Rafel Nadal (34) bertanding melawan Carlos Alcaraz (18), yang menjadi petenis muda paling potensial di Spanyol, pada ATP Masters 1000 Madrid. Laga itu menjadi simbol regenerasi petenis Spanyol yang tidak pernah terputus.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
Rafael Nadal melihat masa depan tenis Spanyol ketika berhadapan dengan Carlos Alcaraz pada babak kedua turnamen ATP Masters 1000 Madrid. Menjadi petenis termuda Spanyol yang paling potensial, Alcaraz diprediksi akan menggantikan posisi Nadal pada masa mendatang.
Pertemuan pertama Nadal, yang telah berusia 34 tahun, dan Alcaraz terjadi di Stadion Manolo Santana, Caja Magica, Madrid, Rabu (5/5/2021) sore waktu setempat. Laga yang dimenangi Nadal dengan skor 6-1, 6-2 itu terjadi tepat pada hari ulang tahun ke-18 Alcaraz.
Penonton di stadion pun menyanyikan lagu ”Selamat Ulang Tahun” ketika petenis peringkat ke-120 dunia itu memasuki lapangan tanah liat utama di Caja Magica itu. Seusai pertandingan, yang disaksikan langsung bintang sepak bola Iker Casillas itu, direktur turnamen Feliciano Lopez memberikan kue ulang tahun untuk Alcaraz.
Bagi Alcaraz, yang memulai penampilan dalam turnamen ATP di Rio de Janeiro 2020, hadiah yang paling berkesan adalah pertandingan melawan Nadal yang merupakan idolanya. Tiga bulan sebelumnya, mereka bertemu di Melbourne Park, tetapi hanya untuk berlatih menjelang Australia Terbuka, yang akhirnya menjadi debut Alcaraz pada babak utama Grand Slam.
Sejak pertemuan itulah, Alcaraz belajar dari Nadal yang menjalani karier di arena tenis profesional sejak 2001 atau 19 tahun lebih dulu dari Alcaraz. ”Meski latihan, Rafa selalu memukul dengan keras. Dia berlatih dengan intensitas tinggi,” ujarnya sebelum bertemu di Madrid.
Setelah bertanding, pelajaran bagi Alcaraz bertambah. ”Saya jadi tahu harus bersikap seperti apa ketika menghadapi momen berat melawan petenis sekelas Rafa. Jika saya banyak menjalani pertandingan seperti tadi, rasanya kemampuan saya akan berkembang dengan lebih cepat,” tutur Alcaraz yang baru berusia dua tahun ketika Nadal menjuarai Grand Slam untuk pertama kalinya di Perancis Terbuka 2005.
Nadal pun memuji potensi salah satu generasi penerusnya itu. ”Dia sudah berada di level permainan yang bagus saat ini. Saya percaya, Alcaraz akan makin baik ke depannya. Sebagai petenis, saya yakin Spanyol memerlukan petenis seperti dia,” komentar Nadal dalam situs ATP.
Spanyol dikenal sebagai salah satu gudang petenis profesional, terutama di putra. Namun, sebagian besar petenis terbaik pada saat ini telah berusia 30 tahun ke atas. Selain Nadal, ada Roberto Bautista Agut, Albert Ramos Vinolas, Feliciano Lopez, dan Fernando Verdasco.
Di antara petenis berusia 24 tahun ke bawah, Alejandro Davidovich Fokina (21 tahun) menjadi yang teratas dengan peringkat ke-49 dunia. Setelah itu ada Jaume Munar (23 tahun), Pedro Martinez (24), Alcaraz (18), Bernabe Zapata Miralles (24), Carlos Taberner (23), dan Mario Viella Martinez (25).
Regenerasi
Laga Nadal melawan Alcaraz mengingatkan pada pertandingan Nadal melawan Carlos Moya, pelatihnya saat ini, pada pertemuan pertama mereka di semifinal ATP Umag 2003. Menjadi salah satu petenis senior Spanyol saat itu, Moya berhadapan dengan salah satu penerusnya yang masih berusia 17 tahun. Moya, yang menjadi unggulan keempat, kalah, 4-6, 4-6.
Meski menjadi cermin dari laga yang terjadi 18 tahun kemudian di Madrid, Moya menyebut ada perbedaan situasi dengan pertemuan dia dan Nadal. ”Saya tak punya 20 gelar Grand Slam seperti Rafa serta tak memiliki ambisi dan kualitas permainan sebesar dia,” kata Moya.
Moya juga bercerita, sebelum bertanding di Umag 2003, dia dan Nadal memiliki hubungan dekat sehingga sering berlatih bersama. Ini berbeda dengan Alcaraz yang hanya pernah berkomunikasi dengan Nadal di Melbourne Park, Februari.
”Apa pun situasinya, selalu ada pertandingan spesial bagi semua petenis, pertandingan yang mendatangkan tekanan besar saat menjalaninya. Siapa yang bisa menghadapi tekanan itu dengan lebih baik akan menang,” ujar Moya.
Moya aktif bersaing di arena profesioal pada 1995-2010. Dia menjadi petenis nomor satu dunia pada Maret 1998 dan menjuarai Perancis Terbuka 1998.
Hubungan Nadal dan Moya sama seperti yang dimiliki Alcaraz dengan pelatihnya. Petenis dengan enam gelar juara pada turnamen ITF dan ATP Challengers itu dilatih mantan petenis Spanyol lainnya, Juan Carlos Ferrero. Seperti Moya, Ferrero pernah menjadi petenis nomor satu dunia pada 8 September 2003 setelah menjuarai Perancis Terbuka 2003. Keduanya bersaing 14 kali dengan keunggulan 8-6 untuk Ferrero.
”Pertandingan Rafa melawan Alcaraz menjadi pertandingan antargenerasi. Rafa mewakili generasi saat ini dan dia telah bertahun-tahun berada di puncak, sementara Alcaraz adalah petenis masa depan. Perbedaannya adalah Alcaraz masih minim pengalaman dan dia masih berada pada masa untuk mengembangkan diri. Itulah situasi alami pada pergantian generasi karena Rafa tidak akan selamanya bermain,” tutur Moya.
Meski sering kali disebut sebagai calon penerus Nadal, Ferrero tak ingin mengatakan hal yang sama. Dia tak ingin komentar-komentar tersebut menjadi beban bagi anak asuhnya.
”Saya pikir, menyebut Alcaraz akan menggantikan Rafa tak baik untuknya. Saya hanya akan menyebutnya sebagai petenis potensial. Dari cara dia bertanding, termasuk melawan petenis besar, saya yakin dia akan berkembang. Tetapi, semuanya harus dilakukan selangkah demi selangkah,” ujarnya. (AFP)