Bagi petenis Novak Djokovic, keluarga lebih bernilai daripada semua rekor yang berhasil diciptakannya di lapangan tenis. Bertanding sambil disaksikan anak-anaknya memberikan energi besar bagi Djokovic.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
Akhir pekan lalu di Paris, Perancis, Novak Djokovic menambah pencapaian baru dalam daftar rekornya sebagai petenis profesional. Namun, melebihi semua rekor itu, Djokovic menilai, harta dan kesuksesan terbesar yang dimilikinya adalah keluarga.
Tunggal putra asal Serbia itu menambahkan prestasi sebagai petenis nomor satu dunia akhir tahun untuk ketujuh kalinya ketika mengalahkan Hubert Hurkacz dalam semifinal ATP Masters 1000 Paris, Sabtu (6/11/2021). Djokovic pun menjadi tunggal putra yang paling sering menempati posisi tersebut, mengungguli Pete Sampras yang enam kali berada di puncak peringkat dunia akhir tahun.
Sehari setelah itu, Djokovic menjuarai Paris Masters dengan mengalahkan petenis yang mengalahkannya dalam final Grand Slam Amerika Serikat Terbuka, Daniil Medvedev, 4-6, 6-3, 6-3. Kemenangan ini, kembali, menambahkan catatan baru dalam daftar rekornya, yaitu enam kali juara Paris Masters dan meraih gelar ATP Masters 1000 untuk ke-37 kalinya. Lagi-lagi, petenis berusia 34 tahun itu berada dalam posisi teratas untuk kedua kategori tersebut.
Rekornya masih bisa bertambah dengan sisa dua kejuaraan yang akan diikuti, yaitu Final ATP di Turin Italia, 14-21 November, dan putaran final Piala Davis, 25 November-5 Desember. Dalam Final ATP, Djokovic (bersama Sampras dan Ivan Lendl) lima kali menjadi juara, terpaut satu gelar dari Roger Federer dengan enam gelar.
Setelah menang atas Medvedev, yang menggagalkan ambisi menyapu bersih empat gelar Grand Slam 2021, Djokovic menghampiri tribune tim. Disaksikan istri, Jelena; pelatihnya, Goran Ivanisevic; dan anggota tim lain, Djokovic memeluk dua buah hatinya, Stefan (7) dan Tara (4).
Disaksikan anak-anak di tribune, saat mereka sudah mengerti tenis, selalu menjadi mimpi saya. Inilah makna kehidupan yang sebenarnya bagi saya, berbagi momen seperti ini dengan orang-orang terkasih. Anak-anak adalah kesuksesan dan harta terbesar saya.
”Disaksikan anak-anak di tribune, saat mereka sudah mengerti tenis, selalu menjadi mimpi saya. Inilah makna kehidupan yang sebenarnya bagi saya, berbagi momen seperti ini dengan orang-orang terkasih. Anak-anak adalah kesuksesan dan harta terbesar saya,” tutur Djokovic kepada Tennis Channel.
”Saya tak dapat menahan emosi ketika melihat mereka ada di lapangan untuk mendukung saya,” lanjutnya.
Keinginan Djokovic ditonton langsung anak-anaknya berkaca pada momen serupa yang dialami Federer. Sejak si kembar, Myla dan Charlene, yang lahir pada 2009 selalu hadir di lapangan saat sang ayah bertanding ketika mereka mulai besar.
Si kembar lainnya, Leo dan Lenny (lahir pada 2014), menambah daftar anggota tim Federer di tribune. Keempatnya hadir di lapangan saat ayah mereka menjuarai Australia Terbuka 2017 dan 2018 serta Wimbledon 2017.
Dari pengalaman salah satu rival beratnya itu, Djokovic pun berulang kali mengutarakan keinginan ditonton langsung anaknya begitu Stefan lahir.
Bangkit dari kegagalan
Prestasi menjelang akhir musim kompetisi 2021 itu didapat Djokovic setelah gagal mewujudkan target menjuarai semua Grand Slam 2021 dan menyandingkannya dengan medali emas Olimpiade Tokyo 2020. Djokovic menjuarai Australia Terbuka, Perancis Terbuka, dan Wimbledon, tetapi gagal meraih medali Olimpiade yang dimundurkan setahun karena pandemi Covid-19. Di AS Terbuka, dia dikalahkan Medvedev dalam final.
Kegagalan di Tokyo 2020 dan AS Terbuka membuat Djokovic menepi dari kompetisi sejenak. ”Saya melihat kembali apa yang membuat saya gagal di final AS Terbuka. Apa yang salah dan apa yang benar. Namun, saya tidak terlalu lama bersedih karena gagal mencapai target menjuarai semua Grand Slam,” katanya.
Pada masa rehat tersebut, Djokovic mempelajari semua detail yang membuat Medvedev unggul darinya, terutama dari servis. ”Dari semua detail itu, saya belajar membaca servisnya. Saya juga paham bahwa saya harus tampil lebih agresif darinya,” ujarnya.
Seperti pernah dikatakan pelatih Roger Federer, Ivan Ljubicic, proses belajar tak boleh berhenti dilakukan semua petenis profesional, termasuk mereka yang telah berstatus bintang. Perubahan sekecil apa pun akan berpengaruh pada permainan mereka.
Dengan cara itu pula, Djokovic membalas kekalahan 4-6, 4-6, 4-6, di Flushing Meadows, New York, hampir dua bulan lalu. Apalagi, Medvedev, yang enam kali dikalahkan Djokovic dari 10 pertemuan, telah menjadi rival baru. Sebelumnya, hanya ada Federer dan Rafael Nadal yang dikenal sebagai pesaing utama Djokovic.
”Setiap bertemu, kami selalu saling mendorong hingga batas kemampuan kami. Perlu banyak waktu dan penyesuaian untuk saling mengalahkan,” kata Djokovic.
”Saya rasa bagus untuk olahraga ini bahwa telah tercipta rivalitas baru,” ujar Medvedev. (REUTERS)