Cedera kaki memaksa Serena Williams mundur dari Wimbledon saat berhadapan dengan Aliaksandra Sasnovich, Rabu (30/6/2021) dini hari waktu Indonesia. Lapangan menjadi sangat licin, terutama ketika atap ditutup.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
Di usia mendekati 40 tahun, Serena Williams masih memiliki motivasi besar untuk menjuarai Grand Slam, terutama Wimbledon. Namun, cedera kaki mengalahkannya hingga membuat Serena menangis. Dia harus melepas cita-citanya untuk juara ketika baru tampil selama 34 menit.
Momen itu terjadi saat berhadapan dengan Aliaksandra Sasnovich pada babak pertama. Dalam pertandingan terakhir di Lapangan Utama All England Club, London, Selasa (29/6/2021) malam waktu setempat atau Rabu dini hari waktu Indonesia, Serena mundur saat skor 3-3 set pertama.
Langkahnya di baseline terhenti seiring dengan teriakan, tanda rasa sakit, ketika akan melangkah. Serena berlutut, menangis, sambil berpegangan pada raketnya. Seketika itu pula, penonton terenyak, termasuk pelatihnya, Patrick Mouratoglou, ibu Serena, dan suaminya, Alexis Ohanian.
Setelah wasit menghampirinya, Serena berjalan pelan ke arah net, mengajak Sasnovich bersalaman, tanda dia tak bisa melanjutkan pertandingan. Berusaha tegar, Serena melambaikan tangan kepada penonton yang memberinya standing ovation. Banyak dari mereka berteriak, ”Kami mencintaimu Serena!”
Saya sangat sedih harus mundur karena cedera kaki kanan. Cinta dan terima kasih saya untuk penggemar dan tim yang telah membuat saya bisa berada di Lapangan Utama.
Berjalan pelan meninggalkan lapangan, mengikuti tim medis yang akan merawatnya, Serena hampir terjatuh. ”Saya sangat sedih harus mundur karena cedera kaki kanan. Cinta dan terima kasih saya untuk penggemar dan tim yang telah membuat saya bisa berada di Lapangan Utama. Merasakan kehangatan dan dukungan luar biasa dari penonton hari ini, ketika saya berjalan masuk dan keluar lapangan, sangat berarti bagi saya,” Serena menyampaikan perasaan hatinya melalui akun Instagram meski tak bisa menghadiri konferensi pers.
Tahun ini, Serena sebenarnya memiliki peluang besar untuk juara. Terbukanya persaingan di tunggal putri ditandai dengan absennya juara bertahan, Simona Halep, dan Naomi Osaka.
Rekam jejak Serena di Wimbledon, juga, mendukung terbukanya peluang tersebut. Dia tujuh kali juara dari 11 final.
Empat final terjadi pada empat penampilan terakhirnya yang menghasilkan gelar pada 2015 dan 2016. Dalam final 2018 dan 2019, setelah Serena melahirkan putrinya pada 2017, dia dikalahkan Angelique Kerber, lalu Simona Halep.
Akan tetapi, Serena memang tiba di Lapangan Utama dengan bebat tebal di paha kanan meski beberapa video latihan yang diunggah pelatihnya dalam Instagram memperlihatkan persiapan matang petenis peringkat kedelapan dunia itu.
Dalam pertandingan, Serena pun tak memperlihatkan tanda kesakitan hingga akhirnya terpeleset. Setelah mendapat perawatan, Serena melanjutkan pertandingan, tetapi hanya bisa bertahan hingga gim keenam.
Ini menjadi momen pertama Serena tersingkir pada babak pertama Wimbledon dalam 20 kali penampilan sejak 1998. Sepanjang karier di arena profesional, sejak 1995, Serena hanya dua kali tersingkir di Grand Slam karena cedera. Sebelumnya, dia mengalami itu saat berhadapan dengan Virginia Ruano Pascual pada babak ketiga saat debut di Wimbledon. Serena mundur pada skor 5-7, 1-4.
Lapangan licin
Rasa simpati pun bermunculan untuk Serena, termasuk dari Sasnovich. ”Saya menyesal dengan kejadian yang menimpa Serena. Dia adalah petenis juara dan momen ini sangat menyedihkan untuknya. Tetapi, lapangan memang licin. Saat Serena melakukan pukulan silang, saya juga tak dapat mengejarnya karena sangat licin,” kata petenis Belarus itu.
”Brutal untuk @serenawilliams tetapi Lapangan Utama memang sangat licin. Tak mudah untuk bergerak di sana,” komentar Andy Murray dalam akun Twitter-nya.
Sebelum Serena, ”korban” lain licinnya lapangan adalah Adrian Mannarino yang berhadapan dengan Roger Federer. Tepat sebelum laga Serena melawan Sasnovich berlangsung, Mannarino mundur pada awal set kelima, saat skor 4-6, 7-6 (3), 6-3, 2-6. Dia cedera setelah terjatuh pada gim ketujuh set keempat. Setelah kejadian itu, Mannarino pun kesulitan bergerak.
Federer berkomentar, lapangan memang sangat licin, terutama ketika atap ditutup. Dari 18 lapangan rumput di All England Club, Lapangan Utama dan Lapangan 1 memiliki atap yang bisa dibuka-tutup saat diperlukan. Sejak hari pertama, atap kedua lapangan itu ditutup karena hujan.
”Anda harus bergerak dengan sangat hati-hati di sana. Jika bergerak pada momen yang salah, Anda bisa jatuh. Kejadian pada hari ini sangat mengerikan karena terjadi pada dua pertandingan beruntun yang juga menimpa Serena. Ya Tuhan, saya tak percaya ini terjadi,” ujar Federer.
Petenis remaja AS, Cori ”Coco” Gauff, bahkan memalingkan wajah agar tak melihat Serena ketika memasuki ruang ganti pemain. Ketika itu, Coco baru mengalahkan Francesca Jones, 7-5, 6-4.
”Saya sedang melakukan pendinginan di gym. Saat Serena datang, saya memalingkan wajah karena momen seperti itu membuat saya sangat emosional. Dia adalah orang yang menjadi alasan saya bermain tenis. Saya berharap Serena bisa segera pulih,” ujar Coco yang mengidolakan Williams bersaudara dan mengalahkan Venus Williams pada babak pertama Wimbledon 2019.
”Tak ada yang ingin mengundurkan diri, terutama di ajang Grand Slam, khususnya di Wimbledon yang sangat spesial. Apalagi, kami sudah menunggu selama dua tahun,” lanjut petenis berusia 17 tahun itu.
Akibat pandemi Covid-19, Wimbledon 2020 tak diselenggarakan. Itu menjadi pembatalan pertama sejak 1945 yang diakibatkan Perang Dunia II.
Dengan kejadian ini, Serena kembali harus menunda cita-citanya untuk menyamai rekor Margaret Court sebagai petenis dengan gelar terbanyak di nomor tunggal, 24 gelar. Hingga saat ini, Serena telah mengumpulkan 23 gelar dan yang terakhir didapatnya dari Australia Terbuka 2017.
Seperti dikatakan Coco dan penggemar tenis melalui akun media sosial, kejadian memilukan ini diharapkan tak menjadi akhir perjalanan Serena yang akan berusia 40 tahun pada 26 September nanti. (AFP/AP/REUTERS)