Keputusan menggelar Paralimpiade tanpa penonton diambil atas pertimbangan meningkatnya kasus penularan Covid-19 di sejumlah prefektur di Jepang.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·3 menit baca
TOKYO, SELASA — Panitia penyelenggara bersama Pemerintah Jepang akhirnya memutuskan kebijakan menggelar Paralimpiade Tokyo 2020 tanpa kehadiran penonton. Pengecualian diberikan kepada anak-anak sekolah. Mereka masih diperkenankan menyaksikan Paralimpiade secara langsung, tetapi dengan sejumlah syarat.
Keputusan menggelar Paralimpiade tanpa penonton diambil atas pertimbangan meningkatnya kasus penularan Covid-19 di sejumlah prefektur di Jepang. Paralimpiade akan dibuka pada 24 Agustus-5 September 2021 dan melibatkan sekitar 4.000 atlet difabel. Keputusan tentang kehadiran penonton di Paralimpiade diambil pada menit-menit akhir untuk memantau perkembangan situasi penularan Covid-19 di Jepang.
Ketua Komite Paralimpiade Internasional (IPC) Andrew Parsons mengatakan, kebijakan menggelar Paralimpiade tanpa penonton berlaku di seluruh prefektur di Jepang. Keputusan itu sekaligus menganulir niat pemerintah Prefektur Shizuoka yang awalnya berencana untuk mengizinkan penonton dalam jumlah terbatas menyaksikan pertandingan.
IPC dan panitia penyelenggara juga meminta masyarakat tidak berkumpul di pinggir jalan untuk menonton acara luar ruang. ”Saya sangat menyesal kepada semua pemegang tiket yang telah menantikan untuk menonton di tempat. Namun, saya ingin meminta pengertian mereka bahwa ini tidak dapat dihindari dalam rangka mencegah penyebaran infeksi,” ujar Seiko Hashimoto, Presiden Panitia Penyelenggara Paralimpiade, dalam konferensi pers Senin (16/8/2021) malam, dikutip dari Kyodo News.
Kota Tokyo saat ini berada dalam keadaan darurat Covid-19 sejak 12 Juli karena lonjakan kasus yang dipicu oleh varian Delta yang sangat menular. Pemerintah Kota Tokyo melaporkan jumlah rekor kasus baru harian dalam beberapa pekan terakhir. Rekor tertinggi terjadi pada Jumat (13/8/2021) dengan jumlah kasus baru mencapai 5.773 kasus. Jumlah tersebut hampir tiga kali lipat dari angka yang tercatat sebelum dimulainya Olimpiade pada 23 Juli.
Pemerintah Jepang akan memperluas keadaan darurat di tujuh prefektur selain Tokyo dan lima daerah lainnya karena meningkatnya beban yang dialami sistem kesehatan mereka. Kondisi ini diperkirakan akan diperpanjang hingga bulan depan.
Siswa sekolah
Meski telah memutuskan Paralimpiade tanpa kehadiran penonton di arena pertandingan, pengecualian diberikan kepada siswa sekolah. Menurut panitia penyelenggara, siswa akan diizinkan memasuki tempat-tempat di Tokyo dan tiga prefektur jika pemerintah kota dan pihak sekolah membuat permintaan resmi dengan mempertimbangkan keinginan orangtua dan wali siswa.
Selama Olimpiade, orang-orang termasuk siswa dari sekolah setempat dilarang memasuki tempat-tempat di dalam dan sekitar Tokyo. Hashimoto mengatakan, penyelenggara memutuskan untuk mengizinkan para siswa kali dengan alasan nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam Paralimpiade.
“Olimpiade memiliki makna dan nilai pendidikan yang besar, tetapi (atlet) Paralimpiade telah mengatasi situasi virus korona dan mengatasi keterbatasan fisik mereka. Saya percaya bahwa menonton Paralimpiade bertanding dan melakukan yang terbaik adalah sangat berharga untuk pendidikan,” tutur Hashimoto.
Parsons menyampaikan, para siswa nantinya tetap harus mengikuti protokol kesehatan dan prinsip-prinsip buku pedoman Anti-Covid setiap saat. Menurut Parson, hanya dengan disiplin menjalankan protokol kesehatan para siswa bisa menyaksikan pertandingan secara aman.
Setelah lima tahun berlatih, para atlet sangat bersemangat. Saya tidak sabar untuk melihat mereka bertanding.
”Setelah lima tahun berlatih, para atlet sangat bersemangat. Mereka prima dan siap untuk tampil di arena. Saya tidak sabar untuk melihat mereka bertanding,” kata Parsons.