Jawa Timur merebut emas beregu putri PON Papua 2021. Raihan emas itu dipastikan berkat keunggulan 2-0 atas DKI Jakarta, sang unggulan pertama.
Oleh
Muhammad Ikhsan Mahar
·4 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Jawa Timur memastikan diri sebagai juara pada nomor beregu putri bulu tangkis Pekan Olahraga Nasional Papua 2021. Kemenangan 2-0 atas DKI Jakarta, Sabtu (9/10/2021), di Gedung Olahraga Waringin, Kota Jayapura, mengakhiri paceklik medali emas Jatim pada cabang bulu tangkis dalam dua edisi PON terakhir.
Jatim terakhir kali meraih emas bulu tangkis di ajang PON terjadi pada edisi Kalimantan Timur 2008. Kala itu, pasangan ganda putra, Bambang Suprianto/Tony Gunawan, menjadi penyumbang medali emas satu-satunya untuk Jatim pada PON 2008.
Paceklik emas itu berakhir berkat penampilan meyakinkan dua tunggal putri, yaitu Sri Fatmawati dan Desima Aqmar Syarafina. Kedua pemain itu sejatinya tidak diunggulkan di laga final beregu putri kontra Jakarta. Pasalnya, Jakarta diperkuat dua pemain pemusatan latihan nasional (pelatnas), Ruseli Hartawan dan Stephani Widjaja.
Meski begitu, pelatih Jatim, Taufiq Akbar, menuturkan, sejak awal dirinya optimistis bisa meraih kemenangan dari Jakarta yang berpredikat sebagai unggulan pertama di beregu putri. Hal itu didasari permainan meyakinkan Sri dan ganda, Febrina Dwi Puji Kusuma/Marsheilla Gischa Islami, yang tidak pernah kalah dalam tiga pertandingan sebelumnya.
”Sejujurnya, saya terkejut kami bisa memastikan kemenangan dari tunggal kedua. Dengan hasil ini, saya sangat mengapresiasi perjuangan keras para pemain yang tampil dengan motivasi tinggi untuk meraih emas,” kata Taufiq seusai pertandingan.
Tidak gentar
Predikat Ruseli dan Stephani sebagai duta Cipayung, lokasi pelatnas bulu tangkis nasional, tidak menggetarkan Sri dan Desima. Sri, misalnya, berhasil mengatasi perlawanan Ruseli dalam dua set, 21-18, 21-16.
Dalam pertandingan dua gim itu, Sri selalu mampu menjaga keunggulan selisih poin dari Ruseli. Sri bermain lebih stabil dengan selalu memimpin di setiap masa interval gim. Kunci permainan Sri adalah kesabarannya memainkan reli dengan Ruseli. Ia tidak terlalu ngotot untuk cepat-cepat merebut poin.
Strategi itu membuat Ruseli beberapa kali melakukan kesalahan. Di gim pertama, misalnya, Ruseli bisa menyamakan skor, 18-18. Namun, kegagalannya menyeberangkan kok dalam permainan net pada perebutan dua poin selanjutnya membuat Sri di atas angin. Sri menutup gim pertama dengan pukulan smes ke sisi kiri Ruseli.
Kemudian, di set kedua, strategi Sri tidak berubah. Meskipun sempat beradu poin hingga bermain seri pada kedudukan, 13-13, Sri selanjutnya bisa konsisten merebut poin untuk unggul jauh 19-14 sebelum mengunci poin pertama untuk Jatim.
”Saya tidak berpikir bahwa dia (Ruseli) adalah pemain pelatnas. Saya berusaha mengeluarkan permainan terbaik dan menjaga fokus untuk meladeni pukulan-pukulan Ruseli,” ujar Sri.
Saya tidak berpikir bahwa dia (Ruseli) adalah pemain pelatnas. Saya berusaha mengeluarkan permainan terbaik dan menjaga fokus untuk meladeni pukulan-pukulan Ruseli. (Sri Fatmawati)
Desima juga mampu tampil konsisten untuk mengalahkan Stephani dalam tiga gim, 21-18, 17-21, 22-20. Desima amat memanfaatkan kondisi Stephani, pemain peringkat pertama Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) yunior, yang masih mengalami cedera di bagian belakang lututnya.
Dalam permainan itu, Desima serupa dengan Sri yang memaksakan reli melalui penempatan banyak kok ke sisi belakang lapangan. Desima juga sering memaksa Stephani bermain sengit di bibir net.
Tak hanya unggul strategi permainan, Desima juga menunjukkan keunggulan mentalnya. Di gim penentuan atau ketiga, Desima tidak patah semangat ketika keunggulan 17-14 bisa disamakan Stephani, 17-17. Ketika berada di poin-poin penting itu, Desima sering melihat ke arah Taufiq yang tidak berhenti memberikan semangat untuknya.
Ketika Desima bisa kembali menghasilkan poin, Taufiq yang duduk di belakangnya langsung bertepuk tangan dan melontarkan kata-kata pujian kepada anak asuhannya itu. Tak hanya Taufiq, dukungan kepada Desima hadir pula dari puluhan pendukung Jatim yang hadir di GOR Wairingin. Suporter, yang mengenakan kaus hijau, menyanyikan yel-yel dukungan yang diiringi pukulan drum.
Desima mengatakan, dirinya berusaha untuk menyiapkan kondisi fisik sebaik mungkin ketika berhadapan dengan Stephani. Ia telah memprediksi laga itu akan berlangsung sengit sehingga membutuhkan kebugaran fisik.
”Saya mencoba untuk memaksimalkan cedera Stephani dengan memaksa dia lebih banyak berlari. Selain itu, dukungan dari pelatih dan para pendukung meningkatkan motivasi saya untuk memastikan raihan emas Jatim,” tutur Desima.
Sementara itu, Pelatih Jakarta, Adriyanti Firdasari, mengatakan, kedua tunggal terbaiknya itu tidak dalam kondisi fisik yang prima. Ruseli, misalnya, masih kelelahan karena harus bermain dua kali di tunggal dan ganda pada laga semifinal melawan Papua, Jumat (8/10/2021).
Adapun Stephani, lanjutnya, memang telah siap tampil, tetapi belum bisa mengeluarkan kondisi terbaik karena beberapa kali merasakan sakit di kakinya. Pada interval gim kedua, Stephani meminta tim medis menyemprotkan cairan pereda nyeri di bagian belakang lututnya. Seusai pertandingan, Stephani pun menggunakan kursi roda.
”Kekecewaan itu pasti ada, tetapi pertandingan final ini menunjukkan bahwa seluruh kekuatan pemain seimbang. Jadi, pemain yang lebih siap secara mental dan lebih kuat secara fisik akan menjadi pemenang,” ucap Firdasari.