Lama absen karena menjalani operasi lutut, petenis kawakan Roger Federer menghadapi pengalaman baru di Roland Garros saat beradaptasi dengan turnamen di masa pandemi. Dia juga terkejut dengan penampilannya sendiri.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
Bagi Roger Federer, Perancis Terbuka tak hanya menjadi bagian persiapan untuk tampil di Wimbledon dan Olimpiade Tokyo 2020 dengan target yang lebih besar. Grand Slam di lapangan tanah liat Roland Garros, Paris itu juga menjadi momen adaptasinya pada atmosfer turnamen di masa pandemi Covid-19.
Setelah memenangi dua babak, Federer tetap tak mengubah pandangan terhadap partisipasinya di Roland Garros. Pada babak pertama, Federer mengalahkan Denis Istomin, 6-2, 6-4, 6-3. Adapun posisi di babak ketiga didapat setelah mengalahkan Marin Cilic, 6-2, 2-6, 7-6 (7-4), 6-2, pada pertandingan yang berakhir Kamis (3/6/2021) tengah malam waktu Indonesia.
Penampilannya di Paris, terutama ketika berhadapan dengan Cilic, ternyata mengejutkan Federer sendiri. Dia tak menduga bisa tampil dengan baik.
”Penampilan saya melawan Cilic yang berpengalaman melebihi ekspektasi saya. Apalagi, sepanjang pertandingan, terjadi momentum naik-turun,” kata Federer saat diwawancara Tennis Channel.
Meski demikian, petenis yang saat ini berperingkat kedelapan dunia itu tak mengubah pandangan terhadap keikutsertaannya. Dia mengatakan, tak mungkin bisa melangkah jauh di Roland Garros ketika harus bersaing dalam paruh undian yang sama dengan Novak Djokovic dan Rafael Nadal.
Duel dengan Djokovic berpeluang terjadi pada perempat final paruh atas, lebih cepat dari yang biasanya terjadi pada semifinal atau final. Pertemuan terakhir Federer-Djokovic sebelum semifinal terjadi pada perempat final ATP Dubai 2007.
Adapun di arena Grand Slam, persaingan dini terjadi pada babak keempat Australia Terbuka 2007 yang dimenangi Federer. Laga itu menjadi perjumpaan pertama Federer dan Djokovic di Grand Slam.
”Saya masih yakin tidak akan meraih hasil yang sangat bagus dan melewati tantangan Novak. Yang saya lakukan adalah fokus pada babak yang akan saya hadapi dan melihat bagaimana reaksi tubuh saya. Setelah melawan Istomin, saya punya waktu istirahat dua hari. Kini, hanya ada jeda sehari untuk babak ketiga. Kondisinya berbeda,” kata Federer, yang akan berhadapan dengan petenis Jerman, Dominik Koepfer, pada babak ketiga.
Meski telah terbiasa tampil di arena Grand Slam sejak 1999 dan 20 kali menjadi juara, atmosfer pada Perancis Terbuka kali ini adalah pengalaman baru bagi Federer. Petenis yang akan berusia 40 tahun pada 8 Agustus itu baru merasakan tampil lagi pada turnamen besar di masa pandemi Covid-19.
Tahun lalu, saat turnamen tenis bergulir kembali pada Agustus setelah terhenti lima bulan akibat pandemi, Federer tak ikut ambil bagian. Dia harus beristirahat karena menjalani dua kali operasi lutut kanan.
Penampilan saya melawan Cilic yang berpengalaman melebihi ekspektasi saya. Apalagi, sepanjang pertandingan, terjadi momentum naik-turun.
Sebelum tiba di Roland Garros, Federer mengikuti dua turnamen dengan level ATP 250 di Doha dan Geneva. Dia tersingkir berturut-turut pada perempat final dan babak kedua.
Maka, Perancis Terbuka pun menjadi momen adaptasi Federer untuk berkompetisi dalam ajang besar. Tak dipungkiri, masa-masa latihan dan pertandingan memiliki atmosfer yang dirasakan sangat berbeda oleh atlet.
Hal baru
Peraturan di lapangan pada masa pandemi masih menjadi hal baru bagi Federer. Dia pun diperingatkan wasit ketika dinilai terlalu lama membuang waktu untuk menerima servis pada set kedua.
Hal ini terjadi karena peraturan pertandingan baru tidak memperbolehkan ball boy menyentuh handuk petenis. Petenis pun harus meluangkan waktu lebih lama untuk mengelap keringat di tengah pertandingan karena harus mengambil sendiri handuknya.
Akibat peringatan itu, Federer berdebat dengan wasit saat tertinggal, 1-3. ”Itu hanya kesalahpahaman. Saya tak mengerti apa yang diperingatkan wasit. Saya kira ini karena baru mengalami hal seperti ini dalam turnamen,” komentar Federer sambil tertawa.
Di luar lapangan, dia harus beradaptasi dengan kehidupan di dalam ”gelembung”. Selama di Paris, peserta harus berada di hotel dan tempat pertandingan atau latihan. Mereka diperbolehkan berjalan-jalan dengan waktu maksimal satu jam setiap hari, namun hingga kini Federer belum menggunakan kesempatan tersebut.
Situasi tersebut membuatnya tak berkumpul dengan keempat anaknya di Paris. Federer dikenal sebagai petenis yang selalu membawa keluarganya di mana pun bertanding. Adapun Mirka, istrinya, terlihat memberi dukungan di tribune saat Federer melawan Cilic.
”Bagi saya, peraturan seperti di Paris tak menjadi masalah. Namun, rasanya tak mungkin menempatkan empat anak dalam satu kamar selama tiga minggu. Mungkin, saya akan mulai membawa Mirka dan anak-anak saat Wimbledon. Setelah itu, kami akan lihat seperti apa berikutnya, seperti untuk Olimpiade,” tutur ayah dari dua pasang anak kembar yang masing-masing berusia 12 dan tujuh tahun itu.
”Tetapi, sejauh ini, seperti dikatakan Mirka, semua baik-baik saja di rumah. Anak-anak belum berperilaku buruk. Jadi, saya tidak khawatir di sini,” lanjut Federer, yang hobi bermain lego bersama keempat anaknya selama di rumah pada masa pandemi.