Ketika Lawan Menjadi Kawan
Dalam Piala Laver, para petenis berbeda negara yang biasanya menjadi lawan kini menjadi kawan karena bergabung dalam Tim Eropa dan Tim Dunia. Bahkan, mereka harus bermain bersama dalam nomor ganda.
BOSTON, JUMAT — Lawan yang sering dijumpai dalam pertandingan kali ini menjadi kawan. Di arena tenis, hal ini hanya bisa terjadi dalam kejuaraan beregu putra Piala Laver.
Berlangsung di TD Garden, Boston, Amerika Serikat, Piala Laver 2021 adalah persaingan beregu yang mepertemukan Tim Eropa dan Dunia. Ajang ini mirip kejuaraan Piala Ryder dalam golf yang berlangsung antara Tim Eropa dan Amerika Serikat.
Dengan format tersebut, petenis yang selama ini menjadi lawan, termasuk rekan senegara, bahu-membahu meraih kemenangan untuk tim masing-masing, termasuk berduet dalam nomor ganda. Meski berpasangan dengan atlet beda negara termasuk fenomena biasa dalam tenis, pertandingan ganda putra dalam Piala Laver terjadi antara pasangan-pasangan dadakan.
Pada hari pertama persaingan, Jumat (24/9/2021) waktu Boston atau Sabtu dini hari hingga siang waktu Indonesia, nomor ganda diwarnai persaingan Alexander Zverev/Matteo Berrettini yang mewakili Tim Eropa dan John Isner/Denis Shapovalov (Tim Dunia). Kemenangan Isner/Shapovalov, 4-6, 7-6 (2), 10-1, memperkecil ketertinggalan Tim Dunia, dari 0-3 menjadi 1-3.
Dalam tiga hari kejuaraan, digelar empat pertandingan per harinya, yang terdiri atas tiga tunggal dan satu ganda. Pertandingan hari pertama memperebutkan satu poin untuk setiap kemenangan. Hari kedua memperebutkan dua poin, sementara hari ketiga tiga poin. Tim yang mendapat 13 poin terlebih dulu adalah tim pemenang.
Tim Eropa, yang berstatus tim tamu, langsung unggul melalui tiga partai tunggal. Kemenangan didapat Casper Ruud, Berrettini, dan Andrey Rublev. Ketiganya merupakan debutan dalam kejuaraan yang digelar setiap tahun sejak 2017, kecuali pada 2020 karena pandemi Covid-19.
Baca Juga: Piala Laver Menjadi Panggung Petenis Muda
Ruud, Berrettini, dan Rublev mengalahkan petenis yang juga baru pertama kali tampil dalam Piala Laver. Ruud menang atas Reilly Opelka, 6-3, 7-6 (4); Berrettini mengalahkan Felix Auger-Aliassime, 6-7 (3), 7-5, 10-8; sementara Rublev mengalahkan Diego Schwartzman, 4-6, 6-3, 11-9. Berbeda dengan turnamen lain, Piala Laver memberlakukan 10 poin super tiebreak di set ketiga.
Setelah tertinggal 0-3, Tim Dunia pun berharap pada Isner/Shapovalov untuk meraih kemenangan saat waktu di Boston telah memasuki tengah malam. ”Kami tertinggal dan ini sudah tengah malam. Saya berbicara dengan Denis bahwa kami harus tetap mengeluarkan energi yang terbaik. Teman-teman mendukung kami, begitu pula penonton. Atmosfernya luar biasa,” ujar Isner yang selalu tampil dalam Piala Laver.
”John banyak membantu saya dalam pertandingan ini, terutama dalam menyiapkan strategi,” kata Shapovalov. Dalam turnamen ATP dan Grand Slam, kedua petenis belum pernah bertemu.
Sementara Berrettini dan Zverev telah bersaing empat kali sejak 2018. Zverev tiga kali menang, termasuk dalam pertemuan terakhir yang terjadi pada final Madrid Masters, salah satu ajang pemanasan Perancis Terbuka.
John banyak membantu saya dalam pertandingan ini, terutama dalam menyiapkan strategi.
Kehadiran petenis dari berbagai negara memungkinkan lahirnya momen-momen yang tak pernah terjadi dalam turnamen lain. Salah satu yang paling dikenang penonton adalah ketika Roger Federer berpasangan dengan rival terbesarnya, Rafael Nadal, pada Piala Laver 2017. Dalam penyelenggaraan tahun berikutnya, Federer berpasangan dengan Novak Djokovic.
Baca Juga: Energi Positif dari Ejekan Penonton
Ketiganya telah melahirkan catatan fantastis di arena tenis. Federer, Nadal, dan Djokovic menjadi tunggal putra dengan gelar Grand Slam terbanyak, masing-masing 20 gelar.
Mereka juga menciptakan rivalitas yang selalu dinanti penggemar tenis. Djokovic dan Nadal telah 58 kali bertemu, dengan keunggulan 30-28 bagi Djokovic. Persaingan Djokovic-Federer menciptakan statistik 27-23, sementara Federer-Nadal dengan 16-24.
Tahun ini, ketiganya tak ikut ambil bagian dalam kejuaraan yang digagas Federer beserta perusahaan manajemen yang dimilikinya, TEAM8, tersebut. Namun, Federer membuat kejutan dengan datang ke Boston untuk bertemu tim peserta dan Rod Laver, legenda tenis Australia yang namanya dijadikan nama kejuaraan.
Baca Juga: Sejarah 52 Tahun yang Gagal Terulang
”Sangat penting bagi saya untuk mengingat Rod, Bjorn Borg, dan John McEnroe. Bagi saya, mereka adalah para legenda,” komentar Federer dalam laman resmi Piala Laver. Borg adalah kapten Tim Eropa, sementara McEnroe kapten Tim Dunia.
Persaingan ketat
Keunggulan Tim Eropa, yang diperkuat enam petenis peringkat 10 besar dunia, tidak didapat dengan mudah. Tiga dari empat pertandingan berakhir dalam tiga set, dua di antaranya dengan skor ketat.
”Ketika set ketiga berlangsung dengan sistem super tiebreak, Anda tak pernah tahu apa yang akan terjadi. Hari ini, kami sedikit beruntung karena pertandingannya begitu ketat. Diego selalu memimpin pada set ketiga, tetapi saya bisa menemukan cara untuk menang. Inilah tenis, salah satu harus menang, yang lainnya kalah,” komentar Rublev.
”Saya harus berjuang keras, pertandingan tadi sangat ketat. Felix bermain sangat bagus. Namun, saya mendapat energi karena bermain untuk tim, bukan untuk diri sendiri,” kata Berrettini.
Sementara Ruud mengakui tampil gugup pada awal pertandingan. Namun, dia juga antuasias, apalagi dengan kehadiran Federer yang menyaksikan penampilannya. ”Saya pikir, semua merindukan Roger. Saya sangat senang melihatnya ada di sini,” ujar Ruud.
Saya pikir, semua merindukan Roger. Saya sangat senang melihatnya ada di sini.
Hasil Hari Pertama
Tim Eropa vs Tim Dunia 3-1
Casper Ruud vs Reilly Opelka 6-3, 7-6 (4)
Matteo Berrettini vs Felix Auger-Aliassime 6-7 (3), 7-5, 10-8
Andrey Rublev vs Diego Schwartzman 4-6, 6-3, 11-9
Berrettini/Alexander Zverev vs John Isner/Denis Shapovalov 6-4, 6-7 (2), 1-10