Tak Pernah Menang, Indonesia Jadi Tim Terburuk di Kualifikasi Piala Dunia
Untuk pertama kali dalam sejarah, timnas Indonesia gagal meraih kemenangan dalam partisipasi di kualifikasi Piala Dunia. Tim ”Garuda” hanya mampu mengemas satu poin dari delapan laga kualifikasi Qatar 2022.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·6 menit baca
DUBAI, JUMAT — Indonesia menutup fase grup putaran kedua kualifikasi Piala Dunia 2022 dengan kekalahan 0-5 dari Uni Emirat Arab pada laga yang berlangsung pada Jumat (11/6/2021) malam WIB di Stadion Zabeel, Dubai, UEA. Tim ”Garuda” gagal meraih satu pun kemenangan dalam delapan pertandingan sehingga mencatatkan rekor terburuk sejak berpartisipasi di kualifikasi Piala Dunia 1974.
Hasil yang dipetik Indonesia dengan hanya mendapatkan satu poin adalah sebuah hasil yang amat buruk. Pasalnya, Indonesia tergabung di Grup G yang diisi oleh tiga tim asal Asia Tenggara, yakni Vietnam, Thailand, dan Malaysia. Oleh karena itu, di atas kertas, Indonesia seharusnya bisa memetik hasil lebih baik karena sudah terbiasa menghadapi tiga lawan dari satu kawasan itu.
Nyatanya, Indonesia tak berdaya ketika berduel dengan tiga tim nasional (timnas) itu. Tim Garuda tumbang 2-3 dan 0-2 dari Malaysia, kemudian dipermalukan 1-3 dan 0-4 oleh Vietnam. Satu-satunya poin yang didapatkan Indonesia berkat menahan imbang Thailand 2-2 pada laga keenam, 3 Juni lalu. Namun, hasil itu tidak bisa membalas kekalahan 0-3 dari Thailand dalam pertemuan di Stadion Gelora Bung Karno, 10 September 2019. Hasil lebih buruk dialami dalam dua duel menghadapi UEA. Indonesia dua kali dibantai dengan skor serupa, 0-5.
Hasil di kualifikasi Piala Dunia 2022 itu menjadi momen pertama Indonesia gagal meraih kemenangan saat berlaga di kualifikasi Piala Dunia Zona Asia. Dalam sepuluh partisipasi sebelumnya, Indonesia memang gagal menembus babak ketiga, tetapi setidaknya mampu mengemas minimal satu kemenangan.
Catatan terburuk sebelumnya tercipta pada kualifikasi Piala Dunia 2014. Kala itu, Indonesia hanya mengumpulkan empat poin dari delapan laga. Indonesia hanya meraih kemenangan 4-3 atas Turkmenistan, Juli 2011. Itu merupakan tiga poin terakhir yang diraih Indonesia di kualifikasi Piala Dunia.
Pada kualifikasi Piala Dunia 2010, Indonesia gagal menembus fase grup karena tumbang dengan agregat 1-11 dari Suriah pada putaran kedua.
Empat kemenangan
Adapun hasil terbaik diraih Indonesia di kualifikasi Piala Dunia terjadi pada edisi Meksiko 1986. Di edisi itu, Indonesia mampu lolos dari fase grup setelah menyingkirkan India, Thailand, dan Bangladesh untuk memuncaki Grup 3B. Sayang, langkah Indonesia terhenti di babak semifinal karena tumbang dengan skor agregat 1-6 dari Korea Selatan.
Selanjutnya, Korsel mampu mengalahkan Jepang pada babak final dengan agregat 3-1 untuk mewakili zona timur Asia di Piala Dunia 1986. Satu tiket dari Asia didapatkan Irak yang menjadi tim terbaik di zona barat.
Meraih empat kemenangan di fase grup juga pernah didapatkan Garuda pada kualifikasi Piala Dunia 2002. Tergabung di Grup 9 pada babak pertama kualifikasi, Indonesia mampu meraih 12 poin, tetapi hanya mampu berada di posisi kedua karena kalah bersaing dengan China yang meraih satu tiket ke Piala Dunia Korsel-Jepang. Meskipun gugur, Indonesia mencatatkan rekor gol terbanyak pada kualifikasi Piala Dunia 2002 karena mampu mencetak 16 gol berkat kemenangan dalam dua kali duel masing-masing melawan Maladewa dan Kamboja.
Hasil buruk di kualifikasi Piala Dunia 2022 memang tidak bisa dihindari oleh Pelatih Indonesia Shin Tae-yong. Juru taktik asal Korsel itu baru diresmikan sebagai pelatih Indonesia pada Desember 2019 ketika Garuda telah menjalani lima laga dengan kekalahan.
Atas dasar itu, Shin tidak mematok target muluk. Bagi dia, tiga laga tersisa di kualifikasi Piala Dunia 2022 adalah kesempatan emas bagi generasi baru timnas Indonesia untuk merasakan atmosfer laga internasional di level senior. Shin pun memilih 23 pemain dengan rata-rata usia 22,25 tahun yang menjadi skuad termuda Indonesia dalam sejarah keikutsertaan di ajang internasional.
Saya tidak terlalu melihat hasil karena kami ingin menyempurnakan cara bermain kami sehingga wajar kalau ada kesalahan-kesalahan yang tercipta. Apabila konsisten menjalankan proses pembentukan tim yang tengah berjalan, saya optimistis bisa meraih prestasi dalam lima tahun hingga sepuluh tahun mendatang.
”Saya tidak terlalu melihat hasil karena kami ingin menyempurnakan cara bermain kami sehingga wajar kalau ada kesalahan-kesalahan yang tercipta. Apabila konsisten menjalankan proses pembentukan tim yang tengah berjalan, saya optimistis bisa meraih prestasi dalam lima tahun hingga sepuluh tahun mendatang,” ujar Shin seperti dikutip media Korsel, Chosunilbo, pekan lalu.
Sementara itu, Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan meminta tim pelatih skuad Garuda untuk melakukan evaluasi atas hasil di tiga laga kualifikasi Piala Dunia di Dubai. Ia pun berharap Indonesia bisa meraih hasil lebih baik dalam laga internasional selanjutnya. Terdekat Indonesia akan menjalani Piala AFF yang berlangsung 5 Desember 2021 hingga 1 Januari 2022. Di level umur, ”Garuda Muda” akan tampil di SEA Games 2021 di Vietnam yang akan dimulai pada pertengahan November mendatang.
Kelengahan lini belakang
Dalam laga pamungkas menghadapi UEA, kelengahan lini belakang kembali menjadi titik kelemahan utama Indonesia. Lima gol yang bersarang ke gawang Indonesia yang dikawal M Riyandi diakibatkan kecerobohan pemain mengantisipasi ancaman di kotak penalti.
Gol pertama UEA diawali kesalahan bek Indonesia, Arif Satria, untuk menutup ruang tembak pemain depan UEA, Khalfan Mubarak. Tembakan Mubarak memang bisa ditepis Riyandi, tetapi bola liar mampu disontek oleh Ali Mabkhout untuk membuka keunggulan tim berjuluk ”Si Putih” itu pada menit ke-22.
Pada gol kedua UEA yang dicetak melalui sundulan Fabio Lima pada menit ke-28 juga diawali kesalahan Satria membaca arah bola umpan lambung dari sisi kanan pertahanan Indonesia. Satria lompat terlalu cepat sehingga gagal memotong bola.
Tujuh menit jelang babak pertama berakhir, Evan Dimas, kapten Garuda, berpeluang memperkecil kekalahan lewat eksekusi penalti. Namun, sepakan Evan masih bisa ditepis kiper Si Putih, Ali Khasif.
Ketika babak kedua baru berjalan tiga menit, gelandang Indonesia, Adam Alis, justru melakukan pelanggaran terhadap Mubarak sehingga wasit Mohamed Al Khoish menjatuhi hukuman penalti untuk UEA. Penalti itu dieksekusi dengan sempurna oleh Mabkhout pada menit ke-49.
Dengan sumbangan dua gol itu membuat Mabkhout telah menciptakan 75 gol dari 91 laga berseragam UEA. Ia menjadi pemain aktif yang memiliki jumlah gol terbanyak kedua di level timnas. Mabkhout hanya kalah dari kapten Portugal, Cristiano Ronaldo, yang telah mencetak 105 gol bersama ”A Selecao”.
Kemudian, Lima kembali unggul dalam duel bola udara dari tiga bek Indonesia untuk membawa timnya unggul empat gol di menit ke-55. Kemenangan UEA disempurnakan pemain pengganti, Sebastian Tagliabue, melalui sepakan keras dari dalam kotak penalti ketika waktu normal tersisa empat menit.
Berkat kemenangan telak atas Indonesia, Si Putih membuntuti Vietnam di posisi kedua Grup G dengan koleksi 15 poin. Di laga lain yang berlangsung bersamaan, Vietnam juga mampu menumbangkan Malaysia 2-1 pada laga ketujuh. Vietnam masih memimpin klasemen dengan perolehan 17 poin.
Alhasil, UEA dan Vietnam akan menjalani laga final pada Selasa (15/6/2021) untuk memperebutkan posisi puncak Grup G. Sebab, hanya juara grup yang akan otomatis lolos ke putaran ketiga babak kualifikasi menuju Qatar 2022. Pada duel pertama, Vietnam unggul 1-0 atas UEA dalam laga yang berlangsung di Stadion My Dinh, Hanoi, Vietnam, 14 November 2019.
”Kemenangan atas Indonesia amat penting bagi kami. Selanjutnya, kami akan mempersiapkan diri agar bisa tampil dengan kekuatan terbaik untuk mengalahkan Vietnam di laga terakhir,” ujar Pelatih UEA Bert van Marwijk dilansir laman Asosiasi Sepak Bola UEA (UEAFA).