Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga meminta masyarakat untuk menahan diri dan membatasi mobilitas seiring dengan lonjakan kasus Covid-19 yang terus terjadi setelah Olimpiade Tokyo 2020 usai.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·3 menit baca
TOKYO, MINGGU — Lonjakan kasus harian Covid-19 di Jepang membuat pejabat pemerintahan dan Komite Paralimpiade Internasional meminta seluruh pemangku kepentingan dalam Paralimpiade, termasuk masyarakat, untuk meningkatkan kewaspadaan. Kondisi ini makin memperbesar peluang Paralimpiade Tokyo 2020 akan digelar tanpa penonton.
Ketua Komite Paralimpiade Internasional (IPC) Andrew Parsons mengatakan, semua pihak agar waspada dan tidak menganggap kasus Covid-19 yang meningkat saat ini di Tokyo tak bisa terus bertambah. Kendati Olimpiade Tokyo dapat terselenggara dengan minim lonjakan kasus, Parsons menyebut para pihak yang terlibat dalam Paralimpiade tak boleh lengah.
”Kita tidak dapat mengabaikan jumlah kasus saat ini di Jepang dan Tokyo. Saya mendesak setiap pemangku kepentingan di Paralimpiade untuk waspada,” kata Parsons, dikutip dari The Japan Times, Minggu (15/8/2021).
Sejak Olimpiade dimulai pada 23 Juli, jumlah kasus harian Covid-19 di Tokyo meningkat tiga kali lipat. Pemerintah Kota Tokyo melaporkan ada 5.773 kasus baru yang menjadi rekor tertinggi pada Jumat (13/8/2021). Untuk pertama kalinya juga angka penambahan kasus Covid-19 di Jepang mencapai 20.000 kasus per hari. Tokyo kini masih berada dalam status darurat.
Sementara itu, Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga meminta masyarakat untuk menahan diri dan membatasi mobilitas seiring dengan lonjakan kasus Covid-19 yang terus terjadi setelah Olimpiade Tokyo 2020 usai. Suga menyebut lonjakan kasus Covid-19 tersebut telah membebani fasilitas medis menjelang Paralimpiade Tokyo 24 Agustus-5 September 2021.
Kita tidak dapat mengabaikan jumlah kasus saat ini di Jepang dan Tokyo. Saya mendesak setiap pemangku kepentingan di Paralimpiade untuk waspada.
Pemerintah Jepang akan berupaya menahan pergerakan warga. Suga mendesak warga agar menunda niat bepergian bila tidak ada keperluan mendesak. Jepang saat ini sedang mengalami gelombang kelima Covid-19 yang dipicu oleh varian Delta.
”Saya ingin warga untuk tidak kembali ke kota asal mereka. Jangan bepergian bila tidak perlu,” kata Suga.
Harian Yomiuri Shimbun melaporkan, kondisi ini menyebabkan panitia Paralimpiade sepakat untuk membatasi penonton, sama halnya dengan Olimpiade Tokyo 2020. Meski begitu, panitia penyelenggara menyebut belum ada keputusan final terkait kehadiran penonton di Paralimpiade.
Pihak terkait, seperti Komite Paralimpiade Internasional, Pemerintah Metropolitan Tokyo, Pemerintah Jepang, dan panitia penyelenggara, menurut rencana bakal mengadakan pertemuan untuk membahas persoalan penonton pada Senin (16/8/2021) pagi.
Buku pedoman
Dengan sisa waktu kurang dari dua pekan hingga pembukaan Paralimpiade pada 24 Agustus, Parsons meminta para peserta untuk mengikuti semua langkah anti-Covid-19 yang tertuang dalam buku pedoman. Panduan yang ada di buku tersebut telah terbukti mampu menekan kasus Covid-19 saat penyelenggaraan Olimpiade.
”Dengan menerapkan langkah-langkah di buku panduan, kami yakin bisa menghadirkan Paralimpiade yang aman bagi semua pemangku kepentingan serta masyarakat Jepang,” katanya.
Kendati mempertimbangkan Paralimpiade digelar secara tertutup di sebagian besar lokasi di Jepang, panitia kemungkinan akan mengizinkan hingga 5.000 penonton hadir langsung di arena di Prefektur Shizuoka. Prefektur Shizuoka akan menjadi tuan rumah pertandingan bersepeda.
Kebijakan memperbolehkan penonton hadir itu juga dibarengi syarat, yaitu jumlah orang di dalam stadion tidak boleh lebih dari 50 persen kapasitas tempat duduk. Adapun saat ini kontingen peserta satu per satu telah tiba untuk menjalani pemusatan latihan di sejumlah kota di Jepang. Kampung Atlet di Tokyo dijadwalkan akan dibuka secara resmi pada Selasa (17/8/2021). (REUTERS)