Para petenis putra top atau ”Big 3” absen dalam tiga turnamen tenis ATP Masters 1000 pada tahun ini. Sementara para petenis muda terus membuat kejutan seperti di semifinal tunggal putra Madrid Masters.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
MADRID, SABTU — Ketidakhadiran ”Big 3” (Roger Federer, Novak Djokovic, Rafael Nadal) telah menjadi fenomena dalam tiga turnamen tenis ATP Masters 1000 pada tahun ini. Penggantinya adalah calon penerus generasi mereka dan para pembuat kejutan.
Semifinal tunggal putra Madrid Masters di Caja Magica, Madrid, Spanyol, Sabtu (8/5/2021) sore hingga malam waktu setempat, akan dibuka oleh laga Dominic Thiem yang berhadapan dengan Alexander Zverev, diikuti Casper Ruud melawan Matteo Berrettini.
Absennya ”Big 3” di laga empat besar dipastikan setelah Rafael Nadal disingkirkan Zverev pada perempat final, Jumat, 4-6, 4-6.
Absennya ”Big 3” di laga empat besar dipastikan setelah Rafael Nadal disingkirkan Zverev pada perempat final, Jumat, 4-6, 4-6. Itu menjadi tiga kemenangan beruntun Zverev dalam tiga laga terakhir melawan Nadal dari total delapan pertemuan.
Semua kemenangan didapat straight sets dalam format best of three sets. Zverev belum pernah menang ketika pertandingan berjalan dalam format best of five.
Kegagalan para senior yang mendominasi panggung besar tenis dalam sekitar 15 tahun terakhir itu terjadi pula di Monte Carlo Masters, 11-18 April. Nadal disingkirkan Andrey Rublev pada perempat final, sementara Novak Djokovic kalah dari Daniel Evans pada babak ketiga.
Adapun pada Miami Masters, 24 Maret-4 April, turnamen ATP Masters 1000 pertama pada tahun ini, para senior itu absen. Roger Federer bahkan belum bersaing dalam turnamen berlevel tertinggi dalam struktur turnamen ATP itu.
Di Miami, gelar juara diraih Hubert Hurkacz, si pembuat kejutan di tengah berkumpulnya ”Next Gen” dan para alumnusnya yang menjadi favorit. Hurkacz menyingkirkan, di antaranya, Denis Shapovalov, Stefanos Tsitsipas, dan Rublev untuk menuju gelar juara.
Sementara itu, gelar juara di Monte Carlo didapat Tsitsipas. Petenis Yunani itu meraih gelar pertamanya di ajang ATP Masters 1000 dan mengimbangi Nadal sebagai favorit juara di Madrid. Namun, Tsitsipas disingkirkan Ruud pada babak ketiga.
Kejutan yang dibuat Ruud merupakan lanjutan dari yang dibuatnya di Monte Carlo. Petenis Norwegia berusia 22 tahun itu juga menembus semifinal dengan menyingkirkan tiga unggulan, yaitu Diego Schwartzman (unggulan ketujuh), Pablo Carreno Busta (12), dan Fabio Fognini (15).
Berdasarkan statistik pertemuannya dengan Berrettini, Ruud berpeluang mengalahkan petenis Italia berusia 25 tahun itu pada semifinal Madrid. Ruud unggul 2-1 dengan dua kemenangan yang didapat di turnamen tanah liat, yaitu pada babak kedua Perancis Terbuka 2019 dan perempat final Roma Masters 2020.
Tahap semifinal ini menjadi hasil terbaik Ruud di ajang ATP Masters 1000. ”Saya merasa masih baru pada persaingan level ini, baru tiga kali mencapai semifinal Masters. Namun, kepercayaan diri saya bertambah. Semoga pengalaman sebelumnya bisa menjadi bekal melawan Berrettini,” komentar Ruud dalam situs web ATP.
Kekalahan dengan skor ketat pada pertemuan terakhir, perempat final Roma 2020, membangkitkan motivasi Berrettini untuk membalasnya. Ketika itu, Berrettini kalah 6-4, 3-6, 6-7 (5).
”Kami selalu bermain dalam laga ketat. Saat memikirkan kekalahan di Roma, rasanya masih menyakitkan. Saya sangat menantikan momen untuk membalasnya,” kata Berrettini.
Misi Zverev
Zverev juga memiliki misi membalas kekalahan dari Thiem yang terjadi pada pertemuan terakhir mereka dalam final Grand Slam Amerika Serikat Terbuka 2020. Saat itu, Zverev tinggal membutuhkan satu set dalam persaingan memperebutkan gelar pertama Grand Slam bagi keduanya. Namun, Thiem membalikkan keadaan hingga menang 2-6, 4-6, 6-4, 6-3, 7-6(6).
”Saya tahu, banyak orang pasti mengingat momen AS Terbuka. Itu pun akan selalu berada di benak saya dalam melawan Thiem nanti. Saya sangat menantikan pertandingan itu,” ujar Zverev.
Kekalahan itu menjadi salah satu dari delapan kekalahan Zverev dari Thiem sejak mereka bertemu pada semifinal ATP Muenchen 2016. Statistik pertemuan mereka di lapangan tanah liat adalah 1-3, tetapi Zverev memenangi pertemuan di final Madrid 2018.
Bagi Thiem, Madrid Masters sebenarnya hanya menjadi ajang pemanasan dalam turnamen pertamanya sejak Maret. Dia pun tak berekspektasi tinggi.
”Saya hanya berharap bisa bermain dengan baik dalam satu atau dua pertandingan. Tetapi, sekarang tampil dalam semifinal melawan Sascha (panggilan Zverev). Saya tak menduga bisa mencapai tahap ini,” ujar Thiem yang juga kalah pada final Madrid Masters 2017 (kalah dari Nadal). (AFP)