Rafael Nadal, salah satu petenis ”The Big Three”, merayakan ulang tahunnya ke-35 dalam sunyi di Roland Garros. Meski demikian, itu tidak mengurangi semangatnya untuk melaju ke babak ketiga di Perancis dengan nyaman.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
PARIS, JUMAT — Berada dalam wilayah yang sama dalam persaingan Grand Slam Perancis Terbuka, ”The Big Three” masih berada di zona nyaman. Ketiga petenis yang terdiri dari Rafael Nadal, Novak Djokovic, dan Roger Federer itu memiliki indikator tersendiri untuk menentukan kualitas permainan masing-masing.
Nadal menciptakan salah satu dominasi terkuat ketika mengalahkan Richard Gasquet untuk ke-17 kalinya dalam 17 pertemuan. Di hari ulang tahunnya ke-35, Kamis (3/6/2021) waktu setempat, Nadal mengalahkan Gasquet, 6-0, 7-5, 6-2, di Lapangan Philippe Chatrier, Roland Garros, Paris, Perancis.
Jika biasanya ulang tahun di Roland Garros dirayakan dengan nyanyian dari penonton, kecuali pada 2020 karena Perancis Terbuka digelar 27 September-11 Oktober, kali ini ulang tahunnya dirayakan dalam sepi.
Nadal bertanding pada sesi malam—mulai pukul 21.00 waktu setempat (Jumat pukul 02.00 WIB)—yang baru diperkenalkan pada tahun ini. Namun, berlakunya jam malam di Perancis, karena pandemi Covid-19, membuat laga di hari ulang tahunnya itu harus digelar tanpa penonton.
Meski dalam sepi, petenis Spanyol peringkat ketiga dunia itu memperlihatkan dominasinya di lapangan tanah liat. Statistik 17-0 dari Gasquet menyamai dominasi Bjorn Borg, Ivan Lendl, Djokovic, dan Federer atas petenis-petenis tertentu.
Borg tidak terkalahkan dalam 17 pertandingan dari Vitas Gerulaitis, Lendl dari Tim Mayotte, sementara Djokovic atas Gael Monfils. Adapun Federer memiliki statistik yang sama atas dua petenis, yaitu David Ferrer dan Mikhail Youzhny.
Federer terkejut dengan penampilannya sendiri. Dia tak menduga bisa tampil baik melawan Cilic yang mengalahkannya pada semifinal Amerika Serikat Terbuka 2014 dan menjadi juara.
Dari ke-17 pertandingan tersebut, Gasquet hanya memenangi empat set dalam pertandingan yang berlangsung dalam format best of three sets. Terakhir, dia mencuri satu set dari Nadal pada perempat final Kanada Masters 2008.
Statistiknya yang dominan menambah kepercayaan diri Nadal sebelum menghadapi Gasquet di Roland Garros untuk ketiga kalinya, setelah 2005 dan 2018. Namun, Nadal tetap menghargai tunggal putra tuan rumah terakhir yang bertahan di babak kedua tersebut. Tersingkirnya Gasquet membuat Perancis tidak memiliki wakil tunggal putra pada babak ketiga untuk pertama kalinya dalam era Terbuka di Roland Garros.
”Saya menghormatinya karena tahu Richard punya permainan yang bagus. Saya juga tahu dia baru kembali dari periode yang sulit. Namun, saya pikir, dia bermain dengan cerdas dan agresif. Saya pun memasuki lapangan dengan ekspektasi menghadapi pertandingan sulit dan pola pikir itu selalu saya bawa dalam menghadapi siapa pun,” tutur Nadal.
Ketika pertama kali bertemu Nadal pada babak kedua ATP Estoril 2004, saat keduanya berusia 18 tahun, Gasquet memprediksi bahwa suatu saat lawannya itu akan menjuarai Perancis Terbuka karena sangat bertalenta, terutama di lapangan tanah liat. Prediksi itu terwujud, bahkan dengan 13 gelar juara dan masih memiliki peluang untuk menambahnya.
Pada set pertama, Nadal bahkan mendapatkan poin dari semua (delapan) servis pertamanya. Dia mendapatkan 25 poin, sedangkan Gasquet hanya sembilan.
”Saya bermain baik pada set pertama. Dalam opini saya, mungkin itu salah satu penampilan terbaik di tanah liat pada tahun ini. Intensitasnya tinggi, banyak winner, dan tidak ada kesalahan. Set kedua masih bagus. Namun, pada set ketiga, karena Richard pemain bagus dan dia punya servis keras, permainan menjadi lebih ketat,” kata Nadal yang akan menghadapi petenis Inggris Raya, Cameron Norrie, pada babak ketiga.
Dua rival terberat Nadal, yakni Novak Djokovic dan Roger Federer, juga melaju ke babak ketiga. Tiga senior yang dikenal dengan sebutan ”Big Three” itu bersaing dalam wilayah yang sama dalam undian, yaitu paruh atas. Djokovic dan Federer berpeluang bertemu pada perempat final dan kemungkinan melawan Nadal pada semifinal.
Djokovic pun mendapatkan tiket babak ketiganya dengan kemenangan straight sets saat bertemu Pablo Cuevas. Petenis nomor satu dunia itu menang, 6-3, 6-2, 6-4.
Adapun Federer kehilangan satu set ketika bertemu Marin Cilic. Dia menang, 6-2, 2-6, 7-6 (4), 6-2, dan akan melawan Dominik Koepfer pada babak ketiga. Meski demikian, Federer terkejut dengan penampilannya sendiri.
Dia tak menduga bisa tampil baik melawan Cilic yang mengalahkannya pada semifinal Amerika Serikat Terbuka 2014 dan menjadi juara. Apalagi, Perancis Terbuka menjadi Grand Slam pertamanya sejak Australia Terbuka 2020.
”Pada babak pertama, saya masih beradaptasi, merasakan kembali persaingan dalam turnamen besar, apalagi dengan atmosfer baru pada masa pandemi. Babak kedua mulai menjadi tes karena Cilic adalah pemain berpengalaman. Itu menjadi tes yang bagus karena performa saya naik-turun pada set kedua dan ketiga,” tutur Federer, juara Perancis Terbuka 2009.
Pada set ketiga, Federer unggul 3-1 lebih dulu setelah mematahkan servis Cilic pada gim ketiga. Namun, Cilic berbalik memimpin 4-3, lalu terjadi tie-break. ”Permainan seperti itu yang saya cari. Saya senang bisa bertahan dalam situasi sulit. Itu memberi saya kepercayaan diri,” katanya.
Federer tak memiliki ekspektasi tinggi ketika datang ke Roland Garros, apalagi setelah sekitar 1,5 tahun tak bertanding dan menjalani dua kali operasi lutut kanan pada 2020. Dia hanya ingin beradaptasi kembali dalam suasana kompetisi untuk target besarnya di arena Wimbledon dan Olimpiade Tokyo 2020, juga untuk mengetahui kondisi lututnya setelah operasi.
Petenis yang akan berusia 40 tahun pada 8 Agustus 2021 itu tetap pada rencana tersebut meski telah menilai dirinya bermain melebihi ekspektasi. ”Saya bisa tahu kondisi lutut saya dan akan terus melihat perkembangannya pada hari-hari berikutnya. Apa pun hasilnya, saya telah membuat keputusan yang tepat untuk datang ke Paris,” kata Federer dikutip laman resmi turnamen itu. (AFP)