Jose Mourinho Akhiri Penantian Lama Penggemar Roma
Jose Mourinho diharapkan para penggemar AS Roma bisa menyamai kesuksesan Fabio Capello, pelatih yang terakhir kali memberikan ”scudetto” ke klub itu pada 2001 silam. Karakter Mourinho dinilai tepat dengan kerasnya Roma.
Secara mengejutkan, manajemen AS Roma mengumumkan telah meminang pelatih kawakan asal Portugal, Jose Mourinho, sebagai nakhoda klub berjuluk ”Si Serigala” itu mulai musim 2021-2022 hingga 2023-2024. Kehadiran pelatih yang dijuluki ”Si Spesial” itu menjadi asupan dopamin untuk penggemar AS Roma yang sudah lama menanti kedatangan pelatih elite setelah Fabio Capello pada 1999-2004 silam.
Sebelum diumumkan Mourinho sebagai pelatih baru Roma, Selasa (4/5/2021), klub ibu kota Italia itu sempat dikaitkan-kaitkan dengan sejumlah nama lain untuk menggantikan Paolo Fonseca, akhir musim ini. Salah satu yang paling sering disebut adalah mantan Pelatih Juventus Maurizio Sarri.
Tak pelak, banyak fans Roma yang terkejut dengan informasi mendadak tersebut. Kendati sempat tidak percaya, mereka puas dengan penunjukan Mourinho dan tidak sabar menanti mantan pelatih Inter Milan itu mulai melatih klub berjersei merah-oranye tersebut. ”Saya yakin ini (AS Roma) merupakan klub yang tepat untuknya (Mourinho) dan budaya yang tepat untuknya,” kata Anton du Fleur, penggemar Roma, di kolom komentar Grup Facebook klub itu.
Berkat sentimen positif, dilansir Marca, saham AS Roma naik hingga 21,02 persen pada perdagangan di Bursa Saham Milan, Rabu. Kini, nilai saham klub itu 0,32 euro atau Rp 5.547 per lembar.
Baca juga: Cristiano Ronaldo Menyelamatkan Pirlo
Wajar ekspektasi terhadap AS Roma meningkat seusai pengumuman Mourinho sebagai pelatih baru. Sesudah era emas bersama Capello dengan raihan puncak scudetto (juara Liga Italia) dan Piala Super Italia pada 2001 silam, klub pengoleksi tiga gelar scudetto itu tidak pernah lagi dilatih pelatih menjanjikan. Seusai Capello angkat kaki pada musim 2003-2004, klub bermarkas di Trigoria, Roma, itu bolak-balik menunjuk pelatih minim pengalaman dan tidak ada jejak mental juara.
Sederet pelatih itu, antara lain, adalah Cesare Prandeli, Rudi Voller, Luigi Del Neri, dan Bruno Conti sepanjang musim 2004-2005. Kemudian, Luciano Spalletti, Claudio Ranieri, Vincenzo Montella, Luis Enrique, Zdenek Zeman, Aurelio Andreazzoli, dan Rudi Garcia.
Terbukti, selama 20 tahun terakhir, AS Roma tidak pernah lagi merasakan gelar juara liga. Prestasi tertinggi diraih hanya di bawah kepemimpinan Spalletti periode pertama pada musim 2005-2006 hingga 2009-2010, antara lain runner-up Serie A tiga kali (2005-2006, 2006-2007, dan 2007-2008).
Sebagai tim ibu kota Italia, melatih AS Roma menjadi tantangan berat karena nyaris semua mata menyorot ke sana. Selain itu, mereka memiliki pendukung fanatik yang dikenal keras dan brutal di Eropa, yakni Ultras Roma. Sayangnya, fanatisme mereka belum didukung tradisi dan jiwa juara yang kuat.
Sulitnya melatih Roma
Capello pernah mengambarkan bagaimana sulitnya melatih AS Roma. Di Roma tidak ada keseimbangan hakiki. Gairah terlalu meluap-luap karena belum ada kultur juara. Untuk itu, tim bisa berpesta bersama penggemar saat meraih kemenangan dan seketika bisa depresi dihujat fans kala menuai kekalahan.
Tekanan suporternya, yang disebut Romanisti, sangat tinggi dibandingkan dengan klub-klub besar Eropa sekalipun. Capello, yang kini berusia 74 tahun, sempat melatih sejumlah tim langganan juara, seperti AC Milan, Real Madrid, dan Juventus. Namun, menurut diaa, suasana melatih di Roma jauh lebih rumit.
”Kota Roma punya efek ini (tekanan) kepada siapa pun, termasuk politisi yang mungkin datang dengan program-program tertentu, lalu pergi dengan terkena sihir. Roma bisa menelan Anda, tetapi pesonanya tidak selalu berupa hal positif,” ungkap Capello kepada La Gazzetta dello Sport saat mengomentari rencana pemecatan Garcia pada akhir 2015 silam.
Berkaca dari reputasi tersebut, cuma pelatih bermental baja yang layak menangani AS Roma. Maka itu, Mourinho dinilai sebagai orang yang tepat untuk menukangi klub berjuluk ”Il Lupi” tersebut. Selama ini, pelatih kelahiran Setubal, Portugal, itu dikenal penuh kontroversi yang berani menghadapi kritik ataupun kencaman dari pemain, manajemen, ataupun fans klub.
Baca juga: Antonio Conte Mengubah Para Pecundang Jadi Pemenang
Keteguhan
Keteguhan tersebut tergambar bagaimana sang pelatih berusia 58 tahun itu tidak peduli ketika banyak pihak mengkritik strategi permainannya yang monoton. Dia tidak mementingkan permainan indah, tetapi mengutamakan raihan tiga poin atau kemenangan. Bahkan, dirinya tidak segan memasang taktik ”parkir bus” atau bertahan total dalam suatu laga.
Pola pikir di luar kebiasaan itu amat ideal untuk mengangkat derajat AS Roma di kancah sepak bola Italia dan Eropa. Itu menjadi kunci sukses Capello sehingga bisa membawa Roma kembali merasakan gelar juara liga. Waktu itu, dia tidak segan mencadangkan ataupun mengganti ”pangeran” sekaligus kapten tim, Francesco Totti, kalau performanya menurun atau indispliner.
Saya ingin sekali bekerja dengan Mourinho. Dia adalah sosok yang bisa membuat kita belajar banyak darinya.
Padahal, Totti dikenal sebagai ”anak emas” Roma. Maka, pelatih yang menepikannya kerak mendapatkan kritik dari manajemen hingga suporter.
Tak heran, Capello percaya Mourinho bisa meraih kesuksesan bersama AS Roma. Bagi dia, Mourinho merupakan sosok berpengalaman yang telah mengenal iklim sepak bola Italia. Mourinho pernah merasakan kejayaan selama menangani Inter Milan pada kurun 2008-2010. Prestasinya, antara lain, adalah treble alias tiga gelar dalam satu musim, yakni juara Serie A, Piala Italia, dan Liga Champions, pada 2010.
”Dengan pengalaman melatih dan sangat mengenal Italia, keberadaan Mourinho di Roma bakal jauh lebih mudah. Roma memang tempat yang sulit, tetapi Mourinho sosok yang berani menempatkan diri dalam situasi rumit,” ujar Capello dikutip Football-Italia, Rabu.
Mimpi Totti
Sejatinya, kedatangan Mourinho ke AS Roma adalah mimpi Totti sejak 10 tahun silam yang akhirnya terwujud. Pada 2011, legenda sepak bola Roma dan Italia itu pernah melempar pernyataan ingin dilatih Mourinho. ”Saya ingin sekali bekerja dengan Mourinho. Dia adalah sosok yang bisa membuat kita belajar banyak darinya,” ungkap Totti dikutip Sky Sport Italia.
Walau demikian, Capello menyampaikan, Mourinho butuh dukungan pemain berkualitas untuk membawa AS Roma ke tangga juara. Apalagi, pemain Roma saat ini mayoritas pemain yang belum memiliki jiwa seorang juara. ”Tidak cukup hanya merekrut pelatih hebat untuk juara. Butuh juga pemain (berkualitas),” ujarnya.
Capello tahu betul bahwa pemain bintang amat penting bagi tim yang belum memiliki tradisi juara, seperti AS Roma. Namun, karena keuangan tim yang terbatas, sulit bagi Roma mendatangkan pemain bintang. Namun, saat melatih Roma, ia tidak kehabisan akal.
Sebelum musim 2000-2001 dimulai, dia dan Direktur Olahraga AS Roma kala itu, Franco Baldini, melakukan konspirasi untuk mendatangkan penyerang sekaligus kapten Fiorentina ketika itu, Gabriel Batistuta. Keduanya mengabarkan jurnalis Corriere dello Sport bahwa AS Roma bakal mendatangkan Batistuta kendati itu sesungguhnya tidak benar.
Enggan malu
Namun, berita itu sudah telanjur menyebar dan sampai di hadapan Presiden Roma saat itu, Franco Sensi. Karena tidak mau malu, Sensi pun merealisasikan pembelian Batistuta dengan biaya transfer 36,15 juta euro pada 1 Juli 2000. Kehadiran penyerang asal Argentina itu langsung membawa tuah yang mengantarkan AS Roma juara Serie A untuk ketiga kali setelah menanti 18 tahun dari gelar kedua yang diraih musim 1982-1983.
Mourinho pun menyadari butuh pemain bintang. Alasan Mou mau menjalin kontrak tiga tahun bersama AS Roma adalah karena Dan Friedkin, pemilik klub saat ini yang berasal dari Amerika Serikat, menjanjikan proyek ambisius untuk merebut gelar juara dalam masa kontrak tersebut.
”Setelah pertemuan dengan pemilik (Friedkin) dan Direktur Olahraga Tiago Pinto, saya segera memahami sepenuhnya ambisi mereka untuk AS Roma. Itu merupakan ambisi dan dorongan yang sama yang selalu memotivasi saya. Maka, bersama-sama kami ingin membangun proyek untuk juara pada tahun-tahun mendatang,” kata pelatih yang dipecat Tottenham Hotspur pada 19 April 2021 itu, seperti dilansir laman resmi Roma.
Friedkin mengatakan, alasan penunjukan Mourinho karena yakin pelatih yang memenangi Liga Champions bersama FC Porto (2004) dan Inter Milan (2010) itu mampu merealisasikan keinginannya menjadikan AS Roma sebagai salah satu klub yang disegani di Italia dan Eropa. Untuk itu, dia rela mengucurkan dana untuk membayar gaji Mourinho sekitar 7 juta euro per tahun. Nilai itu menjadi rekor gaji tertinggi pelatih di Roma selama ini.
”Jose (Mourinho) seorang juara hebat yang sudah memenangi trofi di setiap level. Jose bakal memberikan kepemimpinan dan pengalaman luar biasa untuk proyek ambisius kami. Ini menjadi langkah besar dalam membangun budaya kemenangan jangka panjang dan konsisten untuk klub,” ungkap Friedkin.
Kini, para penggemar menanti Mourinho untuk membangun kembali AS Roma. Apakah dia bisa menjadi kaisar baru untuk Roma, layaknya Julius Caesar dengan semboyan terkenalnya, veni, vidi, vici (aku datang, lihat, dan menaklukan)? Kita lihat saja nanti....