Serena Williams berpeluang juara di Wimbledon 2021. Unggulan teratas, yaitu Asleigh Barty, dan juara bertahan Simona Halep tidak melakukan persiapan maksimal.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
LONDON, KAMIS — Wimbledon akan diwarnai persaingan terbuka pada sektor tunggal putri tanpa persiapan maksimal yang dilakukan unggulan teratas, Ashleigh Barty, dan juara bertahan, Simona Halep. Serena Williams termasuk di antara mereka yang berpeluang juara kali ini.
Barty dan Halep tak menjalani satu pertandingan pun di lapangan rumput sebelum tiba di ” gelembung” Wimbledon karena terganggu cedera. Barty mengalami cedera pinggul kiri yang membuatnya mengundurkan diri saat bertanding pada babak kedua Perancis Terbuka, 30 Mei-13 Juni. Adapun Halep mengalami cedera betis kiri hingga absen di Roland Garros. Dalam situasi itu, tunggal putri Perancis Terbuka pun melahirkan Barbora Krejcikova sebagai juara baru Grand Slam.
Momen serupa bisa terjadi di Wimbledon, 28 Juni-11 Juli, mengulang yang dilakukan Marion Bartoli ketika membawa trofi berbentuk piringan, Venus Rosewater, dari Wimbledon 2013. Setelah itu, Wimbledon selalu dimenangi para juara Grand Slam hingga akhirnya tidak diselenggarakan pada 2020 karena pandemi Covid-19.
Persiapan dan kondisi fisik yang tak begitu maksimal dari Barty dan Halep serta absennya Naomi Osaka membuka peluang bergantinya juara tunggal putri. Peluang tak hanya dimiliki calon juara baru Grand Slam, tetapi juga oleh para juara lawas, seperti Serena.
Sejak menjuarai Australia Terbuka 2017, Serena selalu tertahan dalam menyamai rekor Margaret Court sebagai petenis dengan gelar Grand Slam terbanyak di nomor tunggal, yaitu 24 gelar.
Bagi saya, dengan tak ada favorit juara pada tunggal putri Wimbledon kali ini, kesempatan emas ada kepada Serena.
”Bagi saya, dengan tak ada favorit juara pada tunggal putri Wimbledon kali ini, kesempatan emas ada kepada Serena,” ujar 18 kali juara Grand Slam, Chris Evert.
Di lapangan rumput, lanjut Evert, yang saat ini menjadi analis tenis bagi ESPN, Serena tak dituntut memiliki daya tahan fisik seperti ketika bertanding di Roland Garros. Di lapangan rumput, yang memantulkan bola dengan cepat dan rendah, petenis berusia 39 tahun itu bisa mendapat poin dengan cepat, termasuk dengan servis keras yang menjadi senjatanya.
Serena menunjukkan peluang menjuarai Wimbledon untuk kedelapan kali dengan menembus final dalam dua penyelenggaraan terakhir. Pada 2018, dia dikalahkan Angelique Kerber, sementara Halep mengalahkannya pada 2019. Gelar juara Wimbledon, terakhir kali, didapat Serena pada 201, ketika mempertahankan gelar juara dengan mengalahkan Kerber di final.
Catatan dari dua final terakhir itu pula yang membuat pelatih Serena, Patrick Mouratoglou, yakin, ibu dari satu anak itu memiliki kesempatan besar menjuarai lagi Wimbledon. ”Dia selalu punya peluang lebih besar di lapangan yang bisa mengeluarkan kemampuan terbaiknya, yaitu servis, karena Serena bisa mempercepat laju bola,” kata pelatih yang mendampingi Serena sejak 2012 itu.
Di antara petenis berpengalaman, salah satu pesaing Serena, yang ditempatkan sebagai unggulan ketujuh, adalah Petra Kvitova (unggulan ke-11). Petenis Ceko itu menjuarai Wimbledon pada 2011 dan 2014.
Meski digelar dalam ”gelembung” dan menerapkan protokol kesehatan dengan ketat, Wimbledon kali ini akan dihadiri penonton. Pemerintah, bahkan, mengizinkan final tunggal putra dan putri, masing-masing, pada 10 dan 11 Juli, disaksikan penonton sesuai kapasitas maksimal Lapangan Utama, yaitu 15.000 orang.
Pada hari lain, penonton yang hadir diizinkan hingga 50 persen dari kapasitas maksimal di seluruh lapangan. Semua penonton diwajibkan membawa surat telah divaksin, negatif Covid-19, atau telah pulih dari virus, dan mengenakan masker saat bergerak, tetapi tidak pada saat duduk. Pengaturan jarak antarpenonton akan diterapkan, terutama saat antri memasuki stadion.
Jika rencana untuk final terwujud, Wimbledon pun akan menjadi ajang olahraga pertama di luar ruangan yang disaksikan penonton dalam jumlah penuh di Inggris Raya pada masa pandemi.
”Saat Wimbledon dibatalkan pada tahun lalu, itu menjadi momen buruk. Jadi, ketika tahun ini digelar kembali dan dengan kehadiran penonton, itu sangat luar biasa,” kata mantan petenis nomor satu dunia, John McEnroe.
Meski harus menjalani peraturan ketat selama dalam ”gelembung”, petenis sangat antusias untuk bertanding di All England Club. ”Ini adalah ajang luar biasa. Semua menantikan untuk kembali ke sini,” ujar petenis AS, John Isner.
”Kami tahu banyak peraturan ketat di Wimbledon, bahkan, tahun ini lebih ketat. Namun, ini adalah ajang dan tempat bersejarah. Atmosfer yang akan muncul dengan kehadiran penonton membuat saya tak sabar melangkahkan kaki ke lapangan,” kata semifinalis tunggal putri 2019, Elina Svitolina. (REUTERS/AFP)