Bianca Andreescu akan berhadapan dengan tunggal putri nomor satu, Ashleigh Barty, pada final WTA 1000 Miami di Stadion Hard Rock, Miami, Sabtu (3/4/2021). Kesabaran menghadapi momen sulit membawa Andreescu ke final.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
MIAMI, KAMIS-Delapan belas bulan setelah menjuarai Grand Slam Amerika Serikat Terbuka 2019, Bianca Andreescu mendapat kesempatan untuk tampil kembali dalam laga perebutan gelar juara. Kesabaran menghadapi momen sulit membawa petenis berusia 20 tahun itu pada momen yang pernah didapat pada 2019.
Andreescu akan berhadapan dengan tunggal putri nomor satu dunia, Ashleigh Barty, pada final WTA 1000 Miami di Stadion Hard Rock, Miami, Florida, Amerika Serikat, Sabtu (3/4/2021) siang waktu setempat atau Minggu dini hari waktu Indonesia.
Tiket final didapatnya setelah mengalahkan Maria Sakkari, 7-6 (7), 3-6, 7-6 (4), dalam laga selama dua jam 42 menit yang berakhir Jumat (2/4/2021) pukul 01.35 waktu Miami. Di sisi lain, Barty mendapatkan tempat di final Miami, untuk kedua kali beruntun, dengan kemenangan lebih mudah atas Elina Svitolina, 6-3, 6-3.
Momen yang akan dijalani pada akhir pekan ini tak hanya menjadi pertemuan pertama Andreescu dengan petenis asal Australia itu. Ini menjadi panggung final pertama Andreescu setelah menjuarai Grand Slam Amerika Serikat Terbuka 2019.
Dengan gelar itu, Andreescu pun menjadi bagian dari bintang baru di tengah persaingan terbuka tunggal putri. Gelar dari Flushing Meadows, New York, itu menempatkannya pada posisi sepuluh besar dunia untuk pertama kalinya, yaitu di peringkat kelima.
Barty, yang tersingkir pada babak keempat di Flushing Meadows, muncul ke permukaan persaingan papan atas lebih dulu ketika menjuarai Perancis Terbuka 2019, tiga bulan sebelum AS Terbuka. Itu membawanya ke peringkat kedua, lalu ke puncak dunia untuk pertama kalinya pada 24 Juni.
Berbeda dengan Barty yang bisa aktif dalam kariernya setelah juara di Roland Garros, Andreescu terhadang cedera setelah mengalahkan Serena Williams dalam final AS Terbuka. Sebulan setelah itu, Andreescu mengalami cedera lutut kiri hingga membuatnya mengundurkan diri ketika bertanding dalam turnamen Final WTA, November 2019.
Pada masa pandemi Covid-19, yang membuat turnamen putri dihentikan pada Maret-Agustus 2020, Andreescu memulihkan cedera dan kembali ke persaingan pada 2021. Dia memulai penampilan pada Australia Terbuka yang diwarnai “drama” karantina ketat dua pekan.
Andreescu menjadi bagian dari 72 petenis yang tak boleh latihan di lapangan pada masa karantina karena memiliki kontak dekat dengan pelatihnya, Sylvain Bruneau, yang terinfeksi Covid-19.
“Hasilnya memang tidak bagus, tetapi, yang lebih penting bagi saya, Bianca bisa memainkan dua pertandingan di sana dan bisa tetap bermain setelah itu. Itu membuat kepercayaan dirinya naik secara perlahan,” ujar Bruneau.
Setelah Melbourne Park, tes berikutnya di panggung besar datang di Miami, salah satu turnamen dengan level tertinggi pada struktur turnamen WTA. Potensinya untuk kembali ke puncak persaingan, seperti dua tahun lalu, terlihat ketika mengalahkan dua kali juara Grand Slam, Garbine Muguruza, pada babak keempat, 3-6, 6-3, 6-2, lalu menang atas Sakkari.
Saya punya banyak pengalaman dalam pertandingan ketat yang membuat harus bekerja keras untuk mencari jalan keluar.
“Saya punya banyak pengalaman dalam pertandingan ketat yang membuat harus bekerja keras untuk mencari jalan keluar,” ujar Andreescu dalam konferensi pers yang digelar Jumat pukul 03.00 waktu setempat.
“Terkadang, saya tak paham bisa bertanding dalam laga seperti tadi, mungkin itulah yang namanya semangat juang, saya banyak belajar dari pengalaman seperti ini,” imbuhnya.
Dari pengalaman itu pula, Andresscu pun sangat antusias berhadapan dengan Barty untuk pertama kalinya. “Saya senang mendapat tantangan yang akan datang, saya belum pernah berhadapan dengan gaya bermain seperti dia. Namun, saya senang akan tantangan dan bisa dipastikan Barty menjadi tantangan besar bagi saya,” ujar petenis yang saat ini berperingkat kesembilan dunia itu.
Analis tenis untuk NBC, Mary Carillo, menilai, Andreescu bisa kembali ke puncak persaingan. “Dia adalah orang yang bisa menjuarai beberapa Grand Slam. Namun, apa yang terjadi padanya mengingatkan saya pada Juan Martin Del Potro yang didera cedera,” ujar Carillo.
Del Potro menjuarai AS Terbuka 2009 pada usia 20 tahun. Gaya bermain, terutama ketajaman forehand menyulitkan banyak petenis, termasuk petenis top dunia seperti Roger Federer, Rafael Nadal, dan Novak Djokovic. Namun, perjalanan kariernya terkendala dengan cedera yang membuatnya menjalani empat kali operasi pergelangan kedua tangan dan dua kali operasi lutut kanan.
Pelatih yang juga menjadi komentator bagi ESPN, Brad Gilbert, juga berharap, Andreescu tak mengalami hal serupa dengan Del Potro. “Ada ambisi dan talenta bagus pada diri Andreescu. Satu hal yang diperlukan di sini adalah kesabaran,” ujar Carillo.
“Saya adalah tipe orang yang selalu memiliki ekspektasi tinggi. Tetapi, tujuan saya pada saat ini adalah bisa menikmati kembali momen yang sempat hilang. Saya senang bisa bertanding kembali,” ujar Andreescu.
Ketika Barty memiliki peluang mempertahankan gelar juara, tunggal putra dipastikan memiliki juara baru turnamen berlevel ATP Masters 1000. Itu terjadi dengan hadirnya empat semifinalis yang bersaing sepanjang Jumat waktu setempat atau Sabtu waktu Indonesia. Keempatnya adalah Roberto Bautista Agut yang berhadapan dengan Jannik Sinner dan Andrey Rublev yang ditantang Hubert Hurkacz.
Sebelumnya, dalam persaingan perempat final, Daniil Medvedev menjadi tunggal putra tersisa dengan gelar turnamen Masters 1000 yang didapatnya di Cincinnati dan Shanghai 2019, serta Paris 2020. Namun, Medvedev disingkirkan Agut pada perempat final, 4-6, 2-6. (AFP)