Manchester United dihadang jadwal mahaberat dalam lima hari ke depan. Hal ini membuat sang manajer, Solskjaer, dilanda dilema penentuan skuad.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
MANCHESTER, SABTU — Ole Gunnar Solskjaer akan menjalani tugas tersulit sebagai seorang manajer klub dalam beberapa hari ke depan. Manajer Manchester United ini dituntut berpikir keras untuk menghadapi tiga laga berat dalam rentang waktu lima hari. Di tengah kepungan jadwal padat, dia ingin menjaga performa tim sekaligus menghindari cedera pemain.
Skuad ”Setan Merah” mulai mengarungi jadwal mahaberat di Liga Inggris saat bertandang ke markas Aston Villa, Stadion Villa Park, Minggu (9/5/2021) pukul 20.05 WIB. Setelah itu, mereka beruntun menjamu Leicester City di Old Trafford, Rabu pukul 00.00 WIB dan Liverpool, Jumat pukul 02.15 dini hari WIB.
”Bertanding Selasa-Kamis (waktu Inggris), setelah berlaga Minggu sebelumnya, itu adalah sebuah masalah besar. Anda bisa melihat, saya tidak senang dengan jadwal ini. Hal ini akan menjadi tantangan berat bagi kami,” kata Solskjaer yang tampak kesal dalam konferensi pers jelang laga.
Lebih sulit lagi, tim asuhan Solskjaer sedang dihantui akumulasi keletihan. Mereka baru saja pulang seusai bertandang ke markas AS Roma dalam semifinal Liga Europa, Jumat kemarin. Dalam laga itu, sang manajer nyaris menurunkan skuad penuh, dengan menampilkan duo bintang Bruno Fernandes dan Paul Pogba.
Kekesalan manajer asal Norwegia ini sangat beralasan. MU memang hampir dipastikan finis di empat besar atau dalam zona Liga Champions. Mereka, dengan 67 poin di peringkat ke-2, meninggalkan cukup jauh pesaing terdekat Leicester dan Chelsea.
Namun, Solskjaer punya tujuan lain. Dia ingin selalu menurunkan skuad terbaik untuk menjaga tren positif Setan Merah, yang tidak terkalahkan dalam 13 laga terakhir liga. Hal itu diincar untuk menjadi bekal kepercayaan diri tim jelang partai final Liga Europa, pada akhir Mei.
Laga final nanti akan sangat penting bagi Solskjaer. Momen itu akan menjadi kesempatan sang manajer mengantarkan gelar pertama untuk MU. Gelar itu yang sudah dinanti para pendukung sejak dirinya menukangi Setan Merah pada Desember 2018.
Kondisi jadwal padat memaksa Solskjaer tidak punya pilihan, selain berjudi dengan rotasi. Semua itu demi menjaga skuadnya bebas dari cedera. Bahkan, salah satu pemain yang selalu bermain di liga domestik, Harry Maguire, akan dicadangkan. Dia berharap para pemain cadangan bisa unjuk gigi.
”Sekarang saya hanya berharap tidak ada yang cedera. Itu akan menjadi perhatian terbesar saya, cedera. Saya yakin kami akan melalui tantangan ini sebagai sebuah grup. Kami akan lebih kuat ketika berhasil keluar dari tantangan ini,” pungkas Solskjaer.
Berbeda dengan sang manajer, Fernandes sama sekali tidak khawatir dengan jadwal padat. Dia justru berkomitmen tampil dalam semua laga mendatang MU jika diberi kesempatan oleh Solskjaer.
Bertanding Selasa-Kamis, setelah berlaga Minggu sebelumnya, itu adalah sebuah masalah besar. Anda bisa melihat, saya tidak senang dengan jadwal ini. Hal ini akan menjadi tantangan berat bagi kami.
”Hal terpenting untuk saya adalah bisa bermain. Ketika pelatih membutuhkan, saya siap bermain setiap menit di semua pertandingan. Ketika masih kecil, saya bermain tujuh sampai delapan jam sehari. Jadi, bermain 90 menit setiap dua hari tidak cukup bagi saya,” ucap penyumbang gol dan asis terbanyak tim tersebut.
Jawaban Glazer
Jadwal neraka yang dihadapi Setan Merah bukan tanpa alasan. Ini merupakan buntut dari protes suporter MU ketika akan berhadapan dengan Liverpool pekan lalu. Protes atas keputusan pemilik MU bergabung dengan liga Super Eropa yang kontroversial, beberapa waktu sebelumnya, itu membuat laga melawan Liverpool harus ditunda.
Meski mendukung aksi suporter, Solksjaer berharap protes itu dilakukan dengan tertib sehingga tidak menimbulkan korban. Saat aksi itu terjadi, suporter menduduki lapangan Old Trafford dan menyebabkan enam polisi terluka terkena lemparan botol.
Meski protes itu membuat jadwal bertambah padat dan menjadi dilema bagi Solskjaer, hal itu tampaknya sepadan. Protes itu telah dijawab salah satu pemilik MU Joe Glazer lewat surat kepada forum fans. Glazer meminta maaf karena sempat memutuskan MU bergabung dengan Liga Super Eropa. Dia berjanji tidak akan mengulangi hal serupa serta akan tetap mengedapankan nilai dan sejarah klub pada masa mendatang.
Di sisi lain, Glazer juga berkomitmen untuk lebih besar dalam memberikan investasi kepada klub. Adapun para suporter MU kurang puas dengan pengeluaran klub yang terbilang hemat jika dibandingkan dengan klub seperti Chelsea dan Manchester City.
”Prioritas utama kami adalah bisa bersaing untuk meraih trofi, memainkan sepak bola menghibur, dan merekrut pemain terbaik, serta melahirkan pemain lokal berbakat. Di bawah Ole, kami merasa klub ini berada dalam jalan yang tepat,” kata Glazer.
Salah satu bentuk komitmen pemilik klub juga terlihat setelah menandatangai permintaan maaf kepada UEFA. MU, bersama delapan tim lain yang mundur dari Liga Super, menerima sanksi berupa kompensasi uang. Denda tersebut akan ditanggung oleh Glazer, tidak dibebankan kepada klub. (AP/REUTERS)