Wisata Olahraga Taat Protokol Kesehatan Bisa Terus Eksis
Wisata olahraga yang taat asas protokol kesehatan pencegahan Covid-19 terus diminati publik. Borobudur Marathon misalnya, yang tak sekadar acara lari, tetapi juga ajang promosi wisata dan produk lokal Indonesia.
Oleh
Haris Firdaus
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Meski pandemi Covid-19 belum usai, aktivitas wisata sport dinilai bisa terus berkembang. Namun, sejumlah penyesuaian harus dilakukan agar tetap sesuai protokol kesehatan dalam mencegah penyebaran Covid-19, misalnya membatasi jumlah peserta.
Penyelenggaraan wisata sport hibrida melibatkan sedikit peserta di lokasi dan sebagian besar lagi mengikuti secara virtual. Model hibrida ini bisa menjadi pilihan penyelenggaraan wisata sport.
”Wisata sport pasti masih punya peluang, tetapi harus dengan kreasi atau penyesuaian,” kata Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata Jawa Tengah Sinoeng Noegroho Rachmadi di sela-sela acara Spedia dan Pawone Sinau, Sabtu (29/5/2021), di Balai Ekonomi Desa Ngadiharjo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jateng.
Acara Spedia dan Pawone Sinau merupakan rangkaian penyelenggaraan lomba lari Borobudur Marathon yang digelar Bank Jateng, Pemerintah Provinsi Jateng, dan harian Kompas. Spedia adalah kegiatan bersepeda bersama untuk mengenalkan potensi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Magelang. Sementara itu, Pawone Sinau adalah kegiatan pelatihan pengembangan usaha bagi sejumlah UMKM di Magelang.
Rangkaian acara Spedia dan Pawone Sinau dihadiri Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dan Direktur Utama Bank Jateng Supriyatno. Selain itu, hadir pula Ketua Yayasan Borobudur Marathon Liem Chie An dan Wakil Pemimpin Umum Harian Kompas Budiman Tanuredjo.
Sinoeng menambahkan, kegiatan wisata olahraga di masa pandemi Covid-19 juga bisa digelar dengan prinsip localize atau lingkup kecil, privatize atau diikuti grup terbatas, serta small in size atau skala kecil. Selain itu, penyelenggara wisata olahraga harus bisa menerapkan protokol kesehatan ketat, termasuk tes Covid-19 dan karantina terhadap semua peserta, agar tidak memunculkan kasus baru.
Penyelenggaraan wisata olahraga juga harus didukung fasilitas penginapan dan restoran yang telah memiliki sertifikat clean, healthy, safety, and environment sustainability (CHSE) atau kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan. ”Ini penting untuk memberi rasa aman dan nyaman,” kata Sinoeng.
Salah satu kegiatan wisata sport yang dinilai berhasil beradaptasi adalah Borobudur Marathon. Pada 2020, Borobudur Marathon tetap digelar dengan model hibrida. Saat itu, 26 atlet nasional hadir di lokasi lomba. Adapun 9.090 pelari dari penjuru Nusantara dan mancanegara ikut serta secara virtual.
Milik warga
Ganjar mengatakan, Borobudur Marathon telah menjadi lomba lari elite di Indonesia dan mulai dikenal di kancah internasional. Namun, Ganjar menyebut, Borobudur Marathon bukan hanya lomba lari. Ajang itu menjadi sarana promosi wisata dan pendorong perekonomian.
”Momentum Borobudur Marathon ini bukan sekadar orang berlari, tetapi event, promosi, dan menunjukkan Indonesia punya tempat yang bagus dan wisata sportnya bisa berjalan,” ujarnya.
Budiman memaparkan, penyelenggaraan Borobudur Marathon 2020 secara hibrida mendapat apresiasi dari berbagai pihak. Apalagi, Borobudur Marathon 2020 berhasil menyusun protokol kesehatan yang sangat ketat.
Akan tetapi, Budiman belum bisa memastikan bagaimana model penyelenggaraan Borobudur Marathon tahun ini karena bergantung pada kondisi dan aturan pemerintah. ”Prinsipnya kita akan jalan. Hanya jalannya akan jadi seperti apa, apakah seperti tahun 2020 atau ada bentuk baru, ya, kita tunggu,” ujarnya.
Supriyatno mengatakan, Borobudur Marathon bukan hanya kegiatan olahraga, melainkan juga ikut mempromosikan pariwisata di kawasan Borobudur sekaligus memajukan perekonomian warga. Hal itu diperlihatkan lewat serangkaian upaya mendorong pengembangan UMKM di wilayah Magelang.
”UMKM itu dari kecil kita dampingi sehingga produknya bisa lebih diterima di pasar. Jadi, kegiatan ini (Borobudur Marathon) bukan hanya dinikmati Bank Jateng dan Pemprov Jateng, melainkan juga bisa dinikmati masyarakat. Dengan begitu, mudah-mudahan ekonomi di sekitar Borobudur juga bergerak,” tutur Supriyatno.