Peserta dan panitia penyelenggara turnamen Piala Menpora 2021 dituntut bertanggung jawab penuh dalam menjalankan protokol kesehatan dengan disiplin. Kelalaian dapat memicu kluster baru penyebaran Covid-19.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·6 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah telah memberikan jalan bagi dunia olahraga melanjutkan kompetisi dimulai dari turnamen pramusim sepak bola Piala Menpora 2021 sebelum menggelar Liga 1 dan Liga 2. Kini, baik peserta maupun panitia penyelenggara dituntut bertanggung jawab penuh dalam menjalankan protokol kesehatan dengan disiplin. Kalau lalai dan memicu kluster baru penyebaran Covid-19, hal itu bakal mengancam asa bergeliat kembalinya kompetisi ataupun kejuaraan olahraga di Tanah Air.
”Semua pihak yang terlibat harus berkomitmen penuh, terutama dalam menjalani protokol kesehatan. Jangan sampai ada protokol yang tidak dijalani atau menutup-nutupi data (kalau ada yang positif Covid-19). Andai itu terjadi, sanksi pasti akan ditegakkan, mulai dari teguran ataupun hukuman bagi pelanggar hingga menghentikan kejuaraan (Piala Menpora). Itu pun bakal menjadi preseden buruk untuk kejuaraan olahraga lain,” ujar Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga Gatot S Dewa Broto ketika dihubungi, Sabtu (27/2/2021).
Gatot mengatakan, komitmen dari PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku operator Liga 1 dan Liga 2 dalam menerapkan protokol kesehatan menjadi salah satu faktor yang membuat kepolisian memberikan izin keramaian untuk pelaksanaan kembali kompetisi sepak bola. Hal ini diperkuat program vaksinasi Covid-19 untuk dunia olahraga tahap awal kepada 5.000 orang per Jumat (26/2/2021). Vaksinasi itu diberikan kepada para atlet, pelatih, dan tenaga pendukung cabang pelatnas, serta anggota klub Liga 1 dan Liga 2 hingga perangkat pertandingan sepak bola.
”Sebelum memberikan izin keramaian untuk keberlanjutan kompetisi sepak bola, Kapolri (Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo) memang meminta agar anggota klub Liga 1 dan Liga 2 hingga perangkat pertandingannya divaksin lebih dahulu. Tujuannya, untuk meningkatkan keamanan selama kompetisi atau meminimalkan potensi penularan Covid-19 selama kompetisi berlangsung,” katanya.
Sejauh ini, lanjut Gatot, protokol kesehatan yang dipresentasikan oleh PSSI ataupun PT LIB sudah sangat ideal. Protokol itu dibuat dengan sangat rinci atau detail dan penuh kewaspadaan yang mengambil referensi dari aturan otoritas kesehatan nasional maupun internasional, Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC), hingga Federasi Asosiasi Sepak Bola Internasional (FIFA).
Isi protokol kesehatan itu antara lain aturan umum mulai dari pemakaian masker, cek suhu tubuh, jaga jarak aman (meminimalkan sentuhan tubuh maupun kerumunan), serta menjaga kebersihan individu dan arena/lingkungan sebelum maupun sesudah laga. Kemudian ada aturan khusus, seperti melakukan tes Covid-19 dengan metode PCR, antigen, atau GeNose kepada pemain, ofisial tim, perangkat wasit, hingga personel panitia pelaksana laga.
Kalau ada pemain atau ofisial yang positif atau terindikasi Covid-19, mereka langsung diisolasi di kamar isolasi yang disiapkan oleh PT LIB dan ditangani oleh Satgas Covid-19 PSSI/PT LIB. Lalu, ada pembatasan orang yang hadir di stadion.
Stadion maksimal diisi oleh 299 orang yang terdiri dari pemain, ofisial, perangkat pertandingan, panitia pelaksana, pejabat terkait, tenaga keamanan, medis, unsur media, hingga kru televisi yang berada di posisi tersendiri sesuai zona-zona yang telah ditentukan. Sementara itu, penonton dilarang hadir ke dalam maupun sekitar stadion. Mereka juga dilarang melakukan nonton bareng. ”Kalau dilihat, isi protokol kesehatan itu sudah optimal,” jelas Gatot.
Komitmen dinanti
Gatot menuturkan, kini Kemenpora maupun kepolisian menanti komitmen PSSI, PT LIB, hingga peserta dalam menjalankan semua protokol kesehatan tersebut. Tak dimungkiri, potensi pelanggaran itu bakal ada. Sebab, setiap peserta pasti punya ambisi besar untuk memenangi laga ataupun kejuaraan.
Hal itu dikhawatirkan memicu tindakan tidak kooperatif, seperti menutupi data kalau ada pemain yang positif Covid-19 atau tetap menurunkan pemain yang positif Covid-19. Tindakan semacam itu amat berbahaya bagi keselamatan orang-orang yang terlibat maupun keberlanjutan kejuaraan itu sendiri. Selain itu, pengelolaan suporter yang tidak maksimal, seperti tetap membuat kerumunan di sekitar stadion atau melangsungkan nonton bareng.
Oleh karena itu, Kemenpora akan membentuk tim pengawas yang terdiri dari beberapa pihak, seperti kepolisian, Satgas Covid-19, Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), dan Komite Olimpiade Indonesia (KOI). ”Kalau ada pelanggaran, tim itu akan memberikan laporan ke federasi dan otoritas terkait, seperti kepolisian dan satgas. Para pelanggar akan mendapatkan sanksi atas pelanggarannya. Jika terakumulasi dan jumlahnya signifikan (dilakukan banyak pihak), turnamen pramusim bakal dihentikan dan mengancam keberlanjutan Liga 1 dan Liga 2,” tegas Gatot.
Secara keseluruhan, tambah Gatot, Piala Menpora 2021 adalah ujian untuk keberlanjutan Liga 1 dan Liga 2 maupun kompetisi ataupun kejuaraan olahraga dari cabang lain. Kalau gagal berlangsung aman dan lancar, Piala Menpora akan dihentikan di tengah jalan dan izin untuk pelaksanaan Liga 1 dan Liga 2 bakal dicabut. Walaupun kasusnya berbeda, kegagalan pelaksanaan Piala Menpora akan berimbas pula terhadap potensi penyelenggaraan kembali kompetisi ataupun kejuaraan dari cabang lain.
Sebaliknya, kalau Piala Menpora berhasil dan berlanjut ke Liga 1 dan Liga 2, hal itu bakal menjadi angin segar untuk kompetisi atau kejuaraan dari cabang lain. Sebab, kejuaraan sepak bola di kala pandemi akan menjadi acuan. Andai pelaksanaan pertandingan sepak bola bisa aman dan lancar, secara teoretis pelaksanaan laga atau perlombaan olahraga lain bakal lebih mudah.
Dengan jumlah massa yang terlibat lebih banyak dibandingkan cabang lain, mengelola kejuaraan sepak bola cenderung lebih sulit dibandingkan cabang lain. Namun, kalau pelaksanaannya berhasil, itu artinya gelaran kompetisi cabang lain sangat memungkinkan.
”Dengan jumlah massa yang terlibat lebih banyak dibandingkan cabang lain, mengelola kejuaraan sepak bola cenderung lebih sulit dibandingkan cabang lain. Namun, kalau pelaksanaannya berhasil, itu artinya gelaran kompetisi cabang lain sangat memungkinkan. Protokol kesehatan dari sepak bola bisa diterapkan pula untuk kejuaraan ataupun kompetisi cabang lain, tentu dengan penyesuaian,” tuturnya.
Jejak negatif
Pengamat olahraga Fritz E Simandjuntak menyampaikan, berkaca dari masa normal, kompetisi atau kejuaraan sepak bola nasional memiliki rekam jejak negatif berupa abai dalam menjalankan aturan. Itu mulai dari perkelahian antarpemain, sikap manajer yang berlebihan, kerusuhan suporter, hingga pejabat terkait yang tidak tegas dalam memberikan sanksi ataupun saling lempar tanggung jawab.
Citra negatif itu turut menghantui pelaksanaan Piala Menpora 2021, Liga 1, dan Liga 2 dalam masa pandemi ini. Tidak tertutup kemungkinan, abai dalam menjalankan aturan turut terjadi selama Piala Menpora, seperti hasil tes Covid-19 yang ditutupi sampai kerumunan penonton. Kalau rekam jejak negatif itu terjadi di tengah situasi pandemi, itu akan berefek buruk untuk kesehatan dan keberlanjutan kompetisi atau kejuaraan sepak bola maupun cabang lain.
”Atas dasar itu, saya berharap ada tim pengawas yang selalu memantau secara ketat guna memastikan penerapan protokol kesehatan dilakukan secara disiplin sebelum dan sesudah laga. Sanksi pun patut ditegakkan secara tegas jika terjadi pelanggaran, seperti mendiskualifikasi pemain atau klub yang melanggar,” ujarnya.
Di samping itu, Fritz mengutarakan, para pihak yang terlibat dalam Piala Menpora perlu menyadari bahwa mereka tidak hanya bertanggung jawab untuk keberlanjutan kompetisi sepak bola, melainkan kejuaraan olahraga cabang lain. Oleh karena itu, mereka diharapkan memiliki tanggung jawab penuh untuk menjaga diri agar tidak melakukan pelanggaran.
”Setelah setahun vakum, atlet sangat butuh kejuaraan atau kompetisi kembali bergulir. Itu amat penting untuk melanjutkan pembinaan dan persiapan mereka menuju ajang olahraga level nasional maupun internasional, mulai dari single event, Olimpiade Tokyo, Pekan Olahraga Nasional di Papua, hingga SEA Games 2021 di Vietnam,” ujar Fritz.