Inkonsistensi penampilan MU musim ini diduga berkaitan dengan menurunnya jumlah tekanan yang mereka lakukan di setiap laga. Cristiano Ronaldo termasuk pemain dengan jumlah tekanan per laga yang sedikit.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
MANCHESTER, MINGGU — Penampilan tidak konsisten Manchester United musim ini membuat semua anggota tim tidak luput dari serbuan kritik. Tidak terkecuali megabintang Cristiano Ronaldo. Meski tampil menjanjikan di era keduanya bersama MU, sejumlah pihak menilai masih ada kelemahan yang ditampilkan Ronaldo.
Dengan nilai total skuad mencapai sekitar Rp 14,9 triliun, performa MU dianggap masih jauh dari seharusnya. Musim ini MU mendatangkan sejumlah pemain berkelas seperti Ronaldo, Jadon Sancho, dan Raphael Varane. Namun, dalam beberapa pekan terakhir, MU kesulitan menemukan konsistensi penampilan seluruh kompetisi yang mereka ikuti.
Pasukan Ole Gunnar Solskjaer tersingkir dari Piala Liga Inggris setelah kalah 0-1 dari West Ham. Di Liga Inggris, Harry Maguire dan rekan-rekan hanya mampu memetik satu poin dari tiga pertandingan terakhir. MU dikalahkan Aston Villa 0-1, lalu ditahan imbang 1-1 oleh Everton, dan takluk 2-4 dari Leicester City.
Performa MU di Liga Champions Eropa juga tidak terlalu mengesankan. Pada laga sebelumnya menghadapi wakil Italia, Atalanta, MU nyaris kalah 0-2 bila saja Marcus Rashford, Maguire, dan Ronaldo tidak mencetak gol kemenangan MU dan mengubah papan skor menjadi 3-2. Padahal, di awal musim, MU mencatat hasil manis dengan di antaranya mencukur Leeds United 5-1 dan menggasak Newcastle United 4-1.
Selain itu, lini belakang MU tengah bermasalah dengan hanya mencatat satu penampilan tidak kebobolan di semua kompetisi musim ini. Inkonsistensi penampilan MU musim ini membuat kinerja manajer Solskjaer berada dalam sorotan.
Mantan pemain belakang MU, Gary Neville, menggambarkan performa mantan timnya musim ini sebagai sebuah kesatuan yang longgar dan tidak terhubung satu sama lain. Ia menyebut ada ruang serta celah di setiap lini permainan MU.
Semua orang harus tahu peran mereka. Saya tahu peran saya di tim. Peran saya adalah mencetak gol, membantu tim dengan pengalaman dan pengetahuan saya untuk memahami permainan.
”Ini adalah tim yang pemainnya terkadang menekan sendiri dan hanya berjalan-jalan di atas lapangan,” katanya dikutip dari Sky Sports.
Inkonsistensi penampilan MU musim ini diduga berkaitan dengan menurunnya jumlah tekanan (pressing) yang mereka lakukan di setiap laga. Berdasarkan catatan Opta, MU telah berubah dari tim yang mencatatkan rata-rata 24,9 kali tekanan dalam satu laga musim lalu kini menjadi hanya 16,4 kali per laga. Hal ini merupakan penurunan yang cukup signifikan dan bertepatan dengan kembalinya Ronaldo ke Old Trafford.
Tidak ayal, Ronaldo pun turut menjadi sasaran kritik berdasarkan data tersebut. Menurut Neville, Ronaldo tidak banyak berkontribusi dalam hal turut menekan lawan sejak mereka berada di area pertahanannya. Kebutuhan Ronaldo untuk menjaga stamina ditengarai menjadi penyebab catatan tekanan yang dia lakukan tergolong yang paling kecil di MU.
Data individu Opta untuk hal menekan menunjukkan Ronaldo rata-rata hanya melakukan 12,1 tekanan per 90 menit di Liga Inggris musim ini. Catatan itu jauh dibandingkan dengan gelandang Bruno Fernandez (41 tekanan per laga), Fred (35,2 tekanan per laga), dan Paul Pogba (31 tekanan per laga).
Kompak
Perihal permainan menekan, Solskjaer pada musim lalu menyampaikan, ia berkehendak menjadikan MU sebagai tim yang bermain dengan tekanan tinggi sebagaimana dilakukan Liverpool dan Manchester City. Tampil menekan hanya akan efektif bila seluruh pemain secara kompak melakukannya. Dengan begitu, kehadiran Ronaldo dinilai menghambat rencana tersebut.
”Jika Anda akan ingin tampil menekan, maka semua pemain harus bermain menekan,” kata mantan pemain Liverpool, Jamie Carragher, yang sekarang menjadi pengamat sepak bola.
Agar visi menekan seperti yang diutarakan Solskjaer bisa berjalan, juru taktik asal Norwegia itu disarankan untuk memprioritaskan memasang Edinson Cavani di lini depan dibandingkan dengan Ronaldo. Cavani menawarkan tingkat intensitas pergerakan tanpa bola yang sangat kontras dengan Ronaldo.
Pemain timnas Uruguay itu mencatatkan 39,7 kali tekanan per laga, jauh di atas Ronaldo. Cavani juga disebut berlari dua kali lebih banyak daripada Ronaldo.
Menanggapi inkonsistensi penampilan timnya, Ronaldo menyampaikan, para pemain MU masih perlu waktu untuk beradaptasi. Meski begitu, dia mengimbau rekan-rekan setimnya untuk selalu berpikir bahwa segala sesuatunya masih mungkin untuk dilakukan.
”Semua orang harus tahu peran mereka. Saya tahu peran saya di tim. Peran saya adalah mencetak gol, membantu tim dengan pengalaman dan pengetahuan saya untuk memahami permainan. Jika semua orang berpikir seperti itu, berkorban untuk tim, saya pikir kami akan menjadi tim yang lebih baik,” tuturnya kepada Sky Sports.
Sejauh ini Ronaldo telah mencetak enam gol dalam delapan penampilan untuk MU. Menghadapi kritik yang dialamatkan kepadanya, Ronaldo mengatakan akan membungkam para pengkritik dengan cara memenangi gelar. Menurut dia, adanya kritik membuktikan bahwa orang-orang masih memperhatikan penampilannya.