Harga beras di sejumlah wilayah di Jateng yang stabil tinggi dikeluhkan warga. Upaya menekan harga beras belum optimal.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Masyarakat di sejumlah wilayah di Jawa Tengah mengeluhkan harga beras medium dan premium di wilayahnya yang berada pada kondisi stabil tinggi. Sejumlah upaya bakal dilakukan pemerintah setempat untuk mengendalikan harga, mulai dari melakukan Stabilisasi Pasokan Harga Pasar (SPHP), menyalurkan bantuan pangan, hingga melakukan operasi pasar.
Berdasarkan data Sistem Informasi Harga dan Produksi Komoditi Jateng pada Selasa (20/2/2024), harga beras jenis medium di seluruh kabupaten/kota melampaui harga acuan yang ditetapkan, yakni Rp 10.900 per kilogram. Harga beras tertinggi tercatat berada di Kabupaten Pemalang dan Wonogiri, yakni Rp 16.000 per kilogram.
Tak hanya beras medium, harga beras premium di seluruh wilayah di Jateng juga lebih tinggi dari harga acuan, sebesar Rp 12.900 per kilogram. Ada lima daerah dengan harga beras premium tertinggi di Jateng, yakni Wonogiri, Kota Surakarta, Kudus, Kota Tegal, dan Kota Magelang. Di lima daerah itu, harga beras premium mencapai Rp 17.000 per kilogram.
Harga-harga itu merupakan harga di pasar-pasar induk. Di tingkat pedagang pengecer, harga beras jauh lebih tinggi. Di Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang, misalnya, harga beras medium yang dijual di toko kelontong Wuriyanti (51) tembus Rp 20.000 per kilogram. Sementara itu, harga beras premium kemasan mencapai Rp 21.000 kilogram.
”Saya cuma ambil selisih Rp 500 per kilogram untuk mengganti ongkos angkut dari pasar. Dari pasar, harganya sudah tinggi, sekitar Rp 19.500 per kilogram untuk beras medium dan sebesar Rp 20.500 per kilogram untuk beras premium,” kata Wuriyanti, Rabu (21/2/2024).
Terus melambungnya harga beras tak hanya dikeluhkan oleh pedagang, tetapi juga para pembeli. Nafisa (45), pemilik warung makan di Kecamatan Semarang Selatan, misalnya, mengaku tak menaikkan harga makanan yang dijualnya karena takut kehilangan pembeli. Akibatnya, ia harus menyiapkan siasat khusus supaya tidak terlalu merugi.
”Biasanya beli beras yang kualitasnya tidak terlalu bagus terus dicampur dengan beras premium. Beras yang kualitasnya tidak bagus saja sekarang per kilogramnya sudah Rp 17.000. Kalau beras yang premium harganya Rp 21.000 per kilogram,” tuturnya.
Wuriyanti dan Nafisa berharap, pemerintah bisa segera mengatasi kenaikan harga beras yang kian hari tak terbendung. Jika dibiarkan, mereka waswas, kenaikan harga bakal terus terjadi ke depannya, terutama menjelang Ramadhan.
Program stabilisasi
Ditemui terpisah, Pemimpin Wilayah Perum Bulog Jateng Akhmad Kholisun, mengatakan, pihaknya telah menggulirkan dua program untuk menstabilkan harga beras di wilayahnya. Pertama, melalui penyaluran program bantuan pangan.
”Pertama, kami menyalurkan beras bantuan pangan sebanyak 23.560 ton kepada masyarakat. Kemudian, kami juga melakukan penyaluran beras dalam rangka Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan sebanyak 14.800 ton,” ujar Kholisun.
Kholisun mengatakan, stok beras di Jateng pada Rabu sebanyak 94.500 ton. Jumlah itu disebut cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Jateng hingga beberapa bulan ke depan.
”Di samping dua program tersebut, kami juga menyalurkan beras komersial kepada masyarakat, termasuk ke sejumlah perusahaan penggilingan padi yang saat ini sedang agak terganggu suplainya. (Kami melakukan ini) agar mereka bisa memiliki stok dan bisa menyalurkan kepada pedagang-pedagang pengecer, baik di pasar tradisional maupun di ritel modern,” ujarnya.
Sementara itu, Pemerintah Provinsi Jateng juga berupaya menekan harga beras di pasaran. Hal itu dilakukan dengan menjaga ketersediaan beras dan membanjiri pasaran dengan beras.
”Dari Bulog sudah menyuplai pasaran dengan menggencarkan gerakan pangan murah, kemudian dari pemerintah pusat menggulirkan bantuan-bantuan pangan itu. Dari kami, seperti biasa akan melakukan operasi pasar, kemudian menggelontorkan sembako murah,” kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jateng Ratna Kawuri.
Ratna menyebut, lonjakan harga beras dipengaruhi oleh menurunnya pasokan dari sentra-sentra produksi akibat kondisi alam. Kendati demikian, masyarakat diimbau untuk tidak panik karena pemerintah telah melakukan berbagai upaya, terutama menjaga stok.