Pelari putri nasional yang mewakili Maluku, Alvin Tehupeiory meraih emas 400 meter gawang putri PON Papua 2021. Prestasi itu sangat disyukuri karena tetap berprestasi di tengah cedera otot paha.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
TIMIKA, KOMPAS - Dengan cedera otot paha kanan belakang yang dialami sesampai di Kota Timika, Mimika, Selasa (5/10/2021) sebelum cabang atletik bergulir, Pekan Olahraga Nasional Papua 2021 menjadi PON terberat bagi pelari putri Maluku Alvin Tehupeiory. Tak heran, dia begitu emosional saat finis terdepan pada final lari 400 meter gawang putri.
”Emas ini saya persembahkan untuk masyarakat Maluku, keluarga, dan mendiang papa saya, Welem Tehupeiory yang meninggal tahun 2018. Berkat dukungan mereka, saya bisa meraih emas ini. Prestasi ini sangat penting karena ini PON terberat yang saya lalui akibat cedera yang saya alami,” ujar Alvin usai berlomba di Stadion Atletik Kompleks Olahraga Mimika PT Freeport Indonesia, Minggu (10/10).
Usai finis, Alvin membungkukan badan. Tubuhnya lunglai dan berbaring di pinggiran lintasan. Dua staf tim medis sigap menghampiri pelari berusia 26 tahun itu dan memberikan perawatan di kedua kakinya. Sambil dirawat, dia berteriak kencang. Bukan karena kesakitan, teriakannya lebih karena rasa puas.
Papan skor menunjukkan, Alvin sukses finis pertama dengan waktu 61,65 detik. Artinya, pelari kelahiran Ambon, 5 April 1995 itu berhak atas emas. Perak diraih pelari Sumatera Utara Nurainun Br Perangin dengan 62,67 detik dan perunggu untuk Yunicke Herlin Anderi (Papua) dengan 62,68 detik.
Tersenyum lagi
Emas itu benar-benar membuat Alvin puas dan bisa tersenyum lagi. Pada penyisihan dan final lari 100 meter, Rabu (6/10) dan penyisihan lari 200 meter, Minggu, dia gagal mendapatkan hasil memuaskan. Dia hanya finis nomor empat pad final 100 m dengan 12,08 detik. Di penyisihan lari 200 meter, dia harus puas di peringkat kelima dengan 25,05 detik, atau finis ketiga heat kedua.
Padahal, Alvin begitu dominan di dua nomor itu pada pada Kejuaraan Nasional Atletik di Cibinong, Jabar, yang menjadi kualifikasi PON Papua. Ketika itu, dia meraih emas 100 m dengan 11,64 detik, atau hanya terpaut 0,08 detik dari rekornas milik Irene Truitje Joseph (11,56 detik). Dia juga meraih emas 200 meter dengan 23,76 detik, yang memecahkan rekornas Irene (23,86 detik).
Alvin mengatakan, kegagalannya merebut medali di 100 m PON kali ini tak lepas dari cedera otot paha kanan yang dialaminya. Cedera itu membuatnya terlihat selalu jalan terpincang sebelum dan sesudah lomba.
Usai nomor 100 m, 200 m, maupun 400 m gawang, Alvin selalu terkapar dan perlu perawatan intensif. Bahkan, usai final 100 m, dia langsung menepi dan tidak mau diwawancara. Wajahnya tampak begitu kecewa.
Namun, setelah final 400 m gawang, aura wajah Alvin lebih ceria meskipun masih menahan sakit. Dia bisa melepas senyum dan dengan sabar menerima permintaan penonton yang ingin foto ataupun wawancara.
”Cedera ini sangat mengganggu target saya di PON ini. Tadinya, saya ingin memperbaiki catatan waktu di tiga nomor yang saya ikuti. Karena cedera, saya cuma berusaha sebaik mungkin. Saya bersyukur bisa meraih emas dari 400 meter gawang,” kata Alvin.
Menatap medali
Emas itu melecut lagi semangat Alvin. Menghadapi final 200 m, Senin (11/10), dia berusaha agar lebih baik daripada penyisihan. Dia mengaku sulit untuk memperbaiki catatan waktu atau rekornas, tetapi masih berpeluang untuk membawa pulang medali.
Cedera ini sangat mengganggu target saya di PON ini. Tadinya, saya ingin memperbaiki catatan waktu di tiga nomor yang saya ikuti. Karena cedera, saya cuma berusaha sebaik mungkin.
”Saya akan berusaha sebaik mungkin untuk dapat medali di final 200 m. Apalagi saya pemegang rekornas nomor itu,” terang Alvin yang merebut emas etafet 4x400 m putri dan perunggu 4x100 m putri di Riau 2012 serta emas 400 m gawang dan perak 4x400 m putri pada Jabar 2016 tersebut.
Pada Minggu, terjadi dua pemecahan rekor PON. Pelari Jabar Halomoan Edwin Binsar meraih emas lari gawang 400 m putra dengan 51,33 detik, memecahkan rekor PON milik pelari NTB Andrian (51,83 detik) pada PON 2016. Perak direbut pelari Sumut Muhammad Khairuddin Syahputra dengan 51,75 detik dan Andrian membawa pulang perunggu dengan 51,77 detik.
”Di sini, saya memang tidak menargetkan mempertajam rekornas karena masih ikut dua nomor lain, 400 meter dan 4x400 meter putra. Kalau habis-habisan di 400 meter gawang, takutnya nanti di nomor lain kurang maksimal. Apalagi cuaca di sini tidak bersahabat, kadang panas sangat terik dan tiba-tiba hujan deras,” ungkap Halomoan.
Sementara itu, pelontar martil Sumatera Barat Rafika Putra meraih emas dengan lontaran 54,05 m, sekaligus memecahkan rekor PON milik atlet DKI Jakarta Ardiansyah Apandi (52,28 m) pada PON 2016. Perak direbut atlet Riau Denny Putra Yohann (52,69 m) dan perunggu didapat atlet Bangka Belitung Tri Suhartomo (52,21 m).
Di penyisihan 200 meter putra, pelari NTB Lalu Muhammad Zohri menjadi yang terbaik dari 13 peserta di dua heat, dengan waktu 21,80 detik. Zohri akan bersaing dengan tujuh pelari lainnya di final, Senin ini.