Cuaca Ekstrem, Kapal Perintis di Papua Diminta Waspada Saat Mudik Lebaran
Risiko cuaca ekstrem di laut saat peralihan musim menjadi perhatian bagi pelayaran kapal perintis di wilayah Papua.
Oleh
NASRUN KATINGKA
·2 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Moda angkutan laut diprediksi menjadi moda transportasi andalan dalam mudik Lebaran, termasuk mudik lokal di wilayah Papua. Kendati akhir-akhir ini kondisi gelombang di perairan utara Papua cenderung sedang dan rendah, pelayaran kapal perintis tetap perlu mewaspadai cuaca ekstrem pada periode peralihan musim ini.
”Potensi cuaca ekstrem sangat mungkin terjadi, apalagi saat ini masuk pancaroba menuju kemarau. BMKG terus berkoordinasi dengan penyelenggara pelayaran, memastikan keamanan dan keselamatan transportasi laut di perairan utara yang merupakan Samudra Pasifik,” ujar Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) Wilayah V Jayapura Heri Purnomo, di Jayapura, Papua, Selasa (19/3/2024).
Dalam laporan prakiraan rutin selama sepekan ke depan, BBMKG Wilayah V Jayapura mencatat situasi gelombang dalam kategori sedang dan rendah di wilayah perairan utara Papua. Area ini mencakup perairan Samudra Pasifik di perairan Jayapura, Sarmi, Biak, hingga ke wilayah Teluk Cenderawasih.
Berdasarkan prakiraan tersebut, kecepatan angin di perairan utara Papua berkisar 3-20 knot dengan ketinggian gelombang 1,25-2,5 meter. Sementara kondisi di Teluk Cenderawasih lebih tenang dengan kecepatan angin 3-20 knot serta ketinggian gelombang 0,5-1,25 meter.
”Perubahan menjadi kondisi ekstrem sangat sulit diprediksi sehingga tetap perlu waspada. Apalagi, ini adalah perairan Samudra Pasifik dengan berbagai potensi kemunculan siklon tropis. Kapal ukuran besar mungkin tidak terlalu terdampak, tetapi kapal kecil, seperti perintis, perlu menjadikan ini perhatian,” ujar Heri.
Prakirawan Stasiun Meteorologi Maritim Jayapura, Hanip Ariefin, mengungkapkan, kapal yang lebih kecil, seperti perintis, perlu mewaspadai kecepatan angin lebih dari 21 knot serta gelombang di atas 2,5 meter.
”Stasiun akan secara rutin berkoordinasi dengan penyelenggara pelayaran untuk memastikan perkembangan situasi perairan di wilayah utara Papua ini,” tutur Hanip.
Sementara itu, Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas II Jayapura sudah mulai bersiap menjelang mudik Lebaran 2024. Koordinasi dengan sejumlah pihak terkait, termasuk BBMKG Jayapura, telah dilaksanakan pada 14 Maret 2024.
Kepala Seksi Lalu Lintas Angkutan Laut dan Usaha Kepelabuhanan KSOP Kelas II Jayapura Samuel Yabes mengatakan, salah satu persiapan yang dilakukan adalah mengecek kelayakan armada kapal yang beroperasi.
Selain kapal ukuran besar, KSOP juga memastikan kelayakan bagi kapal berukuran lebih kecil, seperti kapal perintis. Kapal-kapal perintis ini melayani pelayaran di wilayah perairan utara Papua, mulai dari Sarmi, Kepulauan Yapen, Waropen, Mamberamo Raya, hingga Biak Numfor dan Supiori.
Perubahan menjadi kondisi ekstrem sangat sulit diprediksi sehingga tetap perlu waspada. Apalagi, ini adalah perairan Samudra Pasifik dengan berbagai potensi kemunculan siklon tropis.
Jumlah pemudik via Pelabuhan Jayapura diprediksi kembali meningkat pada periode mudik Lebaran 2024. Adapun peningkatan pemudik lokal yang menggunakan kapal perintis diprediksi tidak sebanyak seperti kapal muatan besar yang mengarah ke wilayah Indonesia bagian barat.
”KSOP akan terus memastikan kelancaran arus mudik. Selain itu, koordinasi juga akan terus dilakukan, apalagi berkaitan dengan pelayaran kapal perintis yang akan terdampak jika terjadi cuaca ekstrem,” tutur Samuel.