Melihat Efek Berkumpulnya ”Big Three” di Paruh Atas Undian
Takdir memaksa hal langka, yaitu berkumpulnya para petenis ”Big Three” di paruh atas undian tunggal putra Perancis Terbuka 2021. Ketiganya bakal bersaing sengit dan berpeluang besar bertemu finalis baru di laga puncak.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
Untuk pertama kalinya ”Big Three” berada pada paruh yang sama undian ajang Grand Slam. Berkumpulnya Novak Djokovic, Rafael Nadal, dan Roger Federer pada paruh atas membuka peluang munculnya wajah baru dalam final Perancis Terbuka 2021.
Undian yang dilakukan pada Kamis (27/5/2021) malam waktu Indonesia disusun dengan daftar unggulan berdasarkan daftar peringkat dunia. Nadal, yang berperingkat ketiga dunia, hanya menjadi unggulan ketiga di bawah Djokovic (1) dan Daniil Medvedev (2). Padahal, Nadal 13 kali menjuarai Perancis Terbuka dan berstatus juara bertahan.
Panitia Perancis Terbuka menggunakan daftar peringkat dunia untuk menyusun unggulan. Hal itu berbeda dengan panitia Wimbledon yang mempertimbangkan rekam jejak atlet pada turnamen mereka.
Posisi inilah yang kemudian membuat Nadal ”terombang-ambing” sebelum undian. Berbeda dengan Djokovic yang sudah dipastikan berada di paruh atas dan Medvedev pada paruh bawah, posisi petenis lain ditentukan berdasarkan undian yang diacak.
Pertanyaan pun muncul sejak berakhirnya turnamen ATP Masters 1000 Roma, dua pekan lalu, ketika posisi tiga besar peringkat dunia dipastikan menjadi milik Djokovic, Medvedev, dan Nadal. Akan ke mana Nadal berlabuh?
Sebelum undian berlangsung, pelatih Djokovic, Goran Ivanisevic, berpendapat, akan lebih baik bagi anak asuhnya jika berada dalam paruh yang sama dengan Nadal. Dengan demikian, mereka berpeluang bertemu di semifinal.
Nadal lawan tersulit
Dengan persentase kemenangan 92 persen di lapangan tanah liat dan 98 persen di Roland Garros, tak terbantahkan bahwa Nadal menjadi lawan tersulit di Roland Garros bagi siapa pun. Namun, Ivanisevic menilai, seandainya Djokovic bisa mengalahkan Nadal pada semifinal, peluang untuk memenangi final pun lebih besar.
Djokovic pernah mengalahkan Nadal dalam perempat final Perancis Terbuka 2015. Kemenangan itu menjadi hasil terbaiknya dari delapan pertemuan dengan Nadal di Roland Garros.
Upaya terbaik Djokovic lainnya diperlihatkan ketika petenis Serbia itu memaksa Nadal bermain lima set pada semifinal 2013 dalam laga selama empat jam 37 menit. Djokovic kalah, 4-6, 6-3, 1-6, 7-6 (3), 7-9. Namun, pada pertemuan terakhir, final 2020, Djokovic kalah dengan skor terbilang cukup telak, yaitu 6-0, 6-2, 7-5.
Dengan statistik menang-kalah, 100-2, di Roland Garros, Nadal memiliki rekor sempurna pada semifinal dan final, masing-masing, 13-0. Dia tahu cara untuk mencapai puncak penampilannya di Roland Garros.
Maka, sama seperti pendapat Ivanisevic, Nadal pun bisa memiliki sudut pandang berbeda terkait dengan hasil undian. Dia bisa menjadikan itu sebagai motivasi.
Keterampilan khusus
Meski banyak petenis lain yang juga menjadi ancaman, tak dapat dimungkiri bahwa Djokovic tetap menjadi tantangan terbesar di Perancis Terbuka. Persaingan di lapangan tanah liat dengan format best of five sets ini membutuhkan keterampilan khusus dalam bergerak dengan luwes dan kejelian dalam memilih jenis pukulan.
Tanpa ’Big Three’, para alumni ’Next Gen’ pun akan bersaing di antara mereka untuk satu tiket final. Berada paling depan di antara mereka adalah Stefanos Tsitsipas yang menjadi unggulan kelima.
Pantulan bola yang pelan, hingga membuat pertandingan cenderung lama, juga menuntut daya tahan fisik prima dan kesabaran. Pukulan keras tidak cukup menjadi satu-satunya bekal untuk bermain di lapangan tanah liat.
Namun, sebelum ”final ideal” terjadi pada semifinal, Nadal akan dihadapkan pada tantangan dari barisan pemain muda berusia 19-23 tahun, seperti Alexei Popyrin pada babak pertama, Jannik Sinner (babak keempat), dan Andrey Rublev (perempat final). Sebulan lalu, Rublev mengalahkan Nadal pada babak perempat final ATP Masters 1000 Monte Carlo.
Pada perempat atas undian, perjalanan Djokovic menuju babak empat besar seharusnya lebih mudah. Jika bisa melewati Tennys Sandgren pada babak pertama, calon penantang berikutnya adalah David Goffin, Matteo Berrettini, dan Federer.
Pertemuan Djokovic dan Federer seharusnya bisa menjadi salah satu ”big match” dalam keadaan normal. Namun, minimnya persiapan Federer menuju Roland Garros—hanya tampil dalam satu pertandingan tanah liat—membuat pertandingan itu akan menjadi milik Djokovic.
Federer bahkan hanya menjadikan Perancis Terbuka sebagai tahap persiapan menuju Wimbledon yang menjadi target besarnya. Dia membutuhkan turnamen untuk mengasah kembali sisi kompetitifnya setelah 15 bulan absen dari turnamen, sejak Australia Terbuka 2020.
Cedera lutut kanan hingga harus dua kali operasi membuat Federer baru menjalani tiga pertandingan dalam dua turnamen sejak dikalahkan Djokovic pada semifinal Australia Terbuka 2020.
Calon finalis baru
Berkumpulnya trio Djokovic, Nadal, dan Federer pada paruh atas undian membuka peluang munculnya finalis baru Perancis Terbuka. Di antara 64 petenis di paruh bawah, hanya Dominic Thiem yang pernah merasakan tampil pada laga puncak di Stadion Philippe Chatrier, Roland Garros. Thiem tampil pada final 2018 dan 2019, tetapi kalah dari Nadal.
Thiem akhirnya mendapatkan gelar pertama Grand Slam dari Amerika Serikat Terbuka 2020. Setelah itu, penampilannya menurun, tetapi motivasinya untuk menjuarai Perancis Terbuka selalu ada dalam dirinya.
Tanpa ”Big Three”, para alumni ”Next Gen” pun akan bersaing di antara mereka untuk satu tiket final. Berada paling depan di antara mereka adalah Stefanos Tsitsipas yang menjadi unggulan kelima. Petenis Yunani itu memiliki modal menjadi semifinalis Perancis Terbuka 2020 dan mendapat gelar pertama ATP Masters 1000 di lapangan tanah liat, yaitu Monte Carlo Masters 2021.
Tsitsipas pun seharusnya tak menemui halangan besar pada perempat bawah undian, termasuk dari unggulan kedua, Medvedev, yang seharusnya menjadi lawannya pada perempat final. Petenis Rusia itu tak menyukai bermain di tanah liat. Dalam empat penampilan sejak 2017, Medvedev selalu tersingkir pada babak pertama.
Calon penantang berat Tsitsipas pun ada pada laga semifinal, yaitu antara Thiem dan Alexander Zverev. Penampilan Zverev di Roland Garros belum benar-benar teruji, di mana hasil maksimalnya adalah perempat final 2018 dan 2019. Namun, dia memiliki tiga gelar Masters 1000 tanah liat. Zverev menjuarai Roma Masters 2017 serta Madrid Masters 2018 dan 2021.
Maka, jika Thiem gagal mengulang hasil pada 2018 dan 2019, satu tiket final dari paruh bawah pun dipastikan menjadi milik ”wajah baru”. (AFP)