Dua medali emas perdana di cabang tenis PON Papua 2021 diraih kontingen Jawa Timur melalui nomor beregu putra dan putri. Dominasi di nomor beregu itu serupa capaian Jatim di PON Jawa Barat 2016.
Oleh
Muhammad Ikhsan Mahar
·4 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS - Jawa Timur menjaga tradisi raihan medali emas di tenis nomor beregu pada Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua 2021. Bermaterikan atlet-atlet penghuni pemusatan latihan nasional (pelatnas), Jatim menundukkan DKI Jakarta, 2-1, di nomor beregu putri, lalu membungkam Bengkulu, 2-0, di beregu putra.
Pada PON Jabar 2016, Jatim juga meraih medali emas di dua nomor beregu. Lima tahun lalu, tim beregu putri Jatim juga mengalahkan DKI Jakarta. Saat itu, Jatim juga merebut emas di tenis beregu putra seusai menumbangkan Jawa Barat.
Keberhasilan Jatim mempertahankan sapu bersih emas di tenis beregu ditentukan pasangan nasional, Aldila Sutjiadi dan Jessy Rompies, pada pertandingan yang berlangsung di Lapangan Sien Soor, Jayapura, Papua, Minggu (3/10/2021). Mereka menumbangkan pasangan kembar bersaudara DKI Jakarta, Fitriani Sabatini dan Fitriana Sabrina, lewat skor 4-6, 6-2, dan tie-break 10-7.
Pada laga penentu itu, pengalaman Aldila/Jessy menjadi kunci untuk mengalahkan duet Fitriani/Fitriana yang baru berusia 20 tahun. Meskipun sempat tertinggal di set pertama, Aldila dan Jessy tetap tampil tenang di set kedua. Mereka mengunci poin wakil DKI Jakarta itu ketika saling mengejar angka hingga kedudukan 2-2.
Memasuki tie-break, Aldila dan Jessy, yang berpengalaman membela Indonesia di turnamen multicabang internasional, tampil lebih taktis. Mereka gemar melakukan pukulan yang menempatkan bola di sisi belakang dari ganda DKI Jakarta. Fitriani/Fitriana kesulitan mengembalikan bola karena menurunnya kondisi fisik mereka.
Meskipun menang, Aldila mengakui dirinya belum berada di performa terbaiknya. Hal itu terlihat dari beberapa kali pukulannya yang mengenai net. Hal itu membuat Aldila sempat menarik napas panjang tanda kecewa dengan penampilannya sendiri, terutama pada pertandingan di tunggal putri.
”Saya senang dengan raihan emas ini. Meski begitu, saya masih perlu meningkatkan penampilan untuk tampil lebih baik di nomor perorangan,” kata Aldila seusai laga final beregu putri yang berlangsung sekitar delapan jam itu.
Bisa diimbangi
Meskipun berisi pemain nasional, seperti Aldila, Jerry, dan Beatrice Gumulya, penampilan Jatim sejatinya mampu diimbangi DKI Jakarta. Pada laga pertama, Aldila dipaksa bermain tiga set oleh Fitriani, yaitu dengan kedudukan 1-6, 6-4, dan 7-6 (7-1).
Dalam laga itu, Aldila sempat kewalahan menghadapi kelincahan dan pukulan keras Fitriania selama set pertama hingga awal set kedua. Hanya saja, kondisi fisik Fitriani menurun setelah sempat unggul 4-1 di set kedua. Selain itu, pukulan Aldila membaik di set kedua. Pada set pertama, Aldila banyak melakukan kesalahan sendiri karena pukulannya mengenai net dan keluar zona poin.
Memasuki set ketiga, penurunan fisik Fitriani dimanfaatkan dengan baik oleh Aldila. Peraih medali emas Asian Games 2018 di nomor ganda campuran itu bisa unggul 4-2. Namun, Fitriani lagi-lagi tampil pantang menyerah dan memaksa tie-break.
Jawa Timur lawan yang sulit untuk diimbangi. Materi pemain mereka jauh di atas pesaing lain, termasuk kami. Akan tetapi, kami senang bisa meraih prestasi luar biasa ini untuk Bengkulu.
Dalam perebutan poin penentuan itu, Aldila memperlihatkan pengalamannya untuk unggul 7-1. Ia pun memberikan keunggulan bagi Jatim dengan kemenangan 7-6 di set ketiga.
Lalu, pada laga kedua, wakil Jatim, Beatrice, kewalahan menghadapi semangat juang duta DKI Jakarta, Deria Nur Haliza. Beatrice tumbang dari mantan kontestan Wimbledon Junior 2015 itu dalam laga tiga set yang berkedudukan 4-6, 7-5, dam 7-6 (8-6) itu.
Pada pertandingan itu, Deria bisa membalikkan ketertinggalan di dua set terakhir. Deria sempat tertinggal 2-4 di set kedua, tetapi bisa membalikkan kedudukan dan meraih kemenangan di set kedua.
Kondisi serupa juga tercipta di set penentuan. Tertinggal 0-4, Deria bisa bangkit untuk sempat unggul 5-4. Laga berlanjut ke tie-break. Pemain berusia 25 tahun itu tampil lebih sabar dalam momen penentu.
Kondisi itu membuat Beatrice kecewa. Anggota tim Indonesia di SEA Games Filipina 2019 itu duduk lemas di atas lapangan ketika Deria memastikan poin kemenangan.
Selain berhasil mempertahankan takhta juara di beregu putri, Jatim mampu pula menjaga dominasi di nomor beregu putra. Jatim, yang diperkuat pemain pelatnas, seperti Christopher Rungkat, M Rifqi Fitriadi, Anthony Susanto, dan David Agung Susanto, masih terlalu tangguh bagi pesaingnya.
Bengkulu pun tidak berkutik dalam duel di final. Dua tunggal putra Bengkulu, Jeremy Nahor dan Aditya Hari Sasongko, gagal memberikan perlawanan sengit kepada Christopher dan Rifqi. Christopher sukses menumbangkan Jeremy 6-0 dan 6-3, sedangkan Rifqi juga unggul mutlak dari Aditya dengan kedudukan 6-2 dan 6-1.
”Ini langkah awal yang sempurna bagi kami untuk mempertahankan perolehan emas di ajang PON. Selanjutnya, saya akan berjuang untuk menambah dua emas lagi,” kata Christopher yang juga akan tampil di ganda putra dan campuran.
Christopher mengungkapkan, Jatim menargetkan enam emas di PON Papua. Itu adalah jumlah emas serupa yang dibawa pulang dari Jabar 2016.
Di kubu sebaliknya, medali perak merupakan prestasi terbaik yang pernah diraih tim beregu tenis asal Bengkulu. Dalam dua edisi PON sebelumnya, Bengkulu bahkan gagal menembus putaran final tenis beregu putra.
”Jawa Timur lawan yang sulit untuk diimbangi. Materi pemain mereka jauh di atas pesaing lain, termasuk kami. Akan tetapi, kami senang bisa meraih prestasi luar biasa ini untuk Bengkulu,” ucap Jeremy.
Adapun Papua Barat dan Kalimantan Timur merebut medali perunggu di nomor beregu putra. Di nomor beregu putri, medali perunggu atau peringkat ketiga diraih Papua Barat dan Papua.