Jakarta di ambang menorehkan catatan terburuk di cabang bulu tangkis PON. Selain gagal membawa pulang medali dari tunggal putra dan putri, Jakarta hanya memiliki satu harapan raihan emas dari ganda putra.
Oleh
Muhammad Ikhsan Mahar
·5 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS – Untuk pertama kalinya dalam perhelatan Pekan Olahraga Nasional, DKI Jakarta gagal meraih medali dari bulu tangkis tunggal putra dan putri. Padahal, dua kategori itu selalu menjadi harapan Jakarta meraih medali. Pada PON Jawa Barat 2016, misalnya, pebulutangkis Ibu Kota membawa pulang emas melalui sumbangan Jonathan Christie dan Fitriani.
Dalam tiga dari empat edisi PON terakhir sejak tahun 2000, pebulutangkis Jakarta selalu mampu menembus ke partai final di dua nomor tunggal itu. Namun, pada PON Papua 2021, pebulu tangkis tunggal Jakarta hanya mampu melangkah hingga babak delapan besar atau perempat final.
Jakarta sejatinya meloloskan seluruh tunggal putra ke babak perempat final. Tiga pebulu tangkis itu ialah Christian Adinata (unggulan 6), Karono (8), dan Yonathan Ramlie. Ketiganya pun telah berjibaku untuk mempersembahkan emas dari nomor beregu putra, Sabtu (9/10/2021) lalu.
Akan tetapi, penampilan gemilang mereka di pertandingan beregu memudar di babak perempat final nomor perorangan, Selasa (12/10/2021), di Gedung Olahraga Waringin, Abepura, Kota Jayapura. Christian takluk dari unggulan pertama asal Sulawesi Utara, Ikhsan Leonardo Rumbay, dalam pertarungan dua gim. Dalam duel sesama pemain pelatnas Cipayung itu, Ikhsan unggul, 21-18, 21-14.
Adapun Karono takluk dari pemain Jawa Tengah, Bobby Setiabudi, dalam pertarungan dua gim pula, 13-21, 20-22. Nasib lebih buruk dialami Yonathan yang tidak berdaya menghadapi andalan Jawa barat, Panji Ahmad Maulana. Yonathan, yang menentukan kemenangan Jakarta atas Jabar di final beregu, takluk, 12-21, 9-21, dalam pertandingan yang hanya berlangsung selama 20 menit.
Di tunggal putri, harapan terbesar Jakarta bertumpu pada diri Ruseli Hartawan, yang menjadi unggulan teratas. Tetapi, secara mengejutkan, Ruseli tumbang dari tunggal putri Papua, Gabriela Meilani Moningka, dalam pertarungan tiga gim, 21-12, 14-21, 19-21. Selain Ruseli, duta Jakarta lainnya di tunggal putri Aurum Oktavia Winata, juga harus mengakui keunggulan pebulutangkis Bali, Komang Ayu Cahya Dewi, 13-21, 20-22.
Nasib lebih buruk justru dialami Stephani Widjaja. Pemain yang menduduki peringkat pertama junior Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) itu terpaksa mundur di babak 16 besar akibat cedera lutut.
Pelatih Jakarta Thomas mengatakan, materi pebulutangkis di PON Papua berimbang. Ia menyebutkan, para pebulu tangkis Jakarta adalah para pemain yang tergabung di pelatnas Cipayung, Jakarta Timur, sehingga mereka seharusnya sudah terbiasa menghadapi rekan sesama pelatnas yang juga bertarung di ajang PON.
Materi “Cipayung” amat kental di tim Jakarta. Pasalnya dari 12 pemain yang terdaftar di PON 2021, hanya dua pemain yang tidak masuk daftar pelatnas, yakni Aurum Oktavia Winata dan Nahla Aufa Dhia Ulhaq.
Namun, tambah Thomas, penampilan anak asuhannya terlalu tegang dan tidak mampu keluar dari tekanan lawan. Hal itu menyebabkan para duta Jakarta melakukan banyak kesalahan yang membuat langkah mereka terhenti di babak delapan besar.
“Dengan kekuatan dan kualitas yang seimbang, maka pemain yang lebih siap secara mental, tidak tegang, dan bisa bermain lepas tanpa tekanan memiliki peluang lebih besar untuk menang. Sayangnya, pemain kami tidak menunjukkan itu,” kata Thomas.
Kekecewaan ini membuat saya harus berlatih dan bekerja lebih keras lagi untuk bisa meraih prestasi.
Ruseli mengakui, dirinya kecewa gagal memenuhi target untuk meraih emas. Sebelumnya, ia menargetkan mampu meraih dua medali emas yang berasal dari nomor beregu dan tunggal putri. Tetapi, harapan itu sirna. Sebelumnya, Jakarta hanya meraih perak usai kalah dari Jatim di final beregu putri.
“Kekecewaan ini membuat saya harus berlatih dan bekerja lebih keras lagi untuk bisa meraih prestasi,” kata Ruseli yang berusia 23 tahun itu.
Satu harapan
Setelah menelan pil pahit di babak perempat final, nasib buruk Jakarta juga hadir di babak semifinal. Pada laga semifinal yang berlangsung pula pada Selasa kemarin, hanya ganda putra, Adnan Maulana/Ghifari Ananda, yang sukses melaju ke partai final. Keduanya memastikan langkah ke babak perebutan medali emas berkat menumbangkan pasangan Jatim, Calvin Kristanto/M Reza Pahlei Isfhani, 21-16. 21-11.
Sementara itu, dua wakil Jakarta lain di semifinal, yaitu ganda putra Amri Syahnawi/Yeremia Rambitan serta ganda putri, Aurum /Nahla, menderita kekalahan. Alhasil, mereka harus puas membawa pulang perunggu. Dengan tambahan dua perunggu itu, maka Jakarta telah mengantongi satu emas, satu perak, dan dua perunggu.
Adnan/Ghifari menjadi satu-satunya harapan Jakarta untuk membawa pulang dua emas dari Papua 2021. Pada laga final yang akan berlangsung, Rabu (13/10/2021) mulai pukul 10.00 WIT, Adnan/Ghifari akan menghadapi ganda Jabar, Pramudia Kusumawardana/M Shohibul Fikri. Kedua pasangan itu merupakan unggulan pertama dan kedua di ganda putra.
“Kami berharap emas dari tunggal putra, tunggal putri, dan ganda putra, tetapi kini hanya ganda putra yang memiliki peluang memenuhi target itu. Semoga Adnan dan Ghifari bisa tampil tanpa beban dan bisa mendominasi lawan,” ujar Thomas.
Adapun prestasi terburuk Jakarta dari perolehan emas PON sejak dekade 2000-an terjadi pada PON Riau 2021. Kala itu, Jakarta hanya mengemas dua emas. Prestasi terbaik Jakarta tercipta pada PON Sumatera Selatan 2004 dengan membawa pulang lima emas. Sementara itu, pada PON Jabar 2016, Jakarta adalah juara umum bulu tangkis dengan raihan empat emas, dua perak, dan dua perunggu.
Potensi Jabar
Ketika Jakarta terpuruk, Jabar justru memiliki peluang terbesar untuk menyabet gelar juara umum bulu tangkis di PON 2021. Jabar menempatkan pemainnya di empat nomor final. Hanya di ganda campuran, Jabar gagal mengantarkan wakilnya ke partai puncak.
Jabar bahkan telah memastikan tambahan satu emas dan satu perak berkat keberhasilan dua tunggal putra menampilkan laga duel sesama Jabar. Mereka adalah Panji Ahmad Maulana dan Syabda Perkasa Belawa.
Pelatih tunggal Jabar Aang Andi Suhandi senang dengan keberhasilan dua pemainnya tampil di final. Aang pantas bangga karena Jabar sukses mengakhiri paceklik emas tunggal putra selama 17 tahun. Pebulutangkis tunggal putra Jabar yang terakhir kali meraih emas ialah Taufik Hidayat pada PON Sumsel 2004.
“Kami yakin Panji dan Syabda punya kans. Apabila disuruh memilih saya melihat Panji lebih berpeluang meraih emas, tetapi segalanya bisa terjadi di final,” kata Aang.