Mimpi Khudadadi Mewakili Afghanistan Hilang Ditelan Taliban
Para atlet telah berusaha untuk berangkat ke Paralimpiade Tokyo 2020. Namun, harga tiket pesawat melonjak ketika Taliban mengambil alih beberapa kota di Afghanistan.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·3 menit baca
KABUL, RABU — Zakia Khudadadi sedianya bakal mengukir sejarah sebagai atlet perempuan Afghanistan pertama yang tampil di Paralimpiade. Dia telah melakukan perjalanan dari rumahnya di Provinsi Heart, Afghanistan, menuju Kabul untuk naik pesawat ke Tokyo. Namun, segalanya berubah setelah pasukan Taliban mengambil alih pemerintahan.
Mimpi Khudadadi untuk mewakili Afghanistan di cabang olahraga taekwondo Paralimpiade Tokyo 2020 mendadak lenyap. Ia terjebak di tengah kekacauan yang sedang terjadi di Afghanistan.
Ketua Kontingen (Chef de Mission) Paralimpiade Afghanistan Arian Sadiqi mengatakan, Afghanistan mengirim dua atlet ke Paralimpiade Tokyo. Selain Khudadadi, ada atlet para atletik Hossain Rasouli yang gagal bertolak ke Jepang. Sadiqi memastikan kedua atlet tersebut tidak akan berpartisipasi di Paralimpiade yang akan dimulai pada 24 Agustus-5 September 2021.
Karena pergolakan yang sedang terjadi di Afghanistan, tim tidak dapat meninggalkan Kabul tepat waktu.
”Karena pergolakan yang sedang terjadi di Afghanistan, tim tidak dapat meninggalkan Kabul tepat waktu,” kata Sadiqi dikutip dari The Wall Street Journal, Rabu (18/8/2021).
Menurut Sadiqi, para atlet telah berusaha untuk dapat berangkat ke Tokyo. Akan tetapi, harga tiket pesawat melonjak ketika Taliban mengambil alih beberapa kota di Afghanistan.
Keadaan kemudian menjadi tidak mungkin bagi Khudadadi dan Rasouli untuk mendapatkan penerbangan. Bila lancar, mereka seharusnya sudah tiba di Tokyo pada 17 Agustus 2021.
Sadiqi amat menyayangkan keadaan ini. Apalagi setelah melihat semangat Khudadadi dan Rasouli saat mempersiapkan diri untuk tampil di Paralimpiade. Khudadadi, misalnya, hanya punya waktu dua bulan untuk mempersiapkan diri. Fasilitas latihannya pun ala kadarnya. Meski demikian, Sadiqi menyebut keduanya tidak mengeluh dan tetap berlatih dengan tekun.
”Mereka benar-benar bersemangat sebelum kekacauan ini. Mereka berlatih di mana pun mereka bisa, kadang mereka berlatih di taman dan kebun belakang rumah,” katanya.
Bisa menginspirasi
Sadiqi membayangkan, keberhasilan Khudadadi tampil di Paralimpiade akan memberi inspirasi yang luar biasa bagi perempuan-perempuan di Afghanistan. Pada era saat Taliban sempat berkuasa sebelumnya, sulit bagi atlet-atlet Afghanistan, apalagi atlet perempuan, untuk punya kesempatan bertanding di level internasional.
Dikutip dari situs Paralimpiade, Khudadadi sebelumnya mengaku amat senang bisa mendapatkan kesempatan untuk tampil di Paralimpiade. Sosok Khudadadi mulai diperhitungkan ketika sukses memenangi Kejuaraan Taekwondo Afrika 2016 pertama yang diadakan di Mesir.
Khudadadi banyak terinspirasi dari atlet taekwondo Afghanistan lainnya, yaitu Rohullah Nikpai. Nikpai menjadi peraih medali Olimpiade pertama bagi Afghanistan ketika memenangi perunggu di Olimpiade Beijing 2008. Dia mengulangi capaian itu di Olimpiade London 2012.
”Saya ingat dengan jelas menyaksikan Nikpai menorehkan medali untuk Afghanistan. Saya terinspirasi olehnya dan memutuskan untuk menekuni olahraga ini dan untungnya keluarga saya juga mendukung,” kata Khudadadi,
Meski peluangnya untuk tampil di Paralimpiade sudah sangat kecil, Khudadadi tetap menyimpan harapan bisa keluar dari situasi sulit ini. Melalui rekaman video, ia memohon bantuan sebagai upaya terakhirnya untuk tampil di Tokyo.
Khudadadi untuk sementara masih terjebak di Kabul. Dia mengaku takut untuk pergi keluar rumah. ”Saya meminta kepada Anda semua, atas nama semua perempuan Afghanistan, untuk membantu saya,” katanya dalam video tersebut. (REUTERS)