Andy Murray yang cedera sejak 2017 sempat dikabarkan bakal segera mengakhiri karier profesionalnya. Namun, Murray membuktikan dirinya masih tangguh di turnamen Wimbledon 2021.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
LONDON RABU — Ketika banyak orang bertanya kepadanya kapan akan mengakhiri karier di arena tenis profesional, Andy Murray menjawab keraguan itu dengan penampilan yang membuat publik Inggris Raya bangga. Murray melangkah ke babak ketiga Wimbledon setelah melalui persaingan ketat melawan Oscar Otte pada babak kedua.
Laga itu berlangsung selama 3 jam 51 menit pada sesi terakhir di Lapangan Utama All England Club, London, Rabu (30/6/2021) malam waktu setempat atau Kamis dini hari WIB. Murray menang atas petenis Jerman yang lolos dari babak kualifikasi itu dengan skor 6-3, 4-6, 4-6, 6-4, 6-2.
Sebelum laga itu, Murray tidak pernah kalah di arena Grand Slam dari petenis berperingkat serendah Otte, yaitu peringkat ke-151 dunia. Mantan petenis nomor satu dunia itu juga tak pernah tersingkir sebelum babak ketiga di All England Club.
Akan tetapi, ketika pertandingan melawan Otte harus dihentikan sejenak saat skor 2-2 pada set keempat, Murray seperti akan berada di akhir perjalanannya pada Wimbledon kali ini. Pertandingan dihentikan untuk menutup atap Lapangan Utama agar lampu bisa dinyalakan seiring dengan cuaca yang kian gelap.
Nyatanya, Murray belum selesai, setidaknya untuk tetap berjuang meski dalam situasi sulit. Dia menunjukkan ketangguhan mentalnya dengan merebut 10 dari 14 gim berikutnya untuk menantang unggulan ke-10, Denis Shapovalov, pada babak ketiga.
”Saya menikmati momen-momen terakhir pertandingan, tetapi tidak di bagian tengah. Ini berkat atomosfer yang luar biasa dari penonton di lapangan ini dan saya membutuhkan bantuan itu,” kata Murray, yang disambut meriah sekitar 7.500 penonton, jumlah maksimal yang diizinkan dari kapasitas 15.000 penonton di Lapangan Utama.
Sejak 28 Juni hingga 9 Juli, Wimbledon diperbolehkan ditonton hingga 50 persen dari kapasitas maksimal di setiap lapangan. Dalam dua hari terakhir untuk laga final yang akan berlangsung di Lapangan Utama, pertandingan bisa disaksikan penonton dengan kapasitas penuh.
Murray mengatakan, setelah rehat saat atap ditutup, dia berusaha untuk tampil lebih agresif agar bisa mengontrol jalannya pertandingan. ”Saya bermain dengan baik pada 1,5 set. Setelah itu, tidak terlalu bagus, saya membuat banyak keputusan yang salah. Itu karena saya tidak menjalani banyak pertandingan sebelum ini,” tuturnya.
Petenis yang saat ini berperingkat ke-118 dunia itu tidak banyak bertanding sejak didera cedera pinggul pada pertengahan musim 2017 sehingga harus menjalani operasi. Dalam empat Grand Slam yang diikuti sejak 2018, tidak sekali pun Murray bisa melewati babak kedua. Dia, bahkan, melewatkan Wimbledon 2018 dan 2019 pada nomor tunggal.
Pada tahun ini, petenis kelahiran Skotlandia itu hanya bermain dalam lima turnamen sebelum tiba di All England Club. Meski banyak yang menerka perjalanannya di arena profesional akan segera berakhir, Murray setidaknya masih bisa menunjukkan bahwa dia tidak mudah dikalahkan di All England Club.
Salah satu alasan saya masih bermain adalah momen seperti yang terjadi pada pertandingan tadi. Ketika saya masih bisa berjuang, mengapa saya harus menyerah.
”Salah satu alasan saya masih bermain adalah momen seperti yang terjadi pada pertandingan tadi. Ketika saya masih bisa berjuang, mengapa saya harus menyerah,” kata Murray, yang tampil untuk pertama kalinya di Wimbledon sejak 2017.
Dia adalah petenis yang mengakhiri penantian 77 tahun Inggris Raya untuk mendapat juara tunggal putra Wimbledon pada 2013. Tiga tahun kemudian, Murray mengulang prestasi itu untuk mendapat gelar ketiga dari arena Grand Slam. Gelar pertama didapat dari Amerika Serikat Terbuka 2012.
Selain gelar juara Wimbledon, ada alasan lain ketika All England Club menjadi tempat berkesan bagi petenis berusia 34 tahun itu. Murray mendapat medali emas Olimpiade London 2012 ketika cabang tenis dipertandingkan di kompleks lapangan tenis tersebut. Murray pun menjadi tunggal putra pertama yang meraih emas dalam dua Olimpiade beruntun ketika mendapatkannya kembali di Rio de Janeiro 2016.
Pujian atas penampilan Murray pun ramai di media sosial, termasuk dari sesama petenis Inggris, seperti Heather Watson. Otte juga menyampaikan penghargaan kepada Murray saat mereka bersalaman pada akhir pertandingan.
”Saat di net, saya berterima kasih karena bermain melawan dia menjadi kehormatan bagi saya. Dia adalah idola saya,” katanya.
Kemenangan juga didapat unggulan teratas tunggal putra, Novak Djokovic. Melawan Kevin Anderson, dalam laga ulangan final Wimbledon 2018, Djokovic menang, 6-3, 6-3, 6-3.
Petenis Serbia itu seharusnya tidak mengalami kesulitan, setidaknya, untuk melangkah ke final. Lawan berikutnya, petenis peringkat ke-114 dunia, Denis Kudla, dikalahkan Djokovic dalam dua pertemuan sebelumnya.
Potensi lawan terberatnya pada paruh atas undian, yaitu Stefanos Tsitsipas, tersingkir pada babak pertama. Unggulan ketiga yang dikalahkan Djokovic pada final Perancis Terbuka, 13 Juni, itu kalah dari Frances Tiafoe.
Dalam babak kedua, Kamis, delapan kali juara Wimbledon, Roger Federer, akan berhadapan dengan Richard Gasquet. Unggulan kedua Daniil Medvedev ditantang petenis 18 tahun asal Spanyol, Carlos Alcaraz.
Di tunggal putri, petenis nomor satu dunia Ashleigh Barty akan berhadapan dengan Anna Blinkova. Juara Wimbledon 2018, Angelique Kerber, akan melawan Sara Sorribes Tormo, sementara Cori Gauff berhadapan dengan Elina Vesnina. (REUTERS)