Setelah ditiadakan pada tahun 2020, Wimbledon kembali digelar dandisambut antusias oleh para penonton. Banyak tradisi masih dijaga, tetapi ada tradisi yang menghilang karena pandemi.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
Wimbledon telah kembali, berselang 715 hari setelah Novak Djokovic menjuarai tunggal putra Wimbledon 2019. Meski digelar dengan protokol kesehatan ketat, kejuaraan tenis tertua dengan berbagai tradisi ini selalu menjadi ajang yang dirindukan penggemar tenis.
Arlo Godwin (10) bersama ibunya, Helen Godwin (48), menjadi bagian dari penonton yang tiba di All England Club, London, pada Senin (28/6/2021), sebelum gerbang penonton dibuka pukul 09.00 waktu setempat atau pukul 15.00 WIB. Mereka tiba lebih dari dua jam sebelum pertandingan pertama di Lapangan 2, sesuai tiket yang dimiliki, dijadwalkan dimulai pukul 17.00 WIB.
Namun, Arlo, yang baru kali ini menonton langsung Wimbledon di All England Club harus bersabar karena laga di Lapangan 2 dan 15 lapangan lainnya mundur karena hujan. Maklum, dari 18 lapangan rumput di kompleks lapangan tenis itu, hanya Lapangan Utama dan 1 yang sudah dilengkapi atap yang bisa dibuka-tutup.
Meski demikian, antusiasme Arlo untuk menyaksikan bintang tenis dunia tak surut. Walau tak bisa menonton idolanya, Novak Djokovic, yang bertanding di Lapangan Utama, bocah dari London itu sangat menantikan momen untuk mendukung petenis-petenis Inggris.
“Saya sangat senang bisa datang ke sini. Rencananya, saya akan menonton di All England Club pada tahun lalu, tetapi itu tidak terjadi. Jadinya, saya hanya bisa menonton banyak pertandingan di Roland Garros dari TV,” ujar Arlo.
Pada 2020, Wimbledon menjadi satu-satunya Grand Slam yang tak digelar karena pandemi Covid-19. Terakhir, hal itu terjadi pada 1945 karena Perang Dunia II.
Arlo dan ibunya yang seorang dokter berencana menonton penampilan Andrey Rublev, Dan Evans, dan Venus Williams. Tetapi, laga Evans melawan Feliciano Lopez dan Venus melawan Mihaela Buzarnescu akhirnya dimundurkan menjadi Selasa.
Datang ke sini, jauh lebih mendidik.
Arlo seharusnya bersekolah pada hari itu. Namun, Helen akhirnya memilih membawa anaknya ke All England Club setelah untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir berhasil memberi tiket secara daring. “Datang ke sini, jauh lebih mendidik,” komentar Helen.
Ibu dan anak itu menjadi bagian dari maksimal 21.000 penonton yang diperbolehkan datang ke All England Club pada 28 Juni-9 Juli. Pada 10 dan 11 Juli, untuk penyelenggaraan final, penonton diperbolehkan memenuhi Lapangan Utama yang berkapasitas 15.000 orang.
Selain menyaksikan pertandingan, penonton yang telah terbiasa datang ke All England Club sangat menikmati suasana di antara hijaunya lapangan rumput, meski seringkali terganggu hujan yang menjadi ciri khas Wimbledon. Selain di tribune di setiap lapangan, penonton bisa menyaksikan pertandingan dari layar lebar di sebuah bukit yang disebut Henman Hill.
Tahun ini, Henman Hill berhiaskan tanaman yang dibentuk menjadi kata “Thank You”. Ini menjadi tanda penghargaan bagi semua pihak yang berperan dalam menghadapi Covid-19 di Inggris.
Tribun Royal Box, di Lapangan Utama, bahkan, disedikan untuk mereka yang berkontribusi memerangi Covid-19. Saat laga pembuka, antara Novak Djokovic dan petenis tuan rumah, Jack Draper, hadir Dame Sarah Gilbert yang turut mengembangkan vaksin Oxford-AstraZeneca. Hadir pula para staf dan perawat dari National Health Service (NHS) Inggris.
Hawa segar All England Club karena dihias banyak tanaman menjadi suasana yang dirindukan penonton dan petenis. Sebelum menjalani latihan bersama Roger Federer, petenis tuan rumah, Andy Murray, menyempatkan diri melihat dan mencium wangi bunga di sepanjang jalan menuju lapangan.
Ciri khas lain yang dinanti adalah stroberi, buah khas Wimbledon, yang disediakan atau dijual dengan krim sebagai pelengkap. Adapun petenis begitu antusias dengan tradisi mengenakan pakaian dan perangkat pertandingan lain yang serba putih.
Andrew dan Michael termasuk penonton yang antusias menikmati suasana Wimbledon, meski harus mengendarai mobil selama 6,5 jam dari Edinburgh, Skotlandia. Walau hanya bisa membeli tiket untuk Lapangan 2, mereka sangat menikmati momen pertama menonton langsung pertandingan tenis.
Michael juga merasa aman karena protokol kesehatan diterapkan dengan ketat. Selain mengharuskan penggunaan masker, peraturan mewajibkan penonton membawa surat dengan hasil negatif Covid-19. Tempat cuci tangan pun disediakan dalam jumlah yang banyak oleh panitia.
Namun, ada satu tradisi yang hilang dari Wimbledon kali ini, yaitu “The Queue”. Ini adalah istilah yang digunakan panitia untuk menyebut antrian penonton yang rela bermalam di sekitar All England Club demi bisa mendapat tiket yang dibagikan dengan cara diundi. Tahun ini, semua tiket dijual daring demi menjaga kesehatan dan keselamatan publik.
Walau tidak semeriah tahun-tahun sebelumnya, Debbie, yang datang untuk memperingati ulang tahunnya ke-40, tetap antusias menonton Wimbledon.
Begitu pula dengan Rosemary dan Alvaro yang tak ingin melewatkan Wimbledon meski pada masa pandemi. Keduanya selalu datang ke All England Club sejak awal 2000-an.
“Kami selalu datang ke sini dan sangat kehilangan saat tidak digelar pada tahun lalu. Kami senang karena Wimbledon telah kembali,” ujar Rosemary yang untuk pertama kalinya menonton Wimbledon secara langsung pada 1970, saat dia masih bersekolah. (AFP/Reuters)