Windy Cantika Aisyah, lifter kelas 49 kilogram putri, akan mulai bersaing merebut medali sehari setelah pembukaan Olimpiade Tokyo pada Sabtu (24/7/2021) mulai pukul 11.50 WIB.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·4 menit baca
TOKYO, KOMPAS — Lifter putri berusia 19 tahun, Windy Cantika Aisyah, berpotensi menjadi pembuka jalan medali bagi kontingen Indonesia di Olimpiade Tokyo 2020. Lifter kelas 49 kilogram putri itu akan mulai bersaing merebut medali sehari setelah pembukaan Olimpiade Tokyo, Sabtu (24/7/2021) mulai pukul 11.50 WIB. Saingan terdekat Cantika adalah lifter asal Amerika Serikat, Jourdan Elizabeth Delacruz, yang memiliki angkatan terbaik 200 kilogram.
Angkatan terbaik Cantika tertinggal 9 kilogram dari Delacruz dalam masa kualifikasi Olimpiade. Namun, Cantika terlahir sebagai pemberani yang selalu menyambut tantangan yang datang. Ibunda Cantika yang juga mantan lifter andalan Indonesia, Siti Aisah, mengisahkan, putri satu-satunya itu sejak kecil tidak kenal takut. Bahkan, mainan dia di luar kebiasan anak-anak seusianya.
”Dari kecil dia berani, dia enggak takut, dia mainnya sama ular terus, ada foto-fotonya dia sama binatang. Dia juga senang sama burung hantu. Dulu enggak ada karakter ke angkat besi dia,” ungkap Siti Aisah, pertengahan Juli lalu.
Cantika mulai mengenal angkat besi saat masih berusia empat tahun. Dia senang mengikuti gerakan kedua kakaknya, Sendi Zainul Hikmat (27) dan Randy Firmansyah (24), yang sedang berlatih angkat besi. Cantika menggunakan sapu menirukan kedua kakak laki-lakinya itu berlatih angkatan snatch dan clean and jerk. Gadis mungil itu pun menekuni angkat besi hingga menjadi lifter nasional andalan Indonesia.
Sejak masuk ke pemusatan latihan nasional pada usia 17 tahun, Cantika berkembang pesat. Karakter pemberani dalam dirinya membuat Cantika cepat beradaptasi dengan pola latihan di pemusatan latihan nasional yang menuntut disiplin tinggi. Cantika pun mencetak rekor dunia remaja pada 2019 dengan angkatan snatch 81 kg, clean and jerk 98 kg, dan angkatan total 179 kg. Cantika terus bersinar dengan meraih tiga medali emas dalam kejuaraan dunia yunior pada 2021 dengan angkatan snatch 86 kg, clean and jerk 105 kg, dan angkatan total 191 kilogram.
Cantika pun lolos ke Olimpiade Tokyo dengan meyakinkan dan kini berpeluang meraih medali perunggu. Dia memang belum bisa ditargetkan meraih emas karena saingannya terlalu berat. Lifter China, Hou Zhihui, dengan angkatan terbaiknya 213 kilogram terlalu kuat untuk dilawan. Dia menjadi kandidat terkuat meraih emas, sedangkan perak berpeluang besar diraih lifter India, Mirabai Chanu Shaikom, dengan angkatan terbaik 205 kilogram.
Peluang medali yang dimiliki Cantika adalah medali perunggu dengan persaingan ketat melawan Delacruz. Cantika sepanjang pemusatan latihan digenjot untuk bisa memperbaiki angakatan totalnya dengan fokus pada perbaikan angkatan clean and jerk. Namun, tim pelatih tidak terlalu membebani Cantika dengan target medali.
Cantika ini memang potensinya besar, tetapi dia juga masih sangat muda. Jadi, dia itu tidak perlu dibebani target, biarkan saja dia mengalir seperti air. Biasanya jika dia dibiarkan berlomba dengan bebas, dia justru bisa tampil maksimal.
”Dia ini masih muda, jadi kami tidak bisa terlalu membebani dia dengan target atau membicarakan medali. Kita harus memahami karakter lifter seperti apa, apakah sudah siap atau belum. Cantika ini memang potensinya besar, tetapi dia juga masih sangat muda. Jadi, dia itu tidak perlu dibebani target, biarkan saja dia mengalir seperti air. Biasanya jika dia dibiarkan berlomba dengan bebas, dia justru bisa tampil maksimal,” ungkap kepala pelatih tim angkat besi Indonesia, Dirdja Wihardja di Tokyo.
Oleh karena itulah, dalam latihan terakhir Cantika menjelang Olimpiade di Tokyo International Forum, Kamis (22/7/2021), lebih sebagai penyegaran supaya tidak tegang. Dirdja beberapa kali mewawancarai Cantika yang direkam menggunakan telepon pintar dengan pertanyaan yang lucu. Cantika pun tertawa setelah menjawab pernyataan lucu dari pelatihnya itu.
”Hari ini Windy Cantika latihan terakhir, jadi lebih untuk membuat rileks. Semoga performanya mencapai puncak saat lomba pada 24 Juli dan bisa mempersembahkan yang terbaik. Mohon doa restu dari seluruh rakyat Indonesia supaya Cantika bisa meraih hasil terbaik,” ujar Dirdja.
Dirdja juga menyiapkan faktor mental Cantika dengan memberikan gambaran ruangan lomba yang tidak akan ada penonton. Ruangan lomba akan berada di lantai empat Tokyo International Forum. Detail ruangan, tata letak, dan atmosfer yang berpotensi terasa tanpa adanya penonton bisa menjadi modal penting bagi kesiapan mental Cantika.
Ibunda Cantika, Siti Aisah, juga menilai putri satu-satunya itu memang belum bisa ditargetkan meraih emas. Dia masih muda, perlu banyak pengalaman lagi supaya bisa menjadi andalan meraih prestasi tertinggi di Olimpiade. Siti yang memanggil si bungsu dengan sapaan Cantik itu berharap putrinya bisa tampil lepas tanpa beban.
”Saya pesan ke Cantik, apa pun hasilnya dinikmati, disyukuri saja apa yang sudah diberikan Allah, itu rezeki yang diberikan ke kita. Kalau dia ditarget emas seperti Mas Eko (Yuli Irawan), target emas enggak mungkin, masih jauh, terutama belum ada pengalaman Olimpiade, baru sekarang dia ikut. Pokoknya sekarang apa pun hasilnya disyukuri saja yang penting sudah berusaha semaksimal mungkin membela Merah Putih,” ujar ibunda Cantika.