Trisula "Les Bleus" Siap Trengginas
Laga pembuka Grup F Piala Eropa 2020 mempertemukan dua raksasa Eropa, Perancis dan Jerman. Perancis lebih diunggulkan karena punya ”trisula maut”, sementara lini belakang Jerman tengah rapuh.
MUENCHEN, SENIN - Salah satu favorit juara Piala Eropa 2020, siap memamerkan lini serangnya yang sangatlah menakutkan saat bertemu Jerman pada laga penyisihan Grup F di Arena Allianz, Muenchen, Jerman, Rabu (16/2/2021) pukul 02.00 dini hari WIB. Striker Karim Benzema dikabarkan telah pulih dari cedera.
Benzema, yang tidak sabar menanti laga Piala Eropa pertamanya setelah sempat diasingkan selama enam tahun, sempat diragukan tampil akibat mengalami cedera pada laga uji coba melawan Bulgaria. Namun, kabar terbaru, ia siap tampil.
”Saya sangat baik, bisa melanjutkan latihan dengan tim, kemarin. Tidak ada rasa sakit. Saya tidak memikirkan fakta bisa gagal tampil (lagi) di Piala Eropa,” ujarnya seperti dikutip Business Standard.
Kehadiran Benzema bisa menjadi senjata rahasia bagi skuad ”Les Bleus”. Striker berusia 33 tahun ini sangat antusias menyambut kompetisi internasional pertamanya setelah lama tersisih dari timnas. Dia akan menjadi pelengkap dua penyerang utama Perancis, yakni Kylian Mbappe dan Antoine Griezmann.
Baca juga : Grup Neraka Penguji Calon Juara Eropa
Mereka bertiga bakal membentuk ”trisula maut” lini depan Perancis. Jika pun salah satu dari ketiga pemain itu tidak bisa tampil, sang juara Piala Dunia Rusia 2018 masih punya sederet pemain pelapis yang tidak kalah berkualitas, mulai dari Olivier Giroud, Ousmane Dembele, Wissam Ben Yedder, hingga Marcus Thuram.
Maka, bisa dikatakan Perancis adalah tim dengan lini serang terbaik di Piala Eropa kali ini. Sekarang, Pelatih Timnas Perancis Didier Deschamps hanya butuh menjaga soliditas dan kepercayaan diri pemainnya guna menaklukan Jerman.
Harmoni di tim menjadi hal yang penting bagi Perancis saat ini, apalagi beberapa hari lalu Mbappe dikabarkan beradu argumen dengan Giroud. Kepada L’Equipe TV, usai Perancis menaklukkan Bulgaria, 3-0, Giroud mengungkapkan, ia tidak mendapatkan operan bola yang pantas dalam laga itu. Pernyataan striker 34 tahun itu diyakini tertuju kepada Mbappe, pemain Paris Saint-Germain.
Gejala friksi antarpemain
Gejala friksi kedua pemain itu terlihat ketika laga berlangsung. Giroud, yang masuk menggantikan Benzema, sempat merayakan gol pertamanya dari dua golnya di laga tersebut dengan rekan-rekan setimnya. Namun, Mbappe tampak berjalan ke arah berlawanan.
”Saya diam karena terkadang Anda berlari dan bola tidak datang. Saya tidak selalu berpura-pura melakukan panggilan yang benar. Akan tetapi, saya telah berusaha keras memberikan solusi di area itu,” ujar Giroud dilansir The Guardian.
Beberapa hari berlalu, Mbappe mengatakan, dirinya sedikit terpengaruh oleh pernyataan Giroud yang terlanjur mencuat ke publik itu. ”Di ruang ganti, saya mengucapkan selamat atas golnya. Akan tetapi, dia tidak menyampaikan apa pun ke saya. Saya justru mendengar (kekecewaannya) itu di pers,” ungkap pemain 22 tahun itu.
Beruntung, walau masih muda, jiwa Mbappe lebih besar dari umurnya. Dia memastikan enggan memperkeruh suasana tim. ”Kami di sini untuk mewakili Perancis. Itu adalah hal yang paling penting,” tegasnya.
Baca juga : Peluang Terbaik Calon Juara Baru
Komentar berlebihan Giroud boleh jadi adalah efek persaingan ketat di lini depan Perancis. Keberadaan Benzema telah mengancam posisinya sebagai penyerang tengah utama di tim itu selama enam tahun terakhir.
Selain itu, Benzema memiliki misi pribadi mematahkan rekor pencetak gol terbanyak di timnas. Sejauh ini, dia masih tertinggal lima gol di bawah rekor Thierry Henry dengan 51 gol.
Harus peka
Dalam situasi tersebut, Deschamps harus peka agar modal besar berupa barisan penyerang yang mewah itu tidak menjadi bumerang bagi timnya. Kalau tidak, kans mengalahkan Jerman akan menguap begitu saja. Padahal, lini belakang Jerman sedang rapuh.
Meskipun demikian, Deschamps tidak mau timnya meremehkan Jerman. Bagaimana pun, Jerman adalah tim yang wajib disegani dengan segenap latar belakang prestasinya.
”Saya mengenal Joachim Loew (pelatih Jerman) dan tim kami telah bertemu beberapa kali. Saya punya banyak alasan untuk menghormatinya. Dia telah lama bersama Jerman. Ia juga pernah membawa timnya ke level tertinggi, meskipun saat ini dalam kondisi sulit,” katanya dikutip laman UEFA, Minggu.
Mereka (Perancis) memiliki penyerang yang bagus. Maka, kami harus siap memenangkan tantangan satu lawan satu. Kami harus sedikit kotor. (Antonio Ruediger)
Jelang Piala Eropa, lini belakang menjadi masalah yang belum bisa dipecahkan oleh kubu Jerman, kendati telah memanggil kembali bek veteran, Mats Hummels, yang terpinggirkan tiga tahun terakhir.
Sebelum bek tengah Borussia Dortmund itu tiba, lini belakang Jerman sangat berantakan, antara lain dihancurkan Spanyol 0-6 dalam laga Liga Nasional Eropa, Rabu (18/11/2020) dan takluk 1-2 dari Makedonia Utara pada kualifikasi Piala Dunia Qatar 2020, Kamis (1/4/2021).
Namun, hadirnya Hummels, sejak awal Juni, tidak serta merta membuat performa lini belakang tim ”Panser” lebih baik. Mereka sempat ditahan imbang Denmark, 1-1, dalam laga uji coba, Kamis (3/6/2021) dan kebobolan saat menang 7-1 atas Latvia, Selasa (8/6/2021).
Situsi sulit
Bek Jerman, Antonio Ruediger tidak menampik situasi sulit yang dihadapi timnya saat ini, khususnya terkait lini belakang. Pemain Chelsea itu menuturkan, timnya perlu bermain sedikit ”kotor” dengan pendekatan fisik untuk menghentikan para penyerang Perancis.
”Mereka memiliki penyerang yang bagus. Maka, kami harus siap memenangkan tantangan satu lawan satu. Kami harus sedikit kotor. Tidak selalu bersikap baik atau mencoba memainkan sepak bola yang bagus,” tuturnya dikutip Metro.
Loew berkata, timnya harus fokus ke diri sendiri dan menjaga kepercayaan diri melawan tim kuat seperti Perancis. Pelatih yang bakal meninggalkan tim Panser seusai Piala Eropa 2020 itu meyakini, apa pun bisa terjadi meskipun timnya kini tidak lebih difavoritkan ketimbang Perancis.
”Kami punya dinamika yang baik di tim. Atmosfernya sangat bagus. Jika kami mengerahkan kekuatan dengan benar, kami bisa menjalani laga ini dengan percaya diri,” ujar pelatih yang telah menangani timnas Jerman sejak 2006 silam itu
Dari laga lainnya, Hongaria akan menjamu Portugal di Arena Ferenc Puskas, Budapest, Selasa (14/6) malam. Walaupun tidak diunggulkan, Hongaria sedikit bernafas lega karena Portugal tidak bisa tampil dengan kekuatan penuh setelah bek Joao Cancelo dinyatakan positif Covid-19, Minggu.
Pemain Manchester City itu kini menjalani isolasi mandiri. Posisinya sebagai bek sayap inti di Portugal akan ditempati bek Manchester United, Diogo Dalot. Pelatih Portugal Fernando Santos yakin, timnya bisa melewati segala masalah.
”Kami bakal melakukan segala daya untuk menang, menggunakan kualitas, organisasi, dan komitmen yang ada. Kami siap dan yakin tim ini mampu bersaing dengan tim mana pun yang memiliki ambisi serupa untuk memenangi trofi,” kata Santos dikutip laman UEFA.
Kubu Hungaria juga tidak menganggap kondisi itu sebagai keuntungan mutlak. ”Kami tahu siapa yang kami hadapi. Kami akan tetap membumi tapi tentu saja kami ingin mencapai impian kami. Bermimpi itu gratis, jadi kami bermimpi. Mimpi kami bisa selama-lamanya di kejuaraan ini,” pungkas pelatih "The Mighty Magyars", Marco Rossi. (AP/AFP/REUTERS)