Grup F Piala Eropa 2020 adalah grup ”neraka”. Tiga tim terbaik di Eropa dan satu tim legendaris bakal bersaing sengit di grup itu. Mereka yang lolos dari babak penyisihan grup itu berpotensi mengangkat trofi juara.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
Tiada grup yang lebih mengerikan dibandingkan Grup F Piala Eropa 2020. Grup ini dihuni Perancis (juara Piala Dunia Rusia 2018), Portugal (juara bertahan Piala Eropa), Jerman (pengoleksi tiga gelar juara Piala Eropa dan juara dunia 2014), dan Hongaria (tim yang tengah menikmati masa kebangkitan sepak bola). Maka, siapapun yang lolos dari grup maut itu patut difavoritkan sebagai calon kuat juara.
Publik sepak bola menyebut Grup F itu sebagai grup ”neraka”. Bayangkan, tiga tim terbaik Eropa, bahkan dunia, berada satu grup dengan salah satu tim legendaris. Namun, Perancis dan Portugal lebih dijagokan untuk lolos dari grup itu.
Wajar jika Perancis dan Portugal lebih diunggulkan. Tim nasional sepak bola Perancis tengah berada di masa keemasan barunya setelah terakhir kali berjaya di akhir 1990-an hingga awal 2000 dengan meraih Piala Dunia Perancis 1998 dan Piala Eropa Belgia-Belanda 2000.
Tim ”Les Bleus” saat ini juga dihuni para bintang yang kian matang dan merata dari lini belakang hingga depan. Duo gelandang, N’Golo Kante (30) dan Paul Pogba (28), misalnya, dianggap sebagai yang terbaik di dunia. Pada lini depan, mereka punya trisula menakutkan yang tidak dimiliki tim-tim lainnya.
Kylian Mbappe (22), striker Perancis yang dimiliki klub Paris Saint-German, kian matang dan siap meledak di Piala Eropa 2020. Selain pemain muda terbaik Piala Dunia 2018 itu, Les Bleus juga punya Antoine Griezmann (30), pencetak gol tersubur di Piala Eropa 2016; dan Karim Benzema (33), striker Real Madrid yang tampil penuh semangat setelah sempat enam tahun ”diasingkan” di Perancis.
Grafik penampilan Perancis juga stabil. Mereka menjadi juara Grup H di kualifikasi Piala Eropa 2020. Tak hanya itu, Les Bleus juga lolos ke putaran final Liga Nasional Eropa yang digelar Oktober mendatang.
Skuad mewah
Dengan skuad mewah dan performa menjanjikan, sulit tidak menempatkan tim peringkat kedua dunia itu sebagai unggulan Grup F, bahkan kandidat juara Piala Eropa 2020. Pelatih Timnas Perancis Didier Deschamps berambisi mengulangi kesuksesan saat menjuarai Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa 2020 sebagai pemain.
Jika bisa mengulangi prestasi itu sebagai pelatih, Deschamps bakal mencatatkan sejarah yang sulit disamai siapapun. ”Ada harapan besar seusai kesuksesan yang kami capai (trofi Piala Dunia 2018) dan itulah tujuan skuad, generasi saat ini. Kami tidak boleh berhenti dan patut mencoba memenangkan lebih banyak gelar,” ujar pelatih yang membawa Perancis juara dunia di Rusia, 2018 lalu, itu.
Selain Perancis, Portugal berpeluang lolos dari Grup F dan melangkah jauh di turnamen ini. Modal utama tim ”Selecao” adalah peran megabintangnya, Cristiano Ronaldo (36). Pemain Juventus itu mungkin tidak segesit dulu. Akan tetapi, ia masih memiliki tekad, stamina, dan ketajaman yang sulit ditandingi pemain-pemain lainnya.
Walaupun kini berusia senja, performa Ronaldo belum menunjukkan tanda-tanda menurun. Di level klub, selain membawa Juventus memenangi Piala Italia 2021, Ronaldo menjadi pencetak gol tersubur Liga Italia dengan koleksi 29 gol.
Selain mempertahankan trofi, Ronaldo termotivasi meraih trofi sepatu emas atau pencetak gol terbanyak di Piala Eropa. Ia juga berkesempatan mengukir rekor pencetak gol terbanyak di laga internasional. Pemain berjuluk ”CR7” itu telah mencetak 103 gol bersama Selecao sejak 2003 silam. Dia hanya tertinggal enam gol dari legenda Iran dan pemilik rekor gol terbanyak sepanjang masa, Ali Daei.
Kehadiran Ronaldo ditunjang pemain lain dengan grafik penampilan meningkat di level klub, yaitu trio Manchester City, bek Ruben Dias (24), bek Joao Cancelo (27), dan gelandang Bernardo Silva (26). Ada pula gelandang Bruno Fernandes (26) yang bersinar bersama Manchester United musim ini.
Akan tetapi, Portugal tidak boleh terlalu percaya diri, apalagi kiprah mereka tidak terlalu memukau jelang Piala Eropa. Selain hanya finis kedua di babak kualifikasi Piala Eropa, Selecao juga gagal mempertahankan gelar juara Liga Nasional yang diraihnya pada 2019 lalu.
Peluang terakhir Loew
Kendati demikian, Perancis dan Portugal tidak boleh meremehkan Jerman. Joachim Loew, pelatih timnas Jerman, ingin memberikan ”kado” perpisahan yang indah. Loew akan meninggalkan timnas Jerman seusai berakhirnya Piala Eropa 2020. Hans-Dieter Flick, mantan pelatih Bayern Muenchen, menjadi pengganti Loew.
Sejak menggantikan Juergen Klinsmann pada 2006, Loew telah membawa ”Die Mannschaft” meraih trofi Piala Dunia Brasil 2014 dan Piala Konfederasi 2017 di Rusia. Di akhir masa tugasnya, Loew ingin menuntaskan rasa penasaran merebut mahkota juara Eropa.
Di Piala Eropa, hal terpenting adalah keberanian. Di atas kertas, kami nyaris tidak punya peluang. Akan tetapi, dalam sepak bola, apa pun bisa terjadi. (Marco Rossi, Hongaria)
Penampilan Jerman memang terus merosot seusai menjuarai Piala Dunia 2014. Mereka kandas di semifinal Piala Eropa 2016 dan tersingkir dini, yaitu di penyisihan grup Piala Dunia 2018. Persiapan mereka ke Piala Eropa pun tidaklah mulus.
Walaupun merebut status juara Grup C di kualifikasi Piala Eropa 2020, Jerman hanya finis kedelapan di Liga Nasional Eropa musim ini. Mereka sempat digilas Spanyol, 0-6, pada laga Liga Nasional, 17 November 2020. Mereka juga dibungkam Makedonia Utara, 1-2, di kualifikasi Piala Dunia Qatar 2022 pada 31 Maret lalu.
Loew pun tidak tinggal diam. Ia memanggil dua pemain veteran yang sudah tersingkir tiga tahun terakhir, yakni bek Mats Hummels (32) dan gelandang serang Thomas Muller (31), guna memperkuat skuad. Padahal, sebelumnya, Loew sempat menyatakan tidak akan memanggil mereka demi regenerasi tim.
Menjuarai Piala Eropa tahun ini mungkin kurang realistis bagi Jerman. Namun, Loew berambisi menunjukkan penampilan terbaik timnya dan meninggalkan warisan bagus untuk penerusnya. ”Kali ini, kami bukan favorit mutlak seperti Perancis. Namun, jika lolos dari penyisihan grup, kami mungkin bisa mencapai apa pun,” kata Loew dilansir The Guardian.
Adapun Hongaria berpeluang mengusik persaingan ketiga tim raksasa itu. Tim ”Mighty Magyars”, yang pernah merajai Eropa pada era 1930-1970, mulai bangkit sepuluh tahun terakhir. Mereka lolos ke Piala Eropa 2016 setelah sempat 40 tahun absen dari turnamen itu.
Tim yang dulu diperkuat legenda sepak bola dunia, Ferenc Puskas, itu penuh semangat dan ingin membuat kejutan. Dukungan suporter di rumah sendiri, saat menghadapi Portugal dan Perancis pada laga-laga penyisihan Grup F, bakal menjadi energi ekstra mereka.
”Di Piala Eropa, hal terpenting adalah keberanian. Di atas kertas, kami nyaris tidak punya peluang. Akan tetapi, dalam sepak bola, apa pun bisa terjadi,” tutur Pelatih Timnas Hongaria Marco Rossi dikutip Hungary Today. (AP/AFP/REUTERS)