Tim tuan rumah Spanyol yang menguasai permainan hanya meraih hasil seri 0-0 dengan Swedia di laga pertama Grup E Piala Eropa. Mereka dibuat frustrasi oleh pertahanan Swedia yang bermain disiplin walau terus dibombardir.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·6 menit baca
SEVILLA, SELASA — Tim tuan rumah Spanyol yang menguasai permainan hanya meraih hasil imbang 0-0 dengan Swedia dalam laga pembuka Grup E Piala Eropa 2020 di Stadion La Cartuja, Sevilla, Selasa (15/6/2021). Jordi Alba dan kawan-kawan dibuat frustrasi oleh pertahanan Swedia yang bermain sangat disiplin walaupun terus dibombardir sepanjang laga tersebut.
Spanyol sangat tidak beruntung dalam laga ini. Betapa tidak, mereka dominan atas Swedia. Statistik UEFA membuktikan, ”La Furia Roja” menguasai penguasaan bola 75 persen berbanding 25 persen. Mereka melakukan 954 operan berbanding 175 operan. Tingkat akurasi passing mereka mencapai 89 persen berbanding 59 persen. Total, mereka menciptakan 17 peluang dengan lima tepat ke gawang. Sementara Swedia hanya membuat empat peluang dengan satu tepat ke gawang.
Adapun Opta mencatat, angka penguasaan bola Spanyol mencapai 85 persen berbanding 15 persen. Sejak Opta mulai mencatat data permainan, itu angka tertinggi satu tim di pertandingan Piala Eropa sejak 1980. Jumlah operan tim ”Matador” tercatat mencapai 917 operan yang turut menjadi rekor baru dalam 41 tahun terakhir.
Dari data itu menunjukkan, Spanyol terus menekan lawan sepanjang laga. Sebaliknya, Swedia nyaris tidak bisa berkutik. Jadi, wajar apabila mereka frustrasi tidak bisa membuat walau cuma satu gol dalam laga tersebut. ”Kami menghadapi lawan yang memutuskan untuk bertahan dan mendasarkan semua harapan mereka pada umpan panjang ke depan,” ujar Pelatih Spanyol Luis Enrique meluapkan kekecewaannya seperti dikutip Sky Sports.
Bek Spanyol, Aymeric Laporte, dilansir BBC, mengatakan, para pemain meninggalkan lapangan usai laga dengan suasana hati yang begitu buruk. Sebab, mereka sudah melakukan semua daya upaya untuk memenangi laga. ”Tim pergi dengan perasaan buruk setelah semua usaha yang kami lakukan dan peluang yang kami ciptakan,” kata pemain Manchester City itu.
Berpikir kami akan mengalahkan mereka (Spanyol) adalah naif. Kami tidak malu dengan hasil ini. Lagi pula, kami menciptakan beberapa peluang.
Pelatih Swedia Janne Andersson tidak menampik bahwa timnya bermain konservatif. Dia sadar diri tidak mudah untuk melawan Spanyol dan hasil imbang menjadi raihan yang terbaik. ”Berpikir kami akan mengalahkan mereka (Spanyol) adalah naif. Kami tidak malu dengan hasil ini. Lagi pula, kami menciptakan beberapa peluang. Jika kami ingin mengambil poin atau menang melawan tim seperti Spanyol, kami harus bermain seperti ini (bertahan),” tutur dikutip Sky Sports.
Skuad muda Spanyol tampil penuh percaya diri dan energik dalam laga ini. Mereka bisa mempraktikkan dengan baik ciri khas permainan tim pengoleksi tiga trofi Piala Eropa itu yang berorientasi pada penguasaan bola, cepat, dan menyerang.
Bertubi-tubi, Spanyol mencoba mencuri gol dari Swedia. Pada babak pertama, sedikitnya ada empat peluang emas yang mereka buat. Pada menit ke-16, Koke yang melepas umpan silang dari sisi kanan ditanduk oleh Dani Olmo tetapi berhasil ditepis kiper lawan, Robin Olsen. Selang tujuh menit kemudian, Koke melepas tembakan dari dalam kotak penalti tetapi masih melebar ke kanan gawang.
Pada menit ke-38, striker tunggal Spanyol, Alvaro Morata, mendapatkan kesempatan terbaik. Pemain Juventus itu mendapatkan bola liar yang tidak bisa dikontrol oleh bek Swedia, Marcus Danielsson. Pemain berusia 28 tahun itu pun membawa bola mendekati gawang. Sayang, tembakannya melebar ke kanan gawang. Di akhir babak pertama, Olmo melepaskan tembakan keras dari luar kotak penalti tetapi bisa ditepis Olsen.
Swedia bukan tanpa perlawanan di babak pertama. Pada menit ke-36, pemain sayap kanan Sebastian Larsson melepaskan umpan silang yang arahnya membelok ke gawang tetapi bisa ditepis kiper lawan, Unai Simon. Menit ke-41, striker muda Alexander Isak berhasil lolos dari jebakan offside. Setelah mengelabui Laporte, pemain berusia 21 tahun itu melepas tembakan keras yang tidak bisa dihalau kiper lawan. Beruntung, ada Marcos Llorente yang sigap menahan laju bola ke gawang.
Pada babak kedua, Spanyol tetap mendominasi dan berusaha mencari gol. Pada menit ke-50, Morata dapat peluang menembak dari dalam kotak penalti tetapi tembakannya melebar ke kiri gawang. Sekitar 23 menit kemudian, Olmo mendapatkan kesempatan besar mencetak skor. Mendapat umpan dari Llorente di kotak penalti, pemain berusia 23 tahun itu melakukan sedikit sentuhan sebelum melepas tendangan rendah ke gawang. Namun, bola berhasil diblok Danielsson.
Jelang akhir laga, penyerang Gerard Moreno yang masuk menggantikan Olmo pada menit ke-74 hampir mencetak gol. Pablo Sarabia melepas umpan silang dari sisi kanan disambut oleh kepala Moreno, tetapi Olsen berhasil melakukan penyelamatan hebat.
Di saat terus digempur, Swedia sempat mendapatkan peluang yang nyaris berbuah gol. Pada menit ke-61, Isak yang bekerja keras menerobos kotak penalti melepaskan umpan ke rekannya di lini depan, Marcus Berg. Namun, sontekan pemain berusia 34 tahun itu justru melambung ke sisi kiri gawang lawan.
Kritik terhadap Morata
Hasil seri itu turut berimbas pada kritis pedas terhadap Morata. Pemain kelahiran Madrid, Spanyol, 23 Oktober 1992, itu dianggap fans sebagai biang keladi kegagalan tim berjersei merah-biru itu memenangi laga karena telah menyia-nyiakan setidaknya dua peluang emas.
Kendati demikian, Enrique coba membela pemain lulusan akademi Real Madrid tersebut. ”Saya pikir Alvaro (Morata) bermain dengan hebat. Tentu saja, semua pemain ingin mengambil peluang (mencetak gol). Saya pikir situasi ini sudah biasa dan berharap fans tetap memberikan dukungannya,” ujar mantan pelatih Barcelona itu dilansir Sky Sports.
Laporte juga yakin gol untuk Morata di turnamen ini hanya menunggu waktu. ”Kami tahu kualitasnya (Morata). Di pertandingan berikutnya, dia bisa mencetak tiga gol dan membungkam semua kritikan yang ada. Semoga saja itu terjadi karena kami harus memenangi laga berikutnya,” ujar pemain berusia 27 tahun itu dikutip BBC.
Strategi monoton
Sejatinya, kegagalan Spanyol memenangi laga itu justru karena strategi permainanan yang monoton. Berulang kali mereka mengandalkan serangan dari sisi sayap untuk melepas umpan kepada Morata. Sesekali, mereka melepaskan tembakan dari luar kotak penalti lawan.
Tidak ada kreasi untuk menembus pertahanan lawan. Di sisi lain, taktik itu sudah dipahami betul oleh pertahanan Swedia. ”Rencana kami ialah menguasai bola untuk menciptakan peluang, mengontrol permainan, dan menekan di area lawan,” ujar Enrique dilansir dari The Guardian.
Terlepas dari itu, Enrique berjanji bakal mengevaluasi permainan tim agar mendapatkan hasil lebih baik di laga berikutnya. ”Kami akan menganalisis pertandingan ini secara detail seperti yang selalu kami lakukan. Namun, dalam laga ini, saya pikir tidak terlalu banyak yang harus dibenahi. Seperti yang terjadi, kami sudah bermain dengan baik, mengendalikan permainan, dan menciptakan banyak peluang. Hanya saja, lawan bermain sangat rapat di pertahanan,” katanya.
Sementara itu, Swedia tampil penuh kehati-hatian dengan pendekatan bertahan dan mencari celah serangan balik. Para pemain tim berjuluk ”Blagult” itu disiplin bertahan. Setiap ada pemain Spanyol yang menguasai bola, pasti ada dua pemain tim berjersei kuning-kuning itu yang membayangi. ”Kedisiplinan yang ditunjukkan para pemain dalam strategi permainan ini sangat fantastis,” ujar Andersson dikutip Sky Sports.
Hasil laga itu membuat Spanyol tertahan di urutan kedua di bawah Slowakia yang memimpin dengan tiga poin usai menang 2-1 atas Polandia. Swedia di tempat ketiga dan Polandia menjadi juru kunci. Di laga kedua, Spanyol bakal menjamu Polandia pada Minggu (20/6/2021) dan Swedia menghadapi Slowakia pada Jumat (18/6/2021).
Menurut Enrique, hasil laga pertama itu tidak mengubah target Spanyol untuk menjadi juara grup. Kalau tidak tercapai, dia tidak malu mengincar posisi kedua grup atau menjadi peringkat ketiga terbaik sehingga berhak ke 16 besar. Sebab, yang utama bisa lolos dari penyisihan grup dan tidak peduli dengan status apa pun. (AFP/REUTERS)