Shin Tae-yong akan menjalani laga resmi perdananya sebagai pelatih tim nasional Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2022. Di tengah tuntutan menang, Shin justru fokus untuk menghadirkan generasi baru tim ”Garuda”.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·6 menit baca
Pada Minggu (16/5/2021) malam kemarin, sebanyak 23 pesepak bola terbaik di Indonesia berangkat menuju Dubai, Uni Emirat Arab, untuk menjalani tiga laga tersisa dalam Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia. Setelah menanti lebih dari 17 bulan, era baru tim nasional Indonesia bersama pelatih asal Korea Selatan, Shin Tae-yong, akhirnya akan dimulai. Timnas ”Garuda” akan menjalani ujian sesungguhnya di pertandingan resmi.
Sejak ditunjuk sebagai juru taktik tim Garuda, Desember 2019, Shin belum sekalipun memimpin anak asuhannya di pertandingan resmi FIFA. Pandemi Covid-19 membatalkan seluruh agenda laga internasional di kawasan Asia selama tahun 2020.
Alhasil, Shin hanya memimpin timnas U-19 dalam sejumlah pemusatan latihan di Thailand dan Kroasia pada tahun lalu. Shin pun beranjak mulai mempersiapkan timnas senior setelah FIFA memutuskan Piala Dunia U-20 2020 dibatalkan.
Dengan tiba di Dubai, Senin (17/5/2021), timnas Indonesia menjadi tim pertama Grup G Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia yang tiba di ibu kota Uni Emirat Arab (UEA) itu. Adapun tiga timnas Asia Tenggara lain yang tergabung di grup G, yakni Vietnam, Malaysia, dan Thailand, berencana akan bertolak ke Dubai pada akhir Mei.
Selain itu, Indonesia juga akan menjadi tim yang paling sibuk di Dubai. Pasalnya, dalam 18 hari, tim Garuda akan menjalani lima pertandingan. Selain tiga laga Kualifikasi Qatar 2022 melawan Thailand (3/6/2021), Vietnam (7/6/2021), dan UEA (11/6/2021), Indonesia juga akan terlebih dahulu beruji coba dengan Afghanistan (25/5/2021) dan Oman (29/5/2021). Sementara itu, empat tim lain di grup itu hanya menambah satu jadwal uji coba.
Jadwal itu tentu akan terasa berat bagi mayoritas pemain timnas yang belum menjalani laga rutin di kompetisi resmi sejak Maret 2020. Dengan jeda antarlaga maksimal tiga hari, Shin harus memutar otak agar masalah klasik tim Garuda terkait lemahnya kondisi fisik tidak lagi menjadi alasan ketika berada di Dubai.
Apalagi Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia Mochamad Iriawan berharap timnas mampu membawa pulang poin. Sebab, Indonesia belum sekalipun meraih poin dalam lima laga Kualifikasi Qatar 2022. Selain itu, catatan gol timnas juga amat buruk karena hanya mampu mencetak tiga gol dan kemasukan 16 gol.
Dari delapan grup Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia, terdapat empat tim yang belum meraih poin. Keempatnya ialah Indonesia, Guam, Taiwan, dan Sri Lanka.
”Saya berharap timnas Indonesia meraih hasil terbaik pada seluruh pertandingan di Uni Emirat Arab,” kata Iriawan.
Generasi baru
Mari gugurkan dulu harapan untuk melihat timnas menyapu bersih tiga laga Kualifikasi Piala Dunia 2022 dengan kemenangan. Laga di Dubai sejatinya adalah kesempatan terbaik bagi Shin untuk melakukan eksperimen taktik dan strategi. Sebelum ke Dubai, Shin pun baru memiliki kesempatan mencoba skuadnya dalam dua laga uji coba melawan Tira Persikabo dan Bali United, awal Maret lalu. Kedua tim Liga 1 itu tentu tidak memiliki kekuatan yang setara dibandingkan dengan lawan Indonesia di Dubai.
Sebab, mantan pelatih timnas Korsel di Piala Dunia 2018 itu masih mencari kerangka tim terbaik di tengah upayanya meregenerasi timnas Indonesia. Shin cukup berani dengan menghadirkan sejumlah muka-muka baru di timnas senior yang mayoritas belum memiliki jam terbang di level internasional. Dari 23 pemain yang dibawa dari Jakarta serta lima pemain yang bergabung langsung di Dubai, rata-rata pemain timnas Indonesia berusia 22,4 tahun.
Itu adalah usia skuad Garuda termuda setidaknya dalam dua dekade terakhir. Penyerang Arema FC, Kushedya Hari Yudo, yang berusia 27 tahun merupakan pemain tertua timnas Indonesia yang akan berlaga di Dubai.
Apabila memperhatikan sejumlah laga uji coba dan gim internal di latihan timnas, Shin terlihat baru menggaransi beberapa pemain yang akan masuk dalam daftar 11 pemain utamanya. Mereka adalah Asnawi Mangkualam, Elkann Bagott, Pratama Arhan, Witan Sulaeman, dan M Rafli.
”Saya membutuhkan pemain muda generasi baru agar tim termotivasi untuk menunjukkan penampilan terbaik. Saya berharap hasil latihan untuk meningkatkan fisik dan mental terlihat di pertandingan nanti,” kata Shin dilansir laman PSSI.
Selain pemain muda, Shin juga menerapkan formasi baru bagi timnas Indonesia. Setelah dalam 10 tahun terakhir selalu menggunakan pakem taktik 4-3-3, Shin memilih untuk memakai formasi 4-4-2 yang berubah menjadi 4-2-4 ketika menyerang. Taktik itu digunakan Shin di seluruh level timnas mulai dari U-19 hingga senior.
Penerapan taktik itu bukan hal asing bagi Shin, termasuk ketika pelatih berusia 51 tahun itu memimpin timnas Korsel pada periode 2017-2018. Meskipun Shin dalam mayoritas laga bersama Korsel memakai 4-3-3, Shin mengubah taktik menjadi 4-4-2 ketika melawan tim yang lebih superior dari sisi kualitas pemain.
Sebagai contoh, formasi 4-4-2 digunakan Shin saat Korsel menghadapi Jerman di laga pemungkas Grup F Piala Dunia Rusia 2018. Hasilnya, Son Heung-min dan kawan-kawan mengalahkan sang juara bertahan Piala Dunia dengan skor 2-0 sekaligus memupus harapan Jerman lolos ke fase gugur.
Bagi Shin, formasi 4-4-2 adalah dasar taktik yang harus dikuasai anak asuhannya sebelum beralih ke formasi yang lebih rumit, seperti 4-3-3 atau 3-5-2.
”Mereka (pemain timnas) masih beradaptasi dengan formasi itu. Saya akan mencoba formasi dan taktik lain apabila mereka telah beradaptasi dengan baik di pola 4-4-2,” kata Shin seusai timnas mengakhiri sesi pemusatan latihan, Maret lalu.
Keunggulan lawan
Tiga lawan yang dihadapi Indonesia juga melakukan persiapan serius jelang duel di Dubai. Selain itu, ketiga tim itu memiliki dua keunggulan dibandingkan dengan timnas Indonesia.
Pertama, kondisi para pemain timnas UEA, Thailand, dan Vietnam tetap terjaga karena liga tetap berjalan di masa pandemi Covid-19. Kedua, tiga tim itu juga ditangani oleh pelatih yang telah memimpin tim dalam sejumlah ajang internasional sebelumnya.
UEA, misalnya, dilatih oleh Bert van Marwijk, pelatih yang membawa Belanda menembus partai puncak Piala Dunia 2010. Van Marwijk menangani timnas UEA sejak Maret 2019. Selain Kualifikasi Qatar 2022, UEA juga telah menjalani Piala Teluk 2019 di bawah asuhan Van Marwijk.
Kemudian Thailand masih melanjutkan impian untuk menjadi kekuatan besar di peta sepak bola Asia dengan belajar langsung dari Jepang. Tidak hanya kehadiran sejumlah pemain Thailand di Liga Jepang, seperti Chanathip Songkrosin, Sittichok Paso, dan Theerathon Bunmathan, tim ”Gajah Perang” juga dilatih pelatih berprestasi dari Jepang, Akira Nishino. Peraih predikat Pelatih Terbaik Asia 2008 itu telah membangun generasi baru timnas Thailand yang berisi mayoritas pemain di bawah usia 23 tahun. Para pemain itu merupakan andalan Nishino sejak ajang Piala Asia U-23 2020.
Sementara itu, Vietnam telah berada di generasi terbaik dalam sejarah sepak bola mereka. Sejak dilatih Park Hang-seo, mantan asisten pelatih Korsel di Piala Dunia 2002, pada September 2017 skuad ”Pasukan Bintang Emas” menjelma menjadi salah satu kuda hitam paling menakutkan di Asia serta penguasa Asia Tenggara. Juara Piala AFF 2018, medali emas SEA Games 2019, finalis Piala Asia U-23 2018, serta semifinalis Asian Games 2018 adalah sumbangan di masa kepemimpinan Park.
”Saya telah siap untuk mempertahankan posisi kami di puncak grup. Kami tengah mengumpulkan informasi terbaru dari calon lawan, yaitu Indonesia, Malaysia, dan UEA. Laga akan berjalan sulit, tetapi kami akan mempersiapkan diri untuk situasi apa pun,” ujar Park dilansir media Vietnam, Nhan Dan.
Berbeda dengan Indonesia yang tidak memiliki peluang lagi untuk lolos dari fase Babak Kedua Kualifikasi Piala Dunia Zona Asia, UEA, Thailand, Vietnam, dan Malaysia masih berpeluang lolos ke fase selanjutnya sekaligus mengunci tiket ke babak utama Piala Asia 2023 di China. Juara dari delapan grup serta empat runner-up terbaik Kualifikasi Qatar 2022 Zona Asia tidak hanya akan melanjutkan petualangan di babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia, tetapi 12 tim terbaik itu juga akan langsung lolos ke Piala Asia. (M Ikhsan Mahar)