Kejadian Berulang, Warga Terseret Ombak di Pantai Holtekamp, Jayapura
Kawasan Pantai Holtekamp rawan gelombang tinggi dan angin kencang karena berhadapan langsung dengan Samudra Pasifik.
Oleh
NASRUN KATINGKA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Satu dari dua warga yang terseret ombak di kawasan pantai Holtekamp, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, Papua, masih dalam pencarian hingga Selasa (26/3/2024). Ini merupakan kejadian keempat di kawasan yang sama sejak awal 2024.
Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Jayapura Melkianus Kotta mengungkapkan, kejadian pada Senin (25/3/2024) sore ini membuat dua pengunjung terseret ombak, yakni Melak Magal (18) dan Melianus Duwitau (20).
”Satu korban berhasil selamat, tetapi satu korban lainnya, yakni Melianus, hingga kini masih dalam pencarian,” kata Melkianus saat ditemui di Jayapura, Selasa pagi.
Ia menuturkan, kronologi kejadian bermula sekitar pukul 14.45 WIT saat kedua korban mandi di kawasan pantai yang terletak sekitar 7 kilometer dari pusat kota tersebut. Saat itu, kondisi gelombang cukup tinggi dan angin berembus cukup kencang sehingga membuat Melak dan Melianus terseret ombak.
Pengunjung lain yang melihat kejadian tersebut langsung mencoba menolong para korban. Namun, masyarakat hanya bisa menyelamatkan Melak yang langsung dibawa ke rumah sakit terdekat.
”Saat itu, akhirnya masyarakat melapor kepada kami, dan SAR Jayapura langsung menurunkan tim. Saat ini ada empat tim gabungan, yakni sekitar 30-50 personel turun ke lokasi kejadian,” tutur Melkianus.
Selain menurunkan tim untuk menyisir lokasi pencarian di kawasan pesisir dan laut, SAR Jayapura juga menggunakan drone untuk memaksimalkan upaya pencarian.
Insiden ini, lanjut Melkianus, merupakan kejadian berulang di pantai yang menjadi tempat favorit berekreasi warga Jayapura tersebut. Bahkan, sejak Februari 2024, kejadian ini menjadi insiden keempat pengunjung tenggelam di pantai yang berada di kawasan Teluk Youtefa ini.
Sebelumnya, pada 17 Februari 2024, Husein (20) dan Wes Taroba (25) tenggelam pada jam yang hampir bersamaan di kawasan Pantai Holtekamp. Husein dan Taroba ditemukan meninggal sehari setelah kejadian.
Selain itu, pada 5 Maret 2024, seorang warga, Jairun (35), juga kembali dilaporkan tenggelam di kawasan Pantau Holtekamp. Jairun ditemukan meninggal pada keesokan harinya sekitar 5 kilometer dari posisi terakhir korban dinyatakan hilang.
”Dari yang kami lihat di lapangan, faktor penyebab tenggelamnya para korban cenderung sama, yakni cuaca dan gelombang. Ini perlu menjadi perhatian bersama, apalagi semakin mendekati hari libur panjang dan pantai menjadi tempat favorit warga,” ujar Melkianus.
Dengan demikian, ombak dan angin kencang dari Samudra Pasifik langsung berpengaruh pada kondisi di kawasan Pantai Holtekamp.
Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) Wilayah V Jayapura Heri Purnomo turut mengimbau agar masyarakat membatasi aktivitas di sekitar pantai tersebut.
Akhir-akhir ini kondisi gelombang di perairan Jayapura dalam kondisi sedang, berkisar 1,25-2,5 meter dengan kecepatan angin berkisar 3-15 knot. Heri menyebut, BBMKG mencatat ketinggian gelombang di kawasan Teluk Youtefa yang mencapai 1,5 meter.
”Dengan ketinggian seperti ini, hitungannya relatif normal, tetapi sangat tidak direkomendasikan untuk berenang. Apalagi, menjelang sore angin semakin kencang sehingga ombak juga semakin tinggi,” ucapnya.
Heri melanjutkan, kejadian ini menjadi perhatian bersama, apalagi kawasan sekitar Pantai Holtekamp langsung berhadapan dengan Samudra Pasifik. Dengan demikian, ombak dan angin kencang dari Samudra Pasifik langsung berpengaruh pada kondisi di kawasan Pantai Holtekamp.
Prakirawan Stasiun Meteorologi Maritim Jayapura, Hanip Ariefin, menyampaikan, dalam beberapa hari ke depan kondisi perairan Jayapura cenderung dalam kondisi sedang.
”Hal ini perlu diantisipasi adanya pola percepatan angin secara konsisten mengakibatkan peningkatan ketinggian gelombang dan angin kencang,” ucapnya.