Novak Djokovic Selalu Termotivasi oleh Rekor
Menjadi yang terbaik di dunia pada cabang tenis. Hal itulah yang mendorong Novak Djokovic untuk terus berprestasi, termasuk prestasi terbarunya menjadi juara Perancis Terbuka 2021.
”Tentu saya sangat bangga dengan pencapaian ini. Menjadi bagian dari sejarah olahraga selalu menjadi motivasi.”
Komentar itu disampaikan Novak Djokovic setelah menjuarai Grand Slam Perancis Terbuka. Pada laga final di Lapangan Philippe Chatrier, Roland Garros, Paris, Minggu (13/6/2021), petenis nomor satu dunia itu mengalahkan salah satu alumni ”Next Gen”, Stefanos Tsitsipas, 6-7 (6/8), 2-6, 6-3, 6-2, 6-4.
Kemenangan itu lagi-lagi membuktikan, turnamen Grand Slam masih menjadi penghalang besar petenis muda untuk menggantikan era ”Big Three” dalam waktu dekat. Total, Djokovic, Rafael Nadal, dan Roger Federer mengumpulkan 59 gelar dari 71 Grand Slam terakhir.
Bahkan, dalam 17 Grand Slam sejak 2017, hanya ada satu juara menyelip di antara ketiganya, yaitu Dominic Thiem, juara Amerika Serikat Terbuka 2020. Thiem juara tanpa bertemu ”Big Three” di Flushing Meadows, New York, AS. Nadal tak tampil karena situasi pandemi Covid-19, Federer cedera lutut, sedangkan Djokovic tersingkir di babak keempat.
Baca juga: Sejarah Itu Akhirnya Ditorehkan Djokovic
Menjadi gelar kedua di Roland Garros setelah dari Perancis Terbuka 2016, Djokovic pun menjadi tunggal putra pertama yang menjuarai setiap Grand Slam minimal dua kali pada era Terbuka sejak 1968. Dua gelar Perancis Terbuka melengkapi tiga gelar AS Terbuka, lima dari Wimbledon, dan sembilan dari Australia Terbuka yang menjadi zona nyamannya.
Federer dan Nadal memiliki jumlah trofi Grand Slam lebih banyak, 20, tetapi memiliki ”lubang” pada ajang berbeda. Nadal hanya punya satu gelar Australia Terbuka, sedangkan Federer di Perancis Terbuka. Keduanya memperoleh gelar tersebut pada 2009.
”Saya selalu termotivasi untuk mencapai target besar dan memecahkan rekor. Saya berbohong jika mengatakan, hal itu tak pernah saya pikirkan. Saya tak akan bertahan jika tujuannya bukan menjadi yang terbaik pada tenis putra,” kata Djokovic.
Baca juga: Pertarungan Besar Nadal-Djokovic
Dua legenda tenis, Roy Emerson (84), dan Rod Laver (82), memiliki minimal dua gelar dari setiap Grand Slam. Namun, mereka melakukannya ketika peserta turnamen Grand Slam adalah petenis amatir. Namun, Laver berkesempatan bersaing pada era Terbuka ketika menjuarai empat Grand Slam pada 1969, menjelang akhir kejayaannya.
”Saya melakukannya saat amatir dan pro. Saya tak tahu mana yang lebih sulit, tetapi saya senang dengan yang dicapai Novak. Dia selalu menyukai tantangan,” kata Laver.
Bermental tangguh
Djokovic beberapa kali kesulitan menemukan permainan terbaik, seperti saat kehilangan dua set awal melawan Tsitsipas. Dia mengalami hal serupa saat berhadapan dengan Lorenzo Musetti pada babak keempat. Namun, petenis Serbia itu selalu menemukan jalan keluar.
”Mentalnya sangat kuat. Dia adalah petenis yang berbeda. Tertinggal satu atau dua gim pada set penentuan tak berarti apa-apa baginya. Dia tetap berjuang,” kata Laver.
Tsitsipas pun menyadari hal itu. ”Unggul dua set tak berarti apa-apa,” ketika menjawab pertanyaan, pelajaran besar yang didapat dari final Grand Slam melawan Djokovic.
Tak hanya kali ini Djokovic berbalik menang setelah tertinggal dua set dalam format best of five sets pada Grand Slam. Sejak debut di arena Grand Slam pada Australia Terbuka 2005, dia telah enam kali melakukannya dan laga melawan Tsitsipas menjadi satu-satunya yang terjadi di final.
Baca juga: Djokovic Lebih Percaya Diri
Seperti dikatakan pelatih Serena Williams yang juga mentor Tsitsipas, Patrick Mouratoglou, Djokovic hampir mustahil dihentikan ketika bermain dengan kepercayaan diri tinggi.
Petenis berusia 34 tahun itu sebenarnya pernah mengalami krisis motivasi setelah menjadi juara Perancis Terbuka 2016. Dia merasa tak memiliki dorongan untuk berbuat yang lebih baik setelah menjuarai semua Grand Slam. Cedera siku pada 2017 memperumit situasi.
Sulit dihentikan
Setelah bangkit kembali pada 2018, Djokovic sulit dihentikan, termasuk oleh Federer dan Nadal, rival terberatnya. Sejak 2018, dia merebut enam gelar Grand Slam, lebih banyak dari empat gelar milik Nadal dan satu gelar Federer. Jumlah itu juga membuatnya menjadi petenis dengan trofi Grand Slam terbanyak untuk petenis di atas usia 30 tahun.
Saya selalu termotivasi untuk mencapai target besar dan memecahkan rekor. Saya berbohong jika mengatakan, hal itu tak pernah saya pikirkan. Saya tak akan bertahan jika tujuannya bukan menjadi yang terbaik pada tenis putra.
Tak dapat dimungkiri, data tersebut dan fakta bahwa Djokovic menjadi yang paling fit di antara ”Big Three”, membuka peluangnya untuk menjadi pengoleksi gelar Grand Slam terbanyak.
”Apakah Djokovic bisa disebut petenis terbaik sepanjang masa? Ini masih menjadi bahan perdebatan. Namun, yang jelas, dia adalah petenis yang kemampuannya paling komplet,” ujar mantan petenis Patrick McEnroe.
Djokovic bahkan menargetkan ”Golden Slam” pada tahun ini. Istilah ini disematkan pada petenis yang menjuarai empat Grand Slam dan mendapat medali emas Olimpiade dalam satu tahun kalendar turnamen. Hanya ada satu petenis yang pernah melakukannya, yaitu Steffi Graf pada 1988.
Mantan petenis Jerman itu adalah satu dari empat petenis tunggal yang berhasil melengkapi semua gelar Grand Slam dengan emas Olimpiade. Tiga lainnya, tetapi tidak melakukannya pada satu tahun kalender turnamen, adalah Nadal, Serena Williams, dan Andre Agassi.
”Semuanya memungkinkan. Saya telah melalui perjalanan yang banyak orang berpikir, saya tak mungkin melakukannya. Namun, saya tak ingin fokus terlalu jauh, apalagi Wimbledon tahun ini hanya berselang dua pekan dengan Perancis Terbuka. Saya pernah mendapat kesempatan itu pada 2016 setelah menjuarai Australia dan Perancis Terbuka, tetapi tersingkir pada babak ketiga Wimbledon,” kata Djokovic.
Pada Olimpiade Rio de Janeiro 2016, petenis Serbia itu bahkan tersingkir pada babak pertama. Menjadi unggulan teratas, dia menangis setelah dikalahkan Juan Martin del Potro.
”Semuanya tergantung dari diri sendiri meski ada tim pendukung, apakah ingin mewujudkan targer besar atau tidak. Bagi saya, upaya untuk mengatasi berbagai situasi demi target itu seperti latihan mental. Saya senang, waktu yang saya luangkan untuk membangun kekuatan mental akhirnya memberi hasil,” kata Djokovic.
Novak Djokovic
Lahir: Belgrade, Serbia, 22 Mei 1987
Peringkat dunia: 1
Bermain profesional: 2003
Pelatih: Marin Vajda, Goran Ivanisevic
Jumlah gelar juara: 84
Gelar ajang besar
Grand Slam:
- Australia Terbuka: 2008, 2011, 2012, 2013, 2015, 2016, 2019, 2020, 2021
- Perancis Terbuka: 2016, 2021
- Wimbledon: 2011, 2014, 2015, 2018, 2019
- AS Terbuka: 2011, 2015, 2018
Final ATP: 2008, 2012-2015