Naomi Osaka bersiap menghadapi Perancis Terbuka setelah absen dari persaingan di lapangan tanah liat musim lalu. Turnamen WTA 1000 Madrid pada pekan ini menjadi laga pertamanya di lapangan ini dalam dua tahun.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
MADRID, KAMIS — Sebagai petenis yang dinilai berpotensi menjadi penerus Serena Willams yang mendominasi persaingan tenis putri, Naomi Osaka belum bisa melakukannya di lapangan tanah liat. Dia pun harus menyeimbangkan ambisi dan tekanan untuk meraih hasil yang lebih baik pada tahun ini.
Dalam usia 23 tahun, Osaka menjadi petenis dengan gelar Grand Slam terbanyak, empat gelar, setelah dominasi Serena berakhir pada 2015. Namun, petenis Jepang tersebut baru membuktikan ketangguhannya di lapangan keras dengan gelar juara dari Amerika Serikat Terbuka 2018 dan 2020 serta Australia Terbuka 2019 dan 2021. Jenis lapangan lain, yakni tanah liat dan rumput, masih menjadi tantangan besar baginya.
Osaka memiliki pekerjaan rumah di lapangan tanah liat yang berkarakter lambat. Gerakannya tak begitu alami untuk meluncur mengejar bola di atasnya licinnya lapangan berlapiskan tumbukan batu bata tersebut.
Di Perancis Terbuka, puncak persaingan di lapangan tanah liat, Osaka memiliki statistik menang-kalah, 6-4, yang membuatnya tak pernah melewati babak ketiga sejak debut pada 2016. Dalam ajang WTA 1000 di jenis lapangan yang sama, yaitu Madrid dan Roma, hasil terbaiknya adalah perempat final pada 2019. Rekor keseluruhannya di lapangan tanah liat adalah 18-13.
Menghadapi turnamen tanah liat pertamanya pada 2021, di WTA 1000 Madrid, 29 April-8 Mei, Osaka pun antusias. Apalagi, ini menjadi pertandingan pertamanya di jenis lapangan tersebut sejak dikalahkan Belinda Bencic pada babak ketiga Perancis Terbuka 2019.
”Saya sangat antusias bertanding di lapangan tanah liat karena belum pernah juara di sana. Meski demikian, saya pun merasakan tekanan karena ingin juara. Sebenarnya, saya selalu mendapat hasil baik ketika tak memberi tekanan pada diri sendiri meski sangat ingin juara, tetapi perasaan itu sangat sulit dikontrol,” ujar Osaka dalam situs web WTA.
Antusiasme itu dimulai dengan latihan di lapangan tanah liat hijau di Miami, kota tempat orangtuanya tinggal. Osaka berada di sana setelah tersingkir pada perempat final WTA 1000 Miami, 23 Maret-3 April.
Didampingi Wim Fisette, mantan pelatih Simona Halep, Osaka memiliki peluang mendapat hasil lebih baik di tanah liat pada tahun ini. Meski tak lagi menjadi pelatih Halep ketika menjuarai Perancis Terbuka 2018, Fisette berperan menjadikan Halep tangguh di lapangan itu.
”Saya berlatih dengan baik, tetapi tes sesungguhnya akan ada di pertandingan,” ujar Osaka yang mengawali penampilan di lapangan tanah liat tahun ini dengan melawan rekan senegaranya, Misaki Doi, pada babak pertama.
Selain rekam jejak yang tak begitu baik, absen dari turnamen tanah liat dalam dua tahun menambah tekanan baginya. Berdasarkan hal itu, petenis peringkat kedua dunia itu pun tak dapat mengevaluasi penampilan di lapangan yang menuntut daya tahan fisik karena permainan cenderung berlangsung lebih lama.
Saya sangat antusias bertanding di lapangan tanah liat karena belum pernah juara di sana. Meski demikian, saya pun merasakan tekanan karena ingin juara. Sebenarnya, saya selalu mendapat hasil baik ketika tak memberi tekanan pada diri sendiri meski sangat ingin juara, tetapi perasaan itu sangat sulit dikontrol.
Dengan pengalaman yang minim, Osaka pun harus membangun kepercayaan dirinya untuk menghadapi Grand Slam Perancis Terbuka, 30 Mei-13 Juni. ”Setelah tak bertanding di tanah liat selama dua tahun, saya akan mencoba menikmati momen di Madrid dan membangun pola main yang tepat untuk di Roland Garros,” katanya.
Pemilik 18 gelar juara Grand Slam, Martina Navratilova, berpendapat, Osaka sesungguhnya berpotensi untuk menjuarai turnamen tanah liat. Apalagi, di beberapa tempat, pantulan bola di lapangan tanah liat menjadi lebih cepat meski tak secepat di lapangan keras yang dikuasai Osaka. Namun, Osaka dinilainya tak percaya diri ketika harus bergerak dengan cara meluncur.
”Untuk bisa bergerak seperti itu, Anda memang harus percaya diri, merasa nyaman, dan punya perhitungan tepat untuk memukul bola. Namun, Andre Agassi bisa menjuarai Perancis Terbuka tanpa meluncur. Artinya, Osaka pun bisa melakukan itu. Tak diragukan, dia sebenarnya bisa juara di tanah liat dan lapangan rumput,” tutur Navratilova kepada Tennis Channel.
Muguruza mundur
Juara Perancis Terbuka 2016, Garbine Muguruza, batal tampil di Madrid karena belum pulih dari cedera kaki. Petenis Spanyol itu seharusnya berhadapan dengan Sloane Stephens pada babak pertama, Kamis, tetapi namanya digantikan Danka Kovinic.
”Ini berita buruk dan menjadi keputusan paling menyakitkan bagi saya. Namun, cedera saya muncul lagi dan hasil pemeriksaan terakhir menunjukkan saya belum pulih dan disarankan untuk istirahat,” ujar Muguruza.
Dari hasil babak pertama, kejutan terjadi dengan tersingkirnya unggulan keempat, Elina Svitolina. Petenis Ukraina itu dikalahkan Jil Teichmann, 6-4, 4-6, 6-7 (5/7). Unggulan lain, yaitu Kiki Bertens (7) dan Petra Kvitova (9), melaju ke babak kedua. (AP)