Inggris dan Italia berebut takhta Eropa di Stadion Wembley, Senin dini hari WIB. Kemenangan akan menjadikan Inggris negara ke-11 yang menjuarai Piala Eropa. Italia berpeluang menjadi tim kedua dengan dua gelar juara.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
LONDON, SABTU — Inggris pantas semringah bisa memainkan laga final Piala Eropa 2020 melawan Italia di Stadion Wembley. Selain rumah bagi ”Tiga Singa”, Wembley adalah saksi bisu dari era keemasan sepak bola Inggris ketika merengkuh titel Piala Dunia 1966. Namun, tuah Wembley sejatinya tidak hanya dimiliki sang pemilik, Pelatih Italia Roberto Mancini memiliki nasib baik ketika tampil di stadion itu bersama sang sahabat, Gianluca Vialli.
Piala Eropa 2020 akan menjadi kesempatan kedua Inggris tampil di partai puncak turnamen mayor setelah 1966. Final kedua di Wembley itu akan berlangsung pada Senin (12/7/2021) pukul 02.00 WIB.
Laga itu akan disambut dengan antusiasme tinggi oleh sekitar 50 juta warga Inggris, salah satunya Tony Stopford (66). Stopford adalah satu dari 96.924 orang yang hadir langsung di Wembley dan merayakan kemenangan Inggris atas Jerman di final Piala Dunia 30 Juli 1966. Kala itu, ia baru berusia 12 tahun dan datang bersama sang ayah.
Itu adalah salah satu kenangan terbaik Stopford selama enam dekade hidupnya. Bahkan, berkat kenangan itu, ia pun memilih berkarier sebagai petugas pelayanan publik di Wembley hingga pensiun 12 tahun silam. Akan tetapi, Stopford belum pernah lagi merasakan kembali kenangan Inggris juara selama bekerja di Wembley. Ketika Inggris lolos ke final Piala Eropa 2020, Stopford tidak akan menyia-nyiakan momen itu untuk menjadi salah satu dari 60.000 orang yang hadir di partai puncak turnamen antarnegara Eropa itu.
”Saya belum pernah menyaksikan Inggris di final Piala Eropa, jadi saya sangat ingin menjadi bagian sejarah baru bagi Inggris. Apalagi kami punya memori indah tahun 1966 yang menghadirkan optimisme bahwa Inggris akan bernasib baik,” ujar Stopford, yang merupakan pendukung Queen’s Park Rangers, kepada PA News Agency.
Harry Kane, kapten sekaligus penyerang utama Tiga Singa, menganggap laga final nanti akan terasa amat istimewa. Kane mengungkapkan, memainkan laga final di Wembley adalah sebuah impian terbesar bagi setiap pesepak bola Inggris ketika berkesempatan membela seragam Tiga Singa. Kenangan Piala Dunia 1966, lanjutnya, terasa nyata melalui narasi yang turun-temurun diceritakan meskipun seluruh pemain Inggris saat ini belum ada yang lahir.
Tidak ada tempat yang lebih baik untuk memenangi trofi besar kedua daripada di Wembley.
”Tidak ada tempat yang lebih baik untuk memenangi trofi besar kedua daripada di Wembley. Kami yakin pasti akan ada sedikit kegugupan yang kami rasakan, tetapi kami akan maksimalkan energi dari fans di stadion untuk menciptakan satu momen terbaik di sejarah negara kami,” ujar Kane yang berkesempatan menjadi kapten kedua Inggris yang mengangkat piala setelah Sir Bobby Moore pada 1966.
Selain untuk menjaga tradisi selama 55 tahun, Kane menambahkan, Inggris juga berambisi mengakhiri rekor 33 pertandingan Italia tanpa terkalahkan. Penyerang Tottenham Hotspur itu menilai, timnya memiliki kemampuan untuk mengalahkan ”Gli Azzurri”.
”Pertandingan nanti akan berjalan berat karena Italia memiliki sejarah baik dalam memenangi turnamen besar. Kami harus lebih fokus pada diri sendiri karena di final setiap detail akan memberikan perbedaan,” kata Kane yang akan merasakan final kedua dalam kariernya setelah Liga Champions 2018-2019 bersama Spurs.
Pelatih Inggris Gareth Southgate sudah tidak sabar menghadapi Italia di final. Menurut Southgate, Italia adalah tim besar yang amat dihormati Inggris sekaligus menjadi tantangan yang terbaik bagi Tigas Singa untuk merengkuh trofi mayor kedua.
”Kami memang menikmati fakta bahwa kami telah mencapai final, tetapi ada satu tantangan masif yang harus ditaklukkan. Italia adalah tim luar biasa dengan pasukan pertahanan yang sulit dikalahkan,” ucap Southgate.
Rekor apik
Optimisme tidak hanya menaungi skuad Tiga Singa, Italia pun punya keyakinan untuk meraih gelar Piala Eropa kedua setelah edisi 1968. Mancini menuturkan, laga final melawan Inggris di Wembley akan menghadirkan notti magiche atau malam keajaiban bagi Gli Azzurri. Hal itu didasari kenangan indahnya di salah satu stadion terbesar di Eropa itu.
Ketika masih membela Sampdoria, Mancini menciptakan duet terbaik dalam sejarah Italia bersama Gianluca Vialli yang disebut ”Si Kembar Gol”. Duo penyerang itu membawa ”La Samp” selalu menjadi juara turnamen pramusim di Wembley yang bertajuk Turnamen Internasional Wembley dalam tiga kali partisipasi, yaitu pada 1990, 1991, dan 1992. Namun, keduanya sempat mengalami momen buruk saat tumbang dari Barcelona di final Liga Champions 1991-1992 yang juga berlangsung di Wembley.
”Dalam sebuah pertandingan, Anda akan menang atau memetik pelajaran, kan? Anda tidak harus menderita dari kekalahan apabila menerima setiap hasil laga dengan sisi positif,” ujar Vialli, yang kini menjabat Koordinator Tim Italia, kepada The Athletic.
Pelajaran itu sungguh menjadi bekal Mancini dan Vialli ketika kembali berduet dalam skuad Gli Azzurri di Piala Eropa 2020. Keduanya memang telah lebih dari dua dekade gantung sepatu, tetapi pengalaman menyakitkan di Wembley 29 tahun silam menjadi suntikan moral berharga yang diberikan kepada Jorginho dan kawan-kawan.
Hasilnya, Mancini dan Vialli selalu menang dalam dua laga Italia di Wembley. Gli Azzurri mengalahkan Austria di babak 16 besar, kemudian merebut tiket final setelah menyingkirkan Spanyol di semifinal.
Gelandang Italia, Marco Verratti, pun tidak gentar dengan atmosfer Wembley yang akan menguntungkan Tiga Singa. Pemain Paris Saint-Germain itu juga tidak memedulikan catatan impresif Inggris di era Southgate setiap menjalani laga di rumah sendiri. Sejak akhir 2016, Southgate telah memimpin Inggris menjalani 17 laga di Wembley dengan hasil 15 kemenangan dan dua kekalahan. Dalam laga itu, Inggris mencetak 46 gol serta baru kemasukan lima gol.
”Sebuah mimpi bagi kami untuk memenangi laga final nanti di stadion mereka. Ditekan oleh puluhan ribu fans lawan adalah sebuah kondisi yang tidak asing kami jalani di laga besar, bahkan hal itu akan memberikan kami kekuatan untuk membuktikan diri,” kata Verratti.
Apabila mampu mengalahkan Inggris, maka Italia akan menjadi tim kedua yang mampu mengoleksi dua trofi Henri Delaunay setelah Perancis. Sementara itu, Inggris berpeluang menjadi negara ke-11 yang menduduki takhta penguasa di peta sepak bola ”Benua Biru”. (AFP/REUTERS)