Debut Spesial Abiyu Hadirkan Emas Pertama Papua dari Senam
Abiyu Rafi (19) mengantarkan Papua meraih medali emas pertama dari cabang senam artistik, Minggu (3/10/2021). Tidak hanya emas, dia juga memberikan harapan besar untuk masa depan cabang olahraga senam Indonesia.
Oleh
kelvin hianusa
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Pesenam artistik putra tuan rumah, Abiyu Rafi (19), menghadirkan kejutan besar dalam final nomor senam lantai Pekan Olahraga Nasional Papua 2021, Minggu (3/10/2021). Pada debutnya di PON, Abiyu tampil tenang dan ”bersih”. Atlet baru dalam pemusatan latihan nasional ini mempersembahkan emas pertama untuk tuan rumah dari cabang senam.
Abiyu mengeksekusi set gerakan senam lantai dengan nyaris sempurna di Arena Istora Bangkit. Meskipun tampil sebagai debutan, dia tampak tidak terbebani ekspektasi ratusan pendukung tuan rumah yang terus menyemangatinya.
Atlet kelahiran Riau ini memastikan raihan emas dengan nilai 13,650. Dia jauh mengungguli atlet-atlet lain yang merupakan seniornya, termasuk pesenam Jatim, Ferous One (13,025), yang berstatus juara bertahan di nomor senam lantai.
”Lumayan tegang, sih, sebelum tampil. Ini, kan, PON pertama juga, makanya masih ada (rasa) tegang. Untungnya, lumayan lancar pas tampil. Intinya cuma berdoa terus saja. Enggak menyangka banget bisa dapat emas,” ucap Abiyu saat diwawancarai seusai lomba.
Capaian Abiyu sangat mengejutkan karena nilainya dalam kualifikasi, Jumat, hanya 12,450. Dia menempati peringkat ke-4 di antara 28 pesenam. Katanya, dia termotivasi dukungan penonton tuan rumah yang terus menyorakinya. ”Karena itu, saya berterima kasih terhadap dukungan mereka,” tambahnya.
Hadirnya pesenam remaja ini memberikan harapan besar terhadap perkembangan senam artistik nasional. Selama ini, belum ada ikon pesenam putra yang mampu konsisten berprestasi di ajang internasional. Adapun andalan pelatnas, Agus Adi Prayoko (32), sudah cukup tua dan butuh penerus.
Dia (Abiyu) adalah salah satu pesenam yang kami rencanakan untuk masa depan.
Abiyu mulai berkembang sejak masuk dalam Sekolah Khusus Olahraga (SKO) Ragunan pada 2012. Di tempat itu, dia digembleng selama enam tahun untuk menjadi pesenam andal. Atlet bertubuh tinggi dan tegap ini juga pernah dilatih oleh Wahid Wahyuni, pelatih SKO yang pernah melahirkan banyak pesenam nasional, salah satunya Rifda Irfanaluthfi.
Kariernya mulai menanjak setahun terakhir. Abiyu mencuri perhatian pada seleksi nasional untuk SEA Games Hanoi 2021. Dia mendapatkan tiket menuju pelatnas dalam usia yang masih sangat muda.
”Saya ingin terus berkembang lagi. Target saya ingin tembus Olimpiade suatu hari nanti. Saya berharap bisa mengembangkan terus (kemampuan) di semua alat, terutama di senam lantai. Saya lebih percaya diri saat bermain di senam lantai,” tuturnya.
Berbeda dengan putri, pesenam putra memiliki rentang usia karier yang lebih panjang. Abiyu masih punya banyak waktu untuk berkembang mengingat usianya kini masih 19 tahun. Pesenam putra masih bisa berada di fase puncak sampai usia 30 tahun. Jadi, tidak seperti pesenam putri yang rata-rata pensiun setelah berusia 20 tahun.
Dian Arifin, Wakil Ketua II Pengurus Besar Persatuan Senam Indonesia (PB Persani), berkata, mereka sudah memantau potensi besar Abiyu selama beberapa tahun terakhir. Terbukti, dia memperlihatkan potensi itu dalam seleknas pada pertengahan 2021. ”Dia adalah salah satu pesenam yang kami rencanakan untuk masa depan,” katanya.
Dominasi Rifda
Sementara itu, di senam artistik putri, Rifda kembali memperlihatkan dominasinya. Pesenam nasional itu meraih emas ketiga di PON Papua lewat penampilan apik dalam final meja lompat.
Rifda mencatatkan nilai akhir 13,466 lewat dua kali kesempatan gerakan meja lompat. Dia unggul jauh dari yuniornya, Salsabila Hadi (12,283), yang membela Jawa Timur. Salsabila harus puas dengan raihan perak.