terbuka.
Puavaranukroh/Taerattanachai juga bertekad meningkatkan level permainan mereka setelah mengalahkan Chen Tang Jie/Peck Yen Wei (Malaysia), 21-17, 16-21, 21-17, pada babak kedua. Mereka akan berhadapan dengan pemain Malaysia lainnya, Hoo Pang Ron/Cheah Yee See, pada perempat final.
Tanpa beban
Vitidsarn menuturkan, prinsip bermain tanpa beban telah membuatnya berkembang dalam bersaing pada turnamen berlevel tinggi. ”Saya bisa bermain tanpa tekanan, bermain seperti yang saya mau ketika melawan pemain top dunia,” katanya setelah mengalahkan Shesar.
Dengan cara ini, dia pun bisa mengalahkan pemain-pemain yang lebih berpengalaman, seperti Anthony di Indonesia Masters. Dipercaya menjadi bagian dari Tim Thailand dalam kejuaraan beregu campuran Piala Sudirman, Vitidsarn menyumbangkan angka saat mengalahkan Shi Yuqi (China) dan Kidambi Srikanth. Dia juga menang atas Jonatan Christie dan Wang Tzu wei (Taiwan) saat bertanding dalam Piala Thomas.
”Saya banyak belajar ketika bersaing dalam turnamen besar, mulai dari cara menghadapi pemain top dan beradaptasi dengan atmosfer pertandingan, termasuk dengan kok yang digunakan. Umumnya, kok yang dipakai cukup berat hingga saya pun harus menyesuaikan diri dengan itu,” kata pemain peringkat ke-23 dunia itu.