Balapan seri Turki berpotensi menjadi momen krusial penentu gelar juara F1. Jika Lewis Hamilton menggunakan mesin keempat di Istanbul dan start paling belakang, dia akan menjadi pemburu Max Verstappen di sisa enam seri.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·4 menit baca
ISTANBUL, KAMIS – Lewis Hamilton berpotensi menggunakan mesin keempat, melebihi kuota tiga mesin semusim, pada Formula 1 seri Turki akhir pekan ini untuk menjaga peluang juara tetap terbuka. Langkah itu akan memaksa Hamilton membuang peluang meraih 25 poin karena start paling belakang, dan memberi angin pada rival terkuatnya, pebalap Red Bull Max Verstappen untuk kembali memuncaki klasemen. Namun, strategi itu bisa menjadi pilihan terbaik, mengingat potensi Hamilton kehilangan poin karena kerusakan mesin dalam tujuh seri terakhir F1.
Resiko kerusakan mesin yang dihadapi Hamilton itu sangat besar, karena dia kini hanya memiliki dua mesin dari tiga mesin yang telah dia gunakan. Satu mesin telah rusak saat dia terhenti pada sesi latihan di Sirkuit Zandvoort, Belanda, September lalu. Dengan dua mesin yang bisa digunakan, salah satunya jam operasionalnya sudah berlimpah, Hamilton tidak memiliki opsi rotasi mesin yang ideal.
Kondisi ini sama dengan yang dihadapi oleh Verstappen setelah dia mengalami kecelakaan di Silverstone, saat mesin mobilnya rusak. Dia pun menggunakan mesin keempat pada seri Rusia di Sochi dan start dari posisi paling belakang. Namun, hujan yang mengguyur dalam tujuh putaran terakhir membawa berkah bagi pebalap Red Bull itu, hingga dia bisa finis di posisi kedua di belakang Hamilton.
Hamilton kini memuncaki klasemen pebalap dengan keunggulan dua poin dari Verstappen di peringkat kedua. Hamilton berpotensi memperlebar selisih poin di Istanbul, Turki, Minggu (10/9/2021), sirkuit tempat dia tampil dominan dan finis terdepan musim lalu. Namun, performa Red Bull musim ini dengan mobil RB16B bisa membuat perbedaan pada balapan di Istanbul.
Dengan sisa tujuh balapan, pilihan mengganti mesin berpeluang besar terjadi di Turki, karena sirkuit ini sesuai dengan mobil Mercedes, dan lintasan lebar yang memudahkan mendahului bagi Hamilton jika dia start dari posisi paling belakang.
Seri berikutnya di Amerika Serikat juga bisa menjadi opsi, karena Hamilton lima kali menang di Austin. Namun, dalam dua edisi terakhir di Sirkuit Amerika alias COTA, Hamilton gagal meraih podium tertinggi. Analisis data juga ada kekosongan karena musim lalu COTA tidak dipakai menggelar F1.
Jika tidak finis, itu sangat buruk. Jadi, kami mencari parameter mesin, memastikan kami tidak mengalami kesulitan akibat kendala keandalan. Itu sebuah kemungkinan. Kapan dan bagaimana itu dilakukan, belum diputuskan
Adapun seri Meksiko dan Brasil, yang berlangsung berikutnya, bukanlah trek yang optimal bagi Mercedes. Kedua sirkuit itu lebih cocok dengan mobil Red Bull, sehingga kedua seri ini bukan pilihan untuk mengganti mesin bagi tim Panah Perak.
Setali tiga uang, Qatar dan Arab Saudi juga masih asing bagi semua tim, karena baru pertama kali digunakan menggelar F1. Sementara itu, seri terakhir di Abu Dhabi yang sebelumnya didominasi oleh Mercedes sudah dipatahkan Red Bull saat Verstappen meraih podium tertinggi musim lalu.
Hal terpenting dalam pemilihan waktu dan lokasi penggantian mesin adalah mencegah Hamilton tidak kehilangan poin. "Yang terpenting adalah tidak DNF (gagal finis) karena masalah keandalan. Anda masih bisa mengatasi jika hasilnya finis kedua arau ketiga, saya pikir itu oke. Kejuaraan masih akan bergulir lama," ujar Kepala Tim Mercedes Toto Wolff kepada Sky Sports F1.
"Tetapi, jika tidak finis, itu sangat buruk. Jadi, kami mencari parameter-parameter mesin, memastikan kami tidak mengalami kesulitan akibat kendala keandalan. Itu sebuah kemungkinan. Kapan dan bagaimana itu dilakukan, belum diputuskan," kata Wolff terkait potensi Hamilton menggunakan mesin keempat.
Krusial
Pemilihan waktu yang tepat memang sangat krusial dalam mencegah poin tidak hilang terlalu banyak. Red Bull juga melakukan langkah yang sama setelah seri Inggris. Mereka baru mengganti mesin Verstappen pada seri Rusia di Sochi, karena pebalap Belanda itu juga akan menerima sanksi mundur tiga posisi start setelah dinilai menyebabkan tabrakan dengan Hamilton di Monza.
Verstappen pun kini optimistis dirinya bisa bersaing hingga akhir musim dengan mesin terbarunya itu. Meskipun kini berada di atas angin dengan keunggulan kondisi mesin yang lebih segar dan memiliki pilihan rotasi, Red Bull tidak berharap mengungguli Mercedes karena tim lawan terkena penalti akibat mengganti mesin. Mereka akan terus berjuang sekeras mungkin untuk meraih poin maksimal di setiap seri balapan.
"Anda berasumsi dengan jumlah mesin Mercedes yang telah diganti pada mobil-mobil di tim-tim pengguna, anda mungkin berharap akan ada penalti. Tetapi kami tidak bisa mengandalkan itu," tegas Kepala Tim Red Bull Racing Christian Horner dikutip Crash.
Oleh karena itu, Horner berhitung potensi mereka bisa meraih poin maksimal untuk mengalahkan Mercedes dalam persaingan juara pebalap. "Saya pikir tidak ada sirkuit lain yang sekuat Rusia dan Monza, tetapi sudah pasti Mercedes akan kuat. Mereka menang di Turki tahun lalu, mereka menjadi kuat di sana, tetapi kemudian kami mulai mendapatkan Austin, tempat kami seharusnya kuat atau seperti itu. Brasil dan Meksiko kami selalu kuat, kami tidak tahu apapun soal Qatar, kami tidak tahu apapun tentang Jeddah," tegas Horner.
"Kemudian Abu Dhabi, anda bisa mengatakan ini 50:50 terkait pertaruhan di atas meja yang sedikit menguntungkan satu tim dibandingkan yang lainnya," pungkas Horner terkait akhir persaingan juara musim ini.