Pelatih anyar AS Roma, Jose Mourinho, memetik kemenangan perdana dalam laga resmi di laga pertama ”playoff” Europa Conference League. Walau memuaskan, Mou masih punya pekerjaan rumah agar timnya lebih solid.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
TRABZON, JUMAT — Menang 2-1 atas tuan rumah Trabzonspor dalam laga pertama playoff Europa Conference League di Stadion Venue Medical Park, Trabzon, Turki, Jumat (20/8/2021), menandakan debut resmi pelatih baru AS Roma, Jose Mourinho. Di laga itu, pelatih berjuluk ”The Special One” ini berhasil membentuk Roma sesuai dengan karakternya yang penting menang walau tidak bermain cantik. Namun, tugasnya belum tuntas karena tim masih sering kehilangan bola dan menimbulkan banyak lubang di lini belakang.
Kemenangan Roma ditentukan oleh gol sontekan gelandang sekaligus kapten tim, Lorenzo Pellegrini, yang memanfaatkan umpan silang Henrikh Mkhitaryan di menit ke-55 dan sontekan penyerang baru asal Uzbekistan, Eldor Shomurodov, yang memanfaatkan kemelut di kotak penalti lawan di menit ke-81. Satu-satunya gol Trabzonspor lahir dari tandukan penyerang pengganti Andreas Cornelius yang memanfaatkan umpan silang Bruno Peres di menit ke-64.
”Perasaan yang sangat positif, kami menjalani pramusim yang sangat baik di mana kami mencoba mempelajari apa yang diminta pelatih dari kami. Hari ini adalah pertandingan pertama yang sangat penting bagi kami,” ujar Pellegrini kepada Sky Sports, dilansir oleh Corriere dello Sport.
Pellegrini merasa ada perubahan nyata setelah Mourinho menukangi AS Roma. Kini, tim berjuluk ”Serigala Ibu Kota Italia” itu punya mentalitas yang tangguh. Para pemain memiliki keinginan besar untuk melakukan yang terbaik dan tidak menyerah sejengkal pun untuk meraih kemenangan.
Mourinho menanamkan mentalitas hari demi hari yang dapat membuat kami menang tidak hanya sekali, tetapi membiasakan diri untuk menang.
”Mourinho menanamkan mentalitas hari demi hari yang dapat membuat kami menang tidak hanya sekali, tetapi membiasakan diri untuk menang. Itu dapat dilakukan dengan menghadapi setiap pertandingan seolah-olah itu yang terakhir,” kata pemain berusia 25 tahun tersebut.
Dalam laga melawan Trabzonspor, para pemain AS Roma menunjukkan karakter seperti yang digambarkan oleh Pellegrini. Mereka terus berlari dan bertarung merebut bola saat lawan menguasai bola. Mereka juga amat disiplin menerapkan strategi, mengamankan areanya di separuh lapangan, dan tidak mudah panik sewaktu diserang.
Ketika mendapatkan bola, pemain tim berjersei merah-oranye itu memanfaatkan setiap peluang yang ada. Serangan kadang dibangun dari sisi sayap. Tak jarang pula serangan dilakukan dari tengah melalui umpan-umpan terobosan gelandang atau bola jauh pemain belakang.
Secara umum, transisi menyerang dan bertahan cukup seimbang. Akan tetapi, transisi dari depan ke belakang lebih menonjol. Para pemain cepat kembali ke posisi masing-masing tatkala lawan berhasil mencuri atau menguasai kembali bola.
Pola permainan itu benar-benar khas Mourinho yang taktiknya cenderung konservatif. Pelatih asal Setubal, Portugal, ini terkenal tidak memiliki falsafah bermain cantik, tetapi lebih mengutamakan hasil akhir. Timnya akan bermain sangat hati-hati, mengutamakan pertahanan, dan cuma memetik kemenangan tipis hasil dari serangan balik. ”Sekarang, kami lebih kompak. Kami bekerja sebagai tim dan mencoba melakukan apa yang diminta pelatih yang terbaik untuk tim,” terang Pellegrini.
Kendati demikian, tugas Mourinho belum sepenuhnya beres. Masih banyak titik kelemahan dari timnya. Para pemain sangat mudah kehilangan bola. Selain itu, lini belakang sering membuat lubang yang bisa dimanfaatkan lawan untuk menciptakan peluang berbahaya.
Salah satu buktinya, yakni kebobolan oleh gol Cornelius. Berawal dari lubang yang ada di sisi kiri akibat kelengahan bek sayap kiri baru milik AS Roma, Matias Vina. Bek sayap kanan Trabzonspor, Bruno Peres, bisa leluasa melepaskan umpan silang ke jantung pertahanan mantan timnya tersebut. Umpan silang itu berhasil ditanduk dengan mudah oleh Cornelius yang baru masuk semenit sebelumnya. Gol itu sempat menyamakan kedudukan menjadi 1-1.
Namun, Mourinho berdalih memang tidak mudah menghadapi Trabzonspor. Meskipun bukan tim papan atas Eropa, mereka memiliki banyak pemain berkualitas, seperti mantan kapten Napoli Marek Hamsik, mantan penyerang Arsenal dan AS Roma Gervinho, serta Cornelius yang mantan penyerang Parma.
”Ini bukan lawan level Liga Conference, ini lebih terasa seperti playoff Liga Champions. Tidak mudah melawan mereka (Trabzonspor) karena mereka memiliki banyak pemain berpengalaman. Ada tekanan besar dari mereka. Jika ada yang mengira ini bakal menjadi laga yang mudah, mereka salah besar. Para penggemar mereka pun memainkan peran mereka dengan atmosfer yang luar biasa,” katanya kepada Sky Sports dikutip Football-Italia.
Maka itu, Mourinho cukup puas dengan kemenangan tipis 2-1. Ini menjadi modal berharga untuk menjalani laga kedua di Stadion Olimpico, Roma, Italia, Jumat (27/8/2021) mendatang. Apalagi otoritas di Italia mengizinkan kehadiran penggemar dengan kapasitas 50 persen dari total kursi Stadion Olimpico. ”Penonton akan memberikan suaranya pada laga kedua dan kami berharap itu menjadi dukungan untuk mencapai babak penyisihan grup Euro Conference League,” tutur Mourinho.
Editor Football-Italia Kaustubh Pandey berpendapat, menakhodai AS Roma merupakan cara Mourinho untuk mengembalikan reputasinya yang layu di Inggris dalam beberapa musim terakhir. Lagi pula, di Italia, namanya begitu harum berkat raihan treble winner bersama Inter Milan di musim 2009/2010.
Sebaliknya, AS Roma ingin Mourinho bisa membentuk tim dengan identitas pemenang setelah terakhir merasakan gelar juara Serie A 2000/2001. Ini adalah pertemuan atau kerja sama di antara dua pihak yang penuh dengan ambisi.