Setelah Olimpiade Tokyo, kontingen Indonesia siap tampil di Paralimpiade Tokyo. Mereka optimis bisa mecapai target jauh lebih tinggi dari edisi sebelumnya, yakni meraih minimal satu emas dan menembus 60 besar dunia.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·6 menit baca
KOMPAS/MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
Pebulu tangkis paralimpiade Dheva Anrimusthi (kiri) dan Hafizh Brililansyah Prawiranegara (kanan) di depan Gedung Sate, Bandung, 30 Agustus 2019. Dheva menjadi andalan Indonesia meraih medali bulu tangkis Paralimpiade Tokyo 2020, 24 Agustus-5 September 2021.
JAKARTA, KOMPAS – Diperkuat 23 atlet di tujuh cabang olahraga, Komite Paralimpiade Nasional atau NPC Indonesia optimistis bisa merebut minimal satu emas dan menembus 60 besar pada Paralimpiade Tokyo 2020, 24 Agustus-5 September 2021. Target itu lebih tinggi daripada prestasi di Rio de Janeiro 2016, yakni membawa pulang satu perunggu dan berada di posisi ke-76 dunia dari 83 peserta.
”Target satu emas itu diharapkan dari tim bulu tangkis paralimpiade. Setidaknya, mereka punya pengalaman berharga mendapat empat emas, tiga perak, dan empat perunggu pada Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis Paralimpiade 2019 di Basel, Swiss,” ujar Wakil Sekretaris Jenderal NPC Indonesia Rima Ferdianto saat dihubungi dari Jakarta, Selasa (10/8/2021).
Setelah Olimpiade Tokyo 2020 ditutup pada 8 Agustus, kini, giliran NPC Indonesia bersiap membawa kontingen Indonesia berpartisipasi di Paralimpiade Tokyo 2020.
Optimisme NPC Indonesia didasarkan pada modal kontingen lebih besar. Mereka bisa meloloskan 23 atlet dari tujuh cabang ke Tokyo, melebihi target 15 atlet dari enam cabang. Jumlah kontingen itu lebih banyak daripada dua edisi sebelumnya, yakni enam atlet dari empat cabang di Rio 2016 dan empat atlet dari empat cabang di London 2012.
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
Leani Ratri Oktila, atlet Para Badminton
Tujuh atlet bulu tangkis, paralimpiade, terdiri atas lima atlet putra dan dua putri menjadi andalan di Tokyo untuk merebut salah satu emas dari enam nomor yang diikuti. Kecuali tangkis Hafizh Briliansyah Prawiranegara yang absen di Tokyo, 2020, tujuh atlet itu turut menyumbang medali di Kejuaraan Dunia di Basel 2019.
Mereka adalah Dheva Anrimusthi, Suryo Nugroho (tunggal putra SU5), Leani Ratri Oktila (tunggal putri SL4), Hary Susanto/Leani (ganda campuran SL3-SU5), Leani/Khalimatus Sadiyah (ganda putri SL3-SU5), Fredy Setiawan (tunggal putra SL4), Ukun Rukaendi (tunggal putra SL3), Ukun/Hary (ganda putra SL3-4), dan Khalimatus (tunggal putri SL4).
”Kami berharap salah satu dari mereka bisa menyumbang emas pertama bagi Indonesia di Paralimpiade modern ini, setelah terakhir kali di Paralimpiade format lama, 40 tahun lalu (dua emas di Paralimpiade Arnhem 1980),” kata Rima.
Tanpa kejuaraan internasional, kami cukup kesulitan membaca peta kekuatan calon lawan.
Di samping itu, NPC Indonesia berharap atlet cabang lain bisa membawa pulang minimal perunggu. Indonesia masih diperkuat atlet angkat berat paralimpiade kelas 41 kg putri Ni Nengah Widiasih yang meraih satu-satunya perunggu di Rio 2016, dan atlet tenis meja C10 David Jacobs yang merebut satu-satunya perunggu di London 2012.
Harapan medali juga disandangkan pada tiga atlet atletik paralimpiade, yakni sprinter 100 meter T37 Saptoyoga Purnomo, sprinter 100 meter T13 putri Putri Aulia, dan sprinter 100 meter T63 putri Karisma Evi Tiarani.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Ganda putri Indonesia, Leany Ratri Oktila/Khalimatus Sadiyah saat merebut medali emas bulu tangkis emas ganda putri klasifikasi SL3-SU5 Asian Paragames 2018 setelah mengalahkan pasangan China, Hefang Cheng/Huihui Ma, dalam final di Istora Gelora Bung Karno, Jakarta, 12 Oktober 2018.
”Kalau bisa meraih satu emas dan beberapa medali lain, peringkat Indonesia bisa terdongkrak dari ke-76 di Rio 2016 dan ke-74 di London 2012 menjadi 60-an besar di Tokyo,” tutur Rima.
Terganjal pandemi
Rima menuturkan, peluang Indonesia memenuhi target itu cukup besar. Hambatannya adalah pandemi Covid-19 yang membuat para atlet tidak bisa leluasa mengikuti kejuaraan internasional karena banyak kejuaraan ditunda atau dibatalkan.
Sebelum pandemi, NPC Indonesia bisa mengirim atlet ke lima-enam kejuaraan internasional dalam setahun. Kini, ikut satu kejuaraan dalam setahun sudah amat disyukuri. ”Tanpa kejuaraan internasional, kami cukup kesulitan membaca peta kekuatan calon lawan,” katanya.
Namun, NPC Indonesia tidak mau pasrah. Mereka coba mengakali keterbatasan. Selain mengikuti kejuaraan internasional sebisa mugkin, mereka memastikan pelatnas Paralimpiade tidak terputus sejak 1 Januari 2020.
Mereka juga rutin menggelar sesi pertemuan dengan atlet untuk mendengar keluh kesah dan mengajak liburan bersama dengan protokol kesehatan. Hal ini dilakukan agar atlet tetap segar dan bisa fokus secara penuh menjalani latihan. ”Kami pun membuat simulasi pertandingan yang menghadirkan rekan berlatih dengan kemampuan semirip mungkin calon lawan yang bakal dihadapi,” tuturnya.
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH
Kontingen Komite Paralimpiade Nasional (NPC) Indonesia mengikuti program vaksinasi Covid-19 untuk dunia olahraga tahap awal di Istora Senayan, Jakarta, Jumat (26/2/2021).
Pelatih menembak paralimpiade Saridi mengutarakan, walau kurang diperhitungkan, cabang menembak berpeluang membuat kejutan. Dua penembak Indonesia menunjukkan grafik yang menanjak tiga tahun terakhir.
Selain membuat sejarah lolos langsung ke Paralimpiade dari Kejuaraan Dunia Menembak Paralimpiade 2019 di Sydney, Australia, penembak 10 meter senapan angin prone SH2 R4/R5 Bolo Triyanto dan penembak 10 m senapan angin standing SH1 R2 putri Hanik Puji Hastuti konsisten berada di 10 besar dunia nomor masing-masing dalam dua seri Piala Dunia menembak.
Dalam Piala Dunia Menembak 2021 di Dubai, Uni Emirat Arab, Maret, Bolo berada di peringkat kesembilan sedangkan Hanik di urutan ketiga. Pada seri Piala Dunia 2021 di Lima, Peru, Juni, Bolo berada di peringkat kelima dan Hanik di urutan kedelapan.
Sejauh ini, rekor skor terbaik Bolo berkisar 636-637 poin dan Hanik 624 poin. Biasanya, dalam kejuaraan dunia, skor rata-rata untuk menembus delapan besar atau lolos ke babak final di nomor pertandingan Bolo kurang lebih 638 poin, sedangkan skor rata-rata untuk ke final di nomor pertandingan Hanik antara 624-628 poin.
Artinya, Bolo maupun Hanik punya peluang besar untuk lolos ke putaran final nomor masing-masing di Paralimpiade ini. ”Target Bolo dan Hanik minimal tembus final dulu. Saya cukup yakin ini bisa tercapai. Mereka berdua sudah lebih matang dibanding mengikuti Asian Games 2018. Waktu itu, persiapan untuk ke Asian Games 2018 hanya lima bulan dan mereka atlet baru di menembak karena sebelumnya di cabang atletik. Saat ini, persiapan untuk ke Paralimpiade sekitar tiga tahun,” ungkap Saridi.
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
Atlet panahan paralimpiade Fitriansyah berlatih di kompleks Balai Besar Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Fisik (BBRSPDF) Prof Dr Soeharso, Solo, Jawa Tengah, Rabu (18/11/2020).
Waspadai semua pesaing
Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga Gatot S Dewa Broto menyampaikan, NPC Indonesia patut mewaspadai semua calon pesaing di Paralimpiade. Mereka jangan hanya memantau lawan unggulan saja. ”Berkaca dari bulu tangkis Olimpiade, para atlet unggulan bertumbangan lebih awal dan yang non unggulan justru bisa menembus semi final atau final. Ini perlu diperhatikan agar NPC Indonesia bisa memenuhi target satu emas tersebut,” ujarnya.
Gatot cukup yakin dengan kapasitas NPC Indonesia memenuhi target. Berkaca dari ASEAN Para Games 2017 Malaysia, mereka memenuhi target menjadi juara umum dengan perolehan medali yang fantastis, yakni 126 emas, 75 perak, dan 50 perunggu.
Ketika itu, prestasi NPC Indonesia sebagai juara umum menjadi pelipur lara karena kontingen Indonesia di SEA Games 2017 Malaysia hanya menempati posisi kelima dengan 38 emas, 63 perak, dan 90 perunggu. ”Kami yakin NPC Indonesia bisa mengulangi kesuksesan itu di Paralimpiade ini, paling tidak menjadi wakil Asia Tenggara terbaik,” katanya.
Di sisi lain, NPC Indonesia bisa memanfaatkan Paralimpiade untuk pelampiasan atlet untuk berpretasi, karena mereka tidak bisa tampil di ASEAN Para Games 2020 Filipina yang dibatalkan karena pandemi Covid-19. ASEAN Para Games 2021 Vietnam juga belum pasti dilaksanakan. ”Kami berharap Paralimpiade ini menjadi tempat balas dendam yang positif untuk para atlet. Semoga mereka bisa mengeluarkan semua kemampuan terbaiknya dan membawa pulang prestasi terbaik,” pungkas Gatot.
Kontingen paralimpiade yang terdiri atas atlet, pelatih, tenaga pembantu, dan ofisial diberangkatkan dalam lima gelombang, yakni pada 17, 18, 19, 20, dan 23 Agustus ini. Mereka akan dipimpin oleh Chef de Mission Andi Herman, Direktur Upaya Hukum Luar Biasa, Eksekusi, dan Eksaminasi Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus, Kejaksaan Agung yang urung membawa kontingen ke ASEAN Para Games 2020 karena ditiadakan.