Kalah 0-4, Indonesia Kian Kalah Kelas dari Vietnam
Kualitas sepak bola Vietnam, sang penguasa Asia Tenggara, kian tak mampu diimbangi Indonesia. Tim ”Garuda” harus mengakui keunggulan telak Vietnam, 0-4, di laga kualifikasi Piala Dunia 2022.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·6 menit baca
DUBAI, SENIN — Tim nasional Indonesia tidak berdaya di hadapan Vietnam dalam laga kualifikasi Piala Dunia 2022, Senin (7/6/2021) malam WIB, di Stadion Al Maktoum, Dubai, Uni Emirat Arab. Tidak hanya hasil akhir dengan keunggulan empat gol tanpa balas, skuad berjuluk ”Pasukan Bintang Emas” itu juga tampil dominan sehingga pertandingan selama 90 menit berlangsung timpang.
Pelatih Indonesia Shin Tae-yong menurunkan tiga pemain berbeda dibandingkan saat menahan imbang Thailand, 2-2, Kamis (3/6/2021) lalu. I Kadek Agung, Egy Maulana Vikri, dan Witan Sulaeman memulai laga dari bangku cadangan. Sebagai gantinya, Shin memberikan kepercayaan kepada Rachmat Irianto, Osvaldo Haay, dan Yakob Sayuri untuk merasakan debut sebagai pemain inti di laga resmi bersama timnas senior.
Meski melakukan perubahan susunan pemain, Indonesia tetap bermain dengan taktik 4-4-1-1. Evan Dimas bermain sebagai gelandang serang untuk menopang penyerang asal Arema FC, Kushedya Yudo. Namun, perubahan itu tidak membantu Indonesia untuk mampu mengimbangi Vietnam. Indonesia harus mengakui keunggulan Vietnam, 0-4.
Saya mengapresiasi seluruh penampilan pemain yang menunjukkan semangat juang tinggi untuk mengimbangi Vietnam. Kami bermain baik di babak pertama, tetapi ada faktor nonteknis di babak kedua yang membuat laga berakhir tidak sesuai dengan harapan kami.
”Saya mengapresiasi seluruh penampilan pemain yang menunjukkan semangat juang tinggi untuk mengimbangi Vietnam. Kami bermain baik di babak pertama, tetapi ada faktor nonteknis di babak kedua yang membuat laga berakhir tidak sesuai dengan harapan kami,” ucap Shin seusai laga.
Faktor nonteknis yang dimaksud Shin adalah handball yang dilakukan pencetak gol pertama Vietnam, Nguyen Tien Linh, sebelum menciptakan gol pada menit ke-51. Akibat protes keras kepada wasit beberapa menit setelah gol itu, Shin pun diganjar kartu kuning.
Kekalahan Indonesia dari Vietnam menjadi awal yang buruk bagi rekor pertemuan Shin dengan Pelatih Vietnam Park Hang-seo, yang juga berasal dari Korea Selatan, di level sepak bola internasional. Duel itu menjadi pertemuan perdana keduanya ketika menangani timnas.
Sebelumnya, kedua pelatih itu telah berduel 10 kali di Liga Utama Korsel pada periode 2009-2012. Shin kala itu masih menjadi pelatih Seongnam Ilhwa, sedangkan Park menangani dua tim dalam periode itu, yakni Jeonnam Dragons dan Sangju Sangwu. Shin unggul delapan kemenangan, sedangkan Park baru sekali mengalahkan Shin. Satu laga lainnya berakhir imbang.
Dominasi mutlak
Meskipun ada pengaruh dari keputusan wasit dari terciptanya gol pertama Vietnam, sejatinya peraih trofi Piala AFF edisi 2018 itu menunjukkan dominasi mutlak terhadap Indonesia sejak menit pertama. Tekanan ketat dari pemain Vietnam ketika kehilangan bola membuat pemain tim ”Garuda” hanya mampu mengalirkan bola-bola panjang yang mengarah ke kedua sisi sayap yang diisi duo Papua, Osvaldo dan Yakob.
Cara itu terbukti tidak ampuh untuk keluar dari tekanan sekaligus mengancam pertahanan Vietnam. Di babak pertama, Indonesia gagal menciptakan satu pun tembakan di zona pertahanan Vietnam. Bahkan, selama 45 menit paruh pertama, Indonesia hanya mencatatkan 80 kali operan.
Tingkat akurasi operan Indonesia pun sangat minim, yakni hanya 68 persen. Alhasil, hanya 54 operan skuad Garuda yang tepat sasaran.
Catatan itu sangat berbanding terbalik dengan kreasi 12 tembakan dan 249 operan yang dihasilkan Pasukan Bintang Emas di babak pertama. Tingkat akurasi operan skuad Vietnam, yang dominan mengandalkan bola pendek, mencapai 84 persen.
Bertubi-tubi serangan berbahaya Vietnam di babak pertama masih mampu ditahan Indonesia berkat tiga penyelamatan gemilang yang dilakukan kiper Nadeo Argawinata.
Taktik ”bumerang”
Di babak kedua, keputusan Shin memasukkan Egy dan Witan sempat menghasilkan asa untuk memberikan perlawanan kepada Vietnam. Egy menjadi pemain pertama Indonesia yang mampu menciptakan tembakan di zona pertahanan Vietnam. Peluang perdana itu tercipta pada menit ke-47.
Permainan menyerang Indonesia di paruh kedua memang lebih baik dengan mampu menciptakan empat tembakan. Dua tembakan di antaranya dihasilkan Egy, termasuk tembakan dengan kaki kiri yang membentur mistar gawang pada menit ke-71. Kemudian, jumlah operan juga meningkat menjadi 144 operan dengan tingkat akurasi 72 persen.
Taktik memasukkan Egy dan Witan selanjutnya menjadi bumerang bagi tim Garuda. Keduanya gagal menjalankan peran Osvaldo dan Yakob yang membantu zona pertahanan untuk mendukung Asnawi Mangkualam dan Pratama Arhan di posisi bek sayap. Osvaldo dan Yakob memang bermain lebih bertahan, tetapi hal itu justru mampu menahan serangan Vietnam yang memang berpusat dari kedua sisi sayap.
Lini belakang Indonesia amat terbuka. Operan-operan diagonal dari kedua pemain sayap yang menjadi ramuan utama Vietnam sejak babak pertama tidak mampu lagi diantisipasi lini pertahanan Indonesia. Dua gol Vietnam tercipta dari skema permainan terbuka itu, yaitu gol pertama yang dicetak Nguyen Tien Linh serta gol pamungkas yang dihasilkan Vu Van Tanh pada menit ke-74.
Adapun dua gol Pasukan Bintang Emas lainnya memanfaatkan mulai hilangnya fokus pemain belakang Indonesia. Nguyen Quang Hai, yang mencetak gol ketiga, mampu memaksimalkan lemahnya tekanan yang diterapkan tim Garuda di depan kotak penalti. Quang Hai menciptakan gol pada menit ke-62 melalui sepakan keras kaki kiri dari luar kotak penalti.
Kemudian, gol ketiga pada menit ke-67 yang diciptakan pemain pengganti, Nguyen Cong Phuong, diawali dari sepak pojok. Vietnam butuh sepak pojok ke-14 untuk mampu menaklukkan Nadeo.
Shin mengakui gol pertama Vietnam mengubah jalannya laga. Gol itu, tambahnya, membuat Indonesia gagal mempertahankan performa baik di babak pertama.
”AFC (Konfederasi Sepak Bola Asia) harus memberi perhatian dengan keputusan wasit yang bisa merugikan sebuah tim. Bisa Anda lihat gol Vietnam itu yang mengubah permainan kami, jadi saya harap hal seperti ini tidak terulang lagi,” kata Shin yang pernah menangani Korea Selatan di ajang Olimpiade 2016 dan Piala Dunia 2018.
Sementara itu, Presiden Federasi Sepak Bola Vietnam (VFF) Nguyen Xuan Phuc berharap semua pemain tidak berpuas diri dengan kemenangan atas Indonesia. Ia menekankan, Pasukan Bintang Emas masih memiliki dua laga kontra Malaysia dan Uni Emirat Arab yang akan menentukan untuk memenuhi target menembus ke babak selanjutnya.
”Semua pemain telah menampilkan semangat Vietnam yang telah terbukti memberikan hasil positif. Kami berharap bisa menembus putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2022,” kata Xuan Phuc dilansir laman VFF.
Menembus putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2022 akan menjadi prestasi baru bagi generasi emas timnas Vietnam di bawah asuhan Park Hang-seo. Sejak dipegang Park pada 2017, Vietnam telah menorehkan tinta emas dengan menjadi runner-up Piala Asia U-23 2018 dan menembus perempat final Piala Asia 2019.
Pertahanan terburuk
Kekalahan dengan margin empat gol itu menjadi kekalahan terburuk kedua yang dialami Indonesia di kualifikasi Piala Dunia 2022. Sebelumnya, skuad Garuda dibenamkan Uni Emirat Arab (UEA), 0-5, 10 Oktober 2019.
Berkat kemasukan empat gol dari Vietnam, Indonesia menjadi tim kelima dengan pertahanan terburuk dari 40 kontestan putaran kedua kualifikasi Qatar 2022 zona Asia. Indonesia telah kemasukan 22 gol dari tujuh laga. Jumlah kebobolan itu hanya lebih baik dari jumlah gol yang bersarang ke gawang Kamboja (34 gol), Guam (29), Taiwan (28), dan Mongolia (27).
Bagi Vietnam, kemenangan atas Indonesia menjaga rekor tak terkalahkan di Grup G. Pasukan Bintang Emas mencatatkan empat kemenangan dan dua kali imbang dari enam laga sehingga memuncaki klasemen dengan 14 poin. Vietnam hanya butuh empat poin dari dua laga tersisa melawan Malaysia dan UEA untuk menjadi wakil Asia Tenggara di putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2022. Sementara itu, Indonesia makin terbenam di dasar klasemen setelah mencatatkan kekalahan keenam dari tujuh laga.
Pada laga lain, UEA berhasil mengalahkan Thailand, 3-1. Kemenangan itu membawa UEA naik ke posisi kedua menggeser Thailand ke peringkat ketiga. UEA telah mengoleksi 12 poin dari enam laga, sedangkan Thailand, yang telah memainkan tujuh pertandingan, mengumpulkan 9 poin.